Home / Romansa / Baju Bayi di Rumah Mertua / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Baju Bayi di Rumah Mertua : Chapter 41 - Chapter 50

65 Chapters

Memangnya Bercerai Semudah Membeli Gorengan?

"Jawab, Alisa! Kenapa diam saja, ha?!" Masih dengan raut wajah tak bersahabat, Bu Naimah mendesak agar aku segera memberikan jawaban.Aku yang merasakan seluruh tubuhku terasa membeku, seperti tak punya kuasa bahkan untuk menjawab sepatah dua patah pertanyaan darinya."Ada apa ini?" Perhatian Bu Naimah dariku teralihkan saat menyadari suara seorang lelaki memecah suasana tegang di ruang tamu ini.Zaki?Kenapa dia balik lagi? Ah, tapi baguslah. Biar dia saja yang menjawab pertanyaan ibunya. Mau dia jujur atau pun melanjutkan sandiwaranya aku tak peduli.Di sini aku hanya menjalankan tugas sesuai arahan sebagai syarat dapat pinjaman uang tadi malam."Ada apa, Ma?" tanya Zaki sambil menarik langkah mendekati sang ibu."Kamu tahu, Zaki. Dia ini sudah menikah. Kamu jangan mau dibohongi, Zak." Masih dengan raut wajah yang terlihat tegang, Bu Naimah melirik padaku dengan tatapan tak suka. Jelas sekali wanita itu kesal karena merasa dibohongi. Mungkin, sama kesalnya dengan saat aku mengetahui
last updateLast Updated : 2022-09-02
Read more

Kenapa Risau?

"Ya … kalau bisa juga aku pengen kali cerai sama dia hari ini juga. Cuma kan nggak semudah itu, Zak. Lagian gimana aku ngurusnya coba? Suruh pindah buru-buru. Cerai buru-buru. Gak tau apa kepala sama pundak aku masih sakit." Aku mengomel saat merasa nyeri di bahu dan kepala tiba-tiba datang mengganggu. Zaki diam sebentar. Sesekali dia melirik padaku yang terkadang meringis—menahan sakit."Mau ke rumah sakit?" tanyanya dengan raut wajah … khawatir?"Nggak usah. Cuma sakit dikit, kok," tolakku halus."Hm oke."Suasana hening menjeda sampai Zaki menyampaikan sebuah ide."Kalau lu mau, gue bisa bantu urusan perceraian lu biar lebih praktis. Lu bayar pengacara aja. Tapi biayanya, potong dari harga rumah, gimana?" ujar Zaki tiba-tiba. Membuatku sontak tersenyum semringah. Benarkah dia mau membantuku lagi? "Serius? Kamu bisa bantu aku mengurus perceraian aku sama Mas Hamid?" tanyaku ragu."Ya …. Yang penting, yang mau dibantu diuruskan, nggak banyak sandiwara. Takutnya, ntar pas mediasi,
last updateLast Updated : 2022-09-02
Read more

Balas, Tidak?

Aku merasa seperti kembali ke zaman di mana aku pertama kali merantau ke kota ini. Hidup seorang diri menghuni sebuah rumah kontrakan. Ya, Zaki membuatku merasa seperti terdampar di daerah asing sekarang."Permisi ...."Suara seorang wanita mengagetkanku. Gegas aku berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang."Permisi. Mbak. Apa betul, Mbak yang namanya Lisa?" tanya seorang wanita paruh baya bermata agak sipit, begitu aku membuka pintu."Iya, betul, Bu," jawabku pelan. "Oh, iya. Perkenalkan saya Bu Ana. Pemilik rumah kontrakan ini. Rumah saya ada di ujung gang ini, cat warna rumah warna biru muda," terang Bu Ana dengan tangan menunjuk ke arah kiri."Oh, iya, Bu. Silakan masuk."Aku membuka pintu lebih lebar. Tapi Bu Ana menolak untuk masuk. "Saya ke sini, cuma mau mengantarkan ini. Jadi, mas-nya yang kemarin cuma bayar sewa rumah. Untuk air dan listrik, bayar sendiri, ya, Mbak. Ini nomor pelanggan PDAM-nya, kalau nomor token listrik, Mbak bisa lihat pada meteran, ya." Bu A
last updateLast Updated : 2022-09-03
Read more

Apakah Hatiku Mulai Berubah?

[Oh iya nggak apa-apa. Santai aja.] Aku membalas setelah mengambil jarak sekitar beberapa menit.[Sip.]Dan percakapan teks berakhir begitu saja.***Sore ini, sesuai janji, Zaki datang ke rumah dengan membawa surat kuasa untuk aku tanda tangani. Surat DNA Meisha pun turut diambil sebagai bukti yang akan disertakan untuk mendaftarkan gugatan perceraian."Ya udah, gue pulang dulu, ya," ujar Zaki setelah segala keperluan dan urusan telah terselesaikan."Iya.""Soal uang penjualan rumah nanti gue kirim rinciannya, ya.""Ok."Zaki pun lantas berjalan santai menuju ke tempat di mana mobilnya diparkirkan."Zak!" Aku memanggilnya dengan sedikit lantang, membuatnya yang hampir menaiki mobilnya, menoleh padaku."Makasih."Tak menjawab, Zaki hanya tersenyum tipis sambil menganggukkan kepala. Tak berselang lama, terlihat dia merogoh saku celana dengan sedikit gugup.Terlihat dari kejauhan, pria bertubuh tinggi itu mengangkat telepon dengan senyum terkembang sempurna.Rani kah yang menelepon? Ke
last updateLast Updated : 2022-09-03
Read more

Demi Kamu

"Lis, kok malah nangis?" Saat mungkin menyadari ada air mata yang menetes di pipiku, Evi buru-buru menyodorkan selembar tissue padaku.Mendengar teguran Evi, aku memilih diam."Maaf, ya. Sepertinya ucapanku tadi ