Home / Pernikahan / Desahan Dikamar Tamu / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Desahan Dikamar Tamu: Chapter 61 - Chapter 70

89 Chapters

Bab 61 Pekerjaan Iren

Iren mencabik mulutnya. "Harusnya ... Mbak itu masak dulu sebelum pergi. Anggap aja itu tugas terakhirmu," cetusnya lagi. Kutarik nafas panjang lalu membuangnya kasar, seraya menggelengkan kepala.Dasar perempuan kurang. Bukan saja pakaiannya yang kurang, sikap dan pikirannya juga kurang seons. "Masak aja sendiri, Ren. Assalamu'alaikum."Kugandeng tangan Zulfa melanjutkan langkah."Ya udah ... pergi sana, jangan datang lagi ya." Masih bisa kudengar ucapan Iren dengan gaya meledeknya, tapi aku tidak menghiraukannya. Kakiku terus melangkah keluar dari rumah.Hampir satu jam mobil membawaku merayap, akhirnya sampai di toko rotiku. Tadi aku sempat singgah beli sarapan, itulah kenapa aku tiba di toko saat jarum jam sudah jam setengah delapan pagi.Aku juga tadi sudah menelpon Lita dan Pak Asep, setelah sholat subuh. Menyuruh agar keduanya datang lebih awal dari biasanya, karena aku membutuhkan keduanya.Saat mobilku masuk ke parkiran toko, aku melihat Pak Asep dan Lita juga sudah ada di
last updateLast Updated : 2022-09-20
Read more

Bab 62 Video Menjijikkan Iren

"Aku jemput sekarang ya. Mami mau ketemu. Ada yang mau pake jasamu, dia bayar mahal. Aku jemput ya!""Tapi, Jes ...."Belum sempat aku bertanya lebih lanjut, Jesy sudah mematikan telponnya. Dasar! Kuangkat badan dari atas sofa, lalu melangkah ke kamar."Ada yang mau make? Dibayar mahal? What not!" ucapku lirih, seraya tersenyum melihat pentulan diriku di dalam cermin. Aku akan melakukan pekerjaan ini secara diam-diam. Jangan sampai Ibu dan Mas Hasan tau. Jika semua harta ini tidak jatuh ke tangan Mas Hasan, aku masih punya uang sendiri. Namun aku berharap, semoga Mila tidak mengambil semua ini, jadi aku bisa tenang dengan harta dihari tuaku.Meskipun aku melakukan pekerjaan ini, tapi aku ingin dihari tua, aku bahagia bersama suami. Walaupun kehadiran seorang anak Mustahil, tapi aku sangat berharap menua bersama Mas Hasan. Setelah selesai bersiap, aku melangkah keluar dari kamar. Kutarik nafas panjang lalu menghembuskannya pelan. Otakku berpikir, merangkai kata untuk alasan pada ib
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more

Bab 63 Mulai Mencinta

"Kamu cantik deh," ucap laki-laki tua yang ada dalam rekaman itu, seraya mencolek dagu kekasihnya. Kalau kutebak, mungkin anaknya sudah pada besar, atau bisa jadi seumuran dengan selingkuhannya. Mungkin!"Apaan sih, Om," ucap madu si karung goni. Ternyata perempuan itu genit juga. Pantas saja mau jadi istri kedua."Sudah punya pacar belum," ucap pria itu lagi."Sudah belum ya, Om.""Jangan panggil Om dong. Panggil Mas atau Sayang gitu." Aku menepuk jidat mendengar ucapan laki-laki tua bangkak itu. Umur sudah tua, tapi serasa ABG.Tapi kok wanita itu mau sih? Kalau dilihat penampilan suaminya kemarin, sepertinya bukan orang susah. Si karung goni saja dibukakan toko roti. Masak istri mudahnya tidak. Sampai-sampai bisa jadi menjijikan begini. Apalagi, wanita itu cantik bodynya juga seksi masak kalah sama si karung goni. Tidak mungkin 'kan?"Hari ini, temani Mas sampai puas ya, di kamar," ucap suara itu lagi. Betul apa yang dikatakan Diva. Pantas saja dia bergidik, ternyata ini sangat me
last updateLast Updated : 2022-09-22
Read more

