All Chapters of Ratu Tak Akan Jadi Babu: Chapter 1 - Chapter 10

57 Chapters

BAB 1

-Selalu Salah. "Kamu tuh jangan penyakitan! Kalau kamu sakit terus yang mengurus rumah ini siapa?" bentak Ibu mertuaku, sakit rasanya setiap aku merasa tak enak badan, selalu saja Ibu mertuaku mencerca dengan kata makian yang memekakkan telinga.Aku hanya diam tak menanggapi, tak hanya satu atau dua kali. Mungkin sudah ribuan kali aku dicerca seperti ini. Siapa yang mau sakit? Siapa yang mau badan lemah tak berdaya? Aku memang dilahirkan dengan fisik lemah seperti ini, dan Aku tak meminta Mas Azka menikahiku, dia sendiri sudah diberi tahu oleh Orang Tuaku tentang semua kondisiku sebelum menikah. "Ngomong sama kamu tuh, kaya ngomong sama tembok tahu nggak," lanjut Ibu yang kemudian berlalu meninggalkanku sendirian di dapur, tentunya dengan cucian pakaian dan piring yang bertumpuk. Tak terasa air mataku mengalir begitu saja. Waktu aku belum menikah, tak pernah sedikitpun orang tuaku menyuruhku layaknya babu seperti yang dilakukan mertuaku kini. "Assalamualaikum." Terdengar suara Ma
Read more

BAB 2

-Gaji diambil Ibu Hari ini Mas Azka gajian, tadi malam aku sudah menghitung pengeluaran kami selama sebulan. Lumayan ada sisa untuk tambahan pembangunan rumah yang hampir selesai. -Ting Bunyi notifikasi WA masuk, aku membacanya dengan segera. ♡suamiku [Uangnya sudah masuk ke rekening Mas, mau Mas ambil langsung atau nanti aja sayang?]Aku tersenyum membaca pesan dari suamiku."Alhamdulillah," batinku. [Bayar air, listrik, sma Wifi aja sekalian Mas, terus sisanya diambil aja ya buat pegangan]Aku membalas pesan Mas Azka dengan penuh semangat. "AYRA!!! Angkat jemuran, kamu nggak lihat apa kalau ini mau hujan," teriak Ibu, aku segera menyimpan Hp dan berlari ke halaman belakang untuk mengangkat cucian yang sudah kujemur tadi pagi. "Kamu tuh ya nggak pernah becus, setiap hari harus di omelin terus! Punya mata kan ya? Hari mendung cucian langsung diangkat, jangan nunggu disuruh dulu," lanjut Ibu, ia kembali mengomel seperti biasanya. Aku memang harus serba bisa di matanya, namun se
Read more

BAB 3

-Kedatangan A Rafi. Hari ini aku berniat untuk melihat sampai mana perkembangan pembangunan rumah kami, aku bersiap dengan memakai setelan gamis dan hijab berwana Army. Setelah siap, aku mengambil tas selempang dan berjalan menuju pintu keluar rumah. "Mau kemana? Kerjaan kok keluyuran aja! Udah tahu kerjaan rumah banyak," ucap Ibu, membuat langkahku harus terhenti dengan ocehannya yang membuat kupingku kembali panas. "Mau keluar bentar Bu, Ayra ada urusan," sahutku, sambil mengenakan kaus kaki."Emangnya saya kasih kamu izin buat keluar?" Ibu kembali mengeluarkan nada sinisnya. "Ayra sudah izin sama Mas Azka bu," jawabku halus, kemudian mengambil sepatu dari rak di belakang pintu, dan bersiap akan keluar."Kan saya sudah bilang saya nggak izinin kamu keluar, ini rumah saya! Bukan rumah Azka! Kalau kamu mau keluar kamu izin sama saya bukan sama Azka." Kali ini suara Ibu mulai melengking, sampai membuat beberapa tetangga yang sedang belanja sayur pada Mang Usuf menoleh. Malu rasany
Read more

