“Tidak,” desah Adam sembari bangkit dan berlari mengejar. “Amber! Kumohon ... beri aku kesempatan! Amber!” Malangnya, sang sopir terus mengemudikan mobil. Ketika memasuki jalan beraspal, lajunya malah semakin kencang. “Amber!” Adam mempercepat langkah. Namun, saat ia tiba di bahu jalan, mobil sudah bermeter-meter di depan, terlalu jauh untuk dikejar. “Amber, kembalilah!” pekiknya dengan sekuat tenaga. Mendengar suara keputusasaan itu, sang wanita pun menggigit bibir. Dengan segenap kesungguhan, ia mencengkeram map di pangkuan. Kepalanya pusing, dadanya sesak, dan hatinya sakit. Namun, ia tidak berani menoleh. “Amber, kau baik-baik saja?” tanya Sebastian, khawatir dengan gemetar di sekujur tubuh wanita itu. Amber tidak mampu menjawab. Ia hanya tertunduk, memperhatikan map yang bertuliskan nama Adam. Perlahan-lahan, kenangan mulai bermunculan. Laki-laki itu pernah menjadi kekasihnya. Laki-laki itu masih bersarang di hatinya. Menyadari kebenaran, ia spontan menoleh ke belakang. Be
Last Updated : 2022-08-24 Read more