Bab 64 Disuruh Merebut Zulfa

[Aku sama Ibu ada dibawah. Turunlah]Mila membuka pesan yang dikirim Hasan padanya. Tadi dia sengaja mengabaikan panggilan dari laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mantan itu. Dia terkejut, ternyata mertua dan suaminya itu akan menyusulnya ke sini.Mila mengangkat badannya berdiri dari bibir ranjang, lalu menyeret langkah menuju pintu.Tok! Tok! Tok!Mila memutar knop pintu kamar anaknya setelah mengetuknya tiga kali. "Lit ... saya ke bawah dulu. Kamu di sini aja sama Zulfa," ucap Mila seraya berjalan masuk. Lita yang menangkap jika bosnya itu ingin mengatakan sesuatu segera berdiri, dan berjalan mendekat.Mila memang menyuruh Lita menemaninya di sini. Daripada gadis itu sendiri di kosan."Jangan sampai Zulfa nyusul ke bawah ya. Ada Ayah dan Neneknya," ucapnya, berbisik ditelinga Lita."Sip ... aman," jawab Lita seraya menyatukan jari telunjuk dan jempol menjadi lingkaran. Di parkiran Bu Tuti dan Hasan langsung keluar dari mobil saat melihat Mila membuka pintu toko. "Istr
last updateLast Updated : 2022-09-24
Read more

Bab 65 Berani Kau, Iren!

POV MilaAku membawa kakiku melangkah menaik anak tangga satu per satu setelah mengunci pintu toko. Sampai di ujung tangga, aku melihat Lita sudah duduk di sofa asyik dengan benda pipih miliknya. "Zulfa mana, Lit?" tanyaku setelah sampai di depan Lita dan melabuhkan punggung di atas sofa."Di kamarnya, Bu. Mungkin sudah tidur." Lita menjawab tapi matanya fokus pada benda persegi panjang ditangannya. "Oh." Aku hanya ber oh ria saja, karena melihat Lita sedang sibuk dengan HPnya. Aku tidak mau mengganggu ruang pribadi seseorang. Sesaat hening diantara kami."Ini, Bu. Saya sudah ada nomer pengacaranya. Barusan Pak Revan kirim." Akhirnya suara Lita memecah keheningan. Sontak aku menoleh ke arahnya lalu mengernyit heran. "Tenang, Bu. Jangan pasang muka kayak gitu. Dia nggak tau kok kalau Ibu yang butuh. Aku bilang teman yang cari," ucap Lita menjawab tanda tanya di wajahku.Aku tersenyum pada Lita seraya menyambut uluran tangannya yang mengulurkan secarik kertas bertuliskan nomer
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

Bab 66 Ajakan Mas Hasan

Mataku melotot melihat yang terjadi di depan mata. Berani sekali Iren!Dia mencengkram lengan Zulfa, hingga putriku meringis kesakitan. "Lepas, Ren!" teriakku dan langsung berlari menghampiri Zulfa. "Beraninya kau," ucapku geram melepas paksa tangan Iren, lalu memelintir tangan madu busuk itu kebelakang."Aw ...." Iren meringis kesakitan tangannya kupelintir. "Jangan pernah kau sentuh anakku seperti tadi. Jika berani kau ulangi ... mematahkan tanganmu sangat mudah bagiku!""Sayang, masuk ke kamarmu." Kuperintahkan agar Zulfa masuk ke kamarnya. Putriku ingin melangkah, tapi di halangi oleh Ibu."Zulfa ... jangan ke mana-mana. Ikut Nenek pulang dan tinggal sama Ayah dan Tante Iren," ucap Ibu mencegah Zulfa. Anakku hanya menggelengkan kepala tidak mau ikut."Nek, Ufa mau sama Bunda aja ... di sini," rengek Zulfa menatap Ibu dengan tatapan memohon."Nggak! Kamu ikut Nenek pulang. Mau makan apa kamu di sini. Ayo." Ibu menarik Zulfa ingin membawa putriku itu pergi.Segera kucekal tangan
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

Bab 67 Talak

"Betul itu, Mas? Kamu mau ambil Zulfa?" Mas Hasan mengangguk."Kalau bisa ... kalian balik lagi ke rumah," ucap Mas Hasan pelan. Aku tersenyum samar mendengarnya.Seandainya dia tidak pernah menduakanku dengan Iren. Dengan senang hati aku akan mengikuti ajakannya, meskipun ibu selalu jahat padaku. Tapi semua sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur. Pernikahan sirinya dengan Iren sudah terjadi."Maaf, Mas. Aku tidak akan balik lagi ke rumah itu.""Kalau kamu nggak mau satu rumah sama Iren ... baiklah! Iren akan keluar dari sana, tapi kamu pulang ya sama Zulfa.""Mas! Kamu mau ngusir aku gitu?""Nggak, Ren. Mas akan belikan kamu rumah sendiri. Memang sebaiknya dua istri tidak tinggal dalam satu rumah."Aku menggeleng mendengar penuturan Mas Hasan. Apa dia pikir aku mau dimadu? Hingga dengan percaya dirinya berucap dua istri.Kutatap Iren dan Mas Hasan dengan kedua ujung bibir yang tertarik. Berdebat lah sepuas kalian. Itu tidak akan membuat aku mengubah keputusan."Nggak, Mas! Aku n
last updateLast Updated : 2022-10-04
Read more