BAB 4

-Sedikit melawan Hari ini Mas Azka tak berangkat kerja, ia mengeluh pusing. saat ku pegang badannya terasa panas, wajahnya juga sangat pucat, tak tega rasanya aku membangunkannya yang sedang terlelap. Aku keluar kamar untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya, ku masukkan cucian ke dalam mesin cuci Lalu ku lanjutkan untuk melalap sayur dan membersihkan ikan yang akan aku masak untuk makan siang nanti. "Azka gak kerja kan hari ini Ra?" Ibu mertuaku datang ke dapur dan langsung membuka kulkas, mengambil satu buah apel segar yang memang selalu harus ada untuk sarapannya setiap pagi. "Mas Azka sakit Bu, demam," jawabku sambil terus melanjutkan pekerjaan."Demam doang, manja amat," sahut Kak Lastri, ia datang dan duduk di samping Ibu dan langsung memakan Apel yang baru saja dikupas dan diiris Ibu. "Dia demam dan pusing Kak, kecapean," jawabku mulai merasa kesal, bisa-bisanya dia meremehkan sakit suamiku. "Ya bener dong Ra kata Lastri, Demam doang kok manja! entar suruh bener
Read more

BAB 5

-Bertengkar Setelah pekerjaan rumah selesai, aku masuk ke dalam kamar dan membawa semangkuk bubur beserta teh hangat untuk Mas Azka, ku bangunkan ia dengan pelan. Terlihat sangat pucat wajah tampannya. "Makan dulu ya Mas, baru minum obat," pintaku lembut, Mas Azka tersenyum lalu mencoba untuk duduk dengan menyandarkan tubuhnya. Aku menyuapinya pelan, sedih rasanya hatiku melihat keadaannya seperti ini. Saat sakit pun keluarganya tak ada yang mencoba melihat dan bertanya kondisinya, padahal kami masih berada di atap yang sama. "Udah Dek, Mas mual," ucap Mas Azka lemah, ia menolak bubur yang akan ku suapkan lagi padanya. "Satu kali lagi ya Mas, Mas harus sehat! Kalau Mas sakit, yang jaga Ayra dan Dede siapa?" Mataku mulai berkaca, aku sedih bukan karena merasa lemah, tapi aku sedih karena merasakan penderitaan suamiku selama ini, terbayangkan bagaimana kondisinya ketika ia sakit saat masih belum menikah denganku. Kenapa keluarga ini tak pernah menganggapnya ada sama sekali. Setel
Read more

BAB 6

-Pindah Mas Azka sudah lebih baik sekarang, dia sudah bisa bangun dan akan berangkat bekerja. Aku menyiapkan sarapan untuk Mas Azka, membuatkannya kopi dan memasukkannya ke dalam termos kecil untuk dibawanya ke kantor nanti.Mas Azka memang pecinta kopi, dia memintaku untuk membuatkan kopi agar bisa diminumnya saat di kantor, padahal ada kantin disana, tapi katanya rasanya tetap tak sama apabila bukan aku yang membuatnya. "Mas berangkat dulu ya sayang," ucap Mas Azka, ia mengambil kunci motor dan segera keluar rumah. Ku ikuti ia dari belakang, tak lupa ku cium punggung tangannya, dan mendoakan setiap langkahnya. Semoga ia selalu di lindungi Allah,dan semoga Allah bukakan pintu rezeki seluas-luasnya untuknya.Aku menunggunya sampai tak terlihat lagi oleh pandanganku, setelah itu aku kembali ke dapur. Seperti biasa aku akan mengerjakan pekerjaan rumah, tapi kali ini ada sedikit enggan saat akan mengerjakannya. Terlebih saat aku melihat ditumpukan pakaian kotor ada pakaian Kak Lastri,
Read more

BAB 7

-Pengacau datang Seminggu sudah kami menempati rumah sederhana ini, walaupun tak begitu besar namun rumah ini sangat nyaman. Tak ada makian, tak ada pekerjaan berat yang menantiku di setiap pagi bahkan sepanjang hari seperti biasanya. Rumah kami bernuansa Biru dan pink. Biru adalah warna kesukaan Mas Azka, dan Pink jelas saja adalah warna kesukaanku. Dengan uang sisa gaji dan uang bonus dari Mas Azka yang ku tabung setiap bulannya, kami akhirnya bisa memenuhi semua bagian isi rumah. Aku membeli ranjang berukuran besar lengkap dengan rak kecil, lemari,meja rias dan bantal duduk yang ku susun rapi di dalam kamar. Rumahku surgaku, inilah yang saat ini ku rasakan. Semoga aman damai selalu seperti ini. Aku sudah mengabari keluarga tentang kepindahanku, tapi aku tak pernah sedikitpun menjelek-jelekkan atau memberitahu mereka tentang sikap buruk yang selalu aku dapatkan dari keluarga angkat suamiku. Biarlah aib itu ku tutupi dengan rapat. Karena bagaimanapun juga, mereka adalah keluarga y
Read more

BAB 8

-Dibentak Mas Azka Hari ini Mama dan papaku akan datang berkunjung ke rumah baru kami. Aku sangat bahagia dan langsung membeli beberapa bahan makanan yang akan aku olah untuk kusuguhkan pada mereka. "Mama sama papa jadi datang Dek?" tanya Mas Azka, ia memelukku dari belakang sambil menciumi pipiku gemas. "Jadi Mas, ini Ayra mau masak buat mereka," jawabku penuh semangat, Mas Azka mengangguk lalu membantuku mengupas bawang. Aku menoleh dan tersenyum padanya, dia memang sosok suami sempurna. "Beruntungnya Aku, dimiliki kamu…." lagu yang mewakili perasaanku saat ini. "Ayra mau masak apa emang?" tanya Mas Azka lagi, ia menaruh bawang yang sudah dikupasnya di mangkuk dan menyerahkannya padaku untuk ku potong-potong halus sebelum menumisnya."Mau bikin Ayam kecap sama udang asam manis Mas, terus bikin oseng kangkung juga. Papa kan suka," jawabku panjang lebar, aku tersenyum padanya, dia terdiam sejenak. Aku mengerti, dan tahu pasti dia memikirkan Ibunya. Ibunya juga sangat suka dengan
Read more

BAB 9

POV AZKA Hari ini Istriku terlihat sangat gembira, senyumnya sangat manis. Pipi dan perutnya yang makin besar membuatnya menjadi sangat menggemaskan.Mertuaku memang akan datang hari ini, Ayra sedang memasak makanan kesukaan Orang tuanya. Namun saat dia berkata oseng kangkung, aku jadi teringat pada Ibu. Ibu sangat menyukai oseng kangkung buatan Ayra. Ingin rasanya aku memintanya memasak lebih agar bisa ku bawakan pada Ibu, namun belum aku mengatakan apapun Ayra seperti sudah mengerti apa yang ingin aku katakan. Ayra menyuruhku mengantarkan masakannya untuk Ibu, dan juga menyuruhku memberikan uang pada Ibu. Masyaa Allah baiknya istriku ini. Aku pergi ke rumah Ibu mengendarai mobil dari kantor. Awalnya aku ingin memakai motor saja, namun karena harinya terlihat mendung Ayra memaksaku agar membawa mobil saja. Sesampainya di Rumah Ibu, Kak Lastri dan Ayu segera menghambur ke arahku. Mereka mulai membangga-banggakanku di depan para tetangga yang melihat kedatanganku. Sepertinya kenaik
Read more

BAB 10

-POV IBU Tepat dua puluh tiga tahun yang lalu, di hari ulang tahun pernikahanku yang ke empat belas, aku dengan bahagianya menyiapkan sebuah kue cake dan membeli jam tangan yang sangat diinginkan oleh suamiku selama ini. Suamiku akan pulang hari ini, saat ini dia masih dalam perjalanan bisnis ke luar kota. Aku menantikannya dengan hati yang berbunga-bunga. Hujan turun dengan derasnya, entah kenapa aku mulai merasa gelisah. Ku lihat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam namun suamiku belum sampai juga, dan teleponnya pun tak bisa dihubungi. Tepat jam sebelas malam suara mobil terdengar, aku langsung berlari menuju pintu dan senyumku memudar ketika melihat seorang anak laki-laki yang saat ini sedang tertidur dan berada dalam gendongan suamiku. Aku menuntut penjelasan dari suamiku, namun ia menyuruhku diam agar tak membangunkan anak itu. "Bapak nemuin anak itu di warung kecil dekat jalanan Bu, kasian sendirian,kedinginan,kelaparan. Waktu Bapak tanya, dia bilang ditinggal sama Ibu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status