Bab 68 Mas Menolak Bercerai

POV Hasan"Mas ... bangun," suara lembut memanggil namaku. Mataku masih terpejam menikmati kebahagian. Sebenarnya, aku masih enggan membuka mata. Bukan tanpa alasan aku tidak mau membuka mata, tapi saat ini aku sedang merasakan indahnya keluarga bersama anak dan istriku."Mas, bangun. Sudah hampir jam tujuh." Suara itu menyapa lagi. Aku tersenyum, ternyata ini bukan mimpi, tapi nyata. Istriku membangunkanku. "Iya, Sayang, Mas bangun. Zulfa sini, Nak peluk Bunda sama Ayah. Aku mencium pipi putriku, lalu beralih pada dahi istriku. Terima kasih, Mila."Brak!Mataku langsung terbuka. Aku sudah terduduk di atas lantai, ternyata Iren menendang ku."Aduh ... sakit. Kamu tuh apa-apaan sih, Ren!" bentakku seraya mengangkat badan berdiri. Pinggang terasa nyeri karena terhempas kuat."Kamu tuh yang apa-apaan, Mas! Aku capek bangunin kamu dari tadi kamu hanya senyum-senyum nggak jelas, taunya lagi mimpiin Mbak Mila," oceh Iren panjang lebar."Kamu tuh nggak ngehargain aku banget ya, Mas. Kamu
last updateLast Updated : 2022-10-04
Read more

Bab 69 Pelakor

"Apa maksud Ibu?" tanyaku bingung. Dari segi mana aku kurang ajar? "Beraninya kau menceraikan Hasan! Dasar nggak tau di untung kamu. Kamu pikir jadi janda itu mudah, hah! Ingat ... aku akan mengambil cucuku."Ibu berteriak, seakan kami ini berada ditengah hutan. Padahal di sini banyak sekali manusia. Malu!"Ingat, Mila ... kamu yang mau berpisah, jangan harap aku mau memberimu sepeser pun," ucapnya lagi masih dengan suara tinggi."Bu ... sudah, Bu."Ibu bahkan mengabaikan Mas Hasan memintanya diam."Mila nggak pernah mengharapkan harta Mas Hasan, Bu. Tidak apa-apa ... maafkan jika selama ini aku banyak salah."Aku meraih tangan ibu lalu menciumnya takzim. Walau bagaimanapun beliau orang tua. Mungkin ini akan menjadi yang terakhir. Ibu hanya bergeming, tidak menolak, namun wajahnya tidak bersahabat.Aku masuk ke dalam mobil, lalu melabuhkan badan di atas kursi belakang kemudi. Sesaat aku terpaku menghadap lurus ke depan."Ibu nggak apa-apa?" Pertanyaan Lita menyadarkan ku yang hampir
last updateLast Updated : 2022-10-06
Read more

Bab 70 Membungkam Maya

Baru saja aku menutup jok belakang."Eh ... ada pelakor."Spontan aku menoleh, ternyata Maya yang baru turun dari mobil bersama dua orang temannya dan langsung menghampiriku.Aku menarik nafas dalam-dalam. Sepertinya sebentar lagi situasinya akan tidak enak. Pasti ada perdebatan kecil antara aku dan wanita ini. Entah apa masalahnya denganku.Aku tidak mempedulikan ucapan Maya, kutarik langkah ingin menjauh dari wanita itu, tapi dia menarik tanganku."Eh ... mau kemana?" ucapnya menaikan alis."Maaf, Mbak. Tugas saya di sini sudah selesai, jadi saya mau pamit sama yang punya rumah." Aku masih tidak meladeni Maya."Tapi urusan kita belum selesai!" sentak Maya. Aku mengernyit."Apa kita punya urusan?" tanyaku dengan raut heran. Pasalnya, aku tidak merasa punya urusan dengannya. Kenal saja tidak!"Jelas kita punya urusan! Kamu 'kan yang membuat Mas Revan menolakku." Kuputar bola mata mendengar ucapan Maya. Ternyata ini semua karena dia cemburu padaku."Jadi ini wanita yang kamu bilang, M
last updateLast Updated : 2022-10-10
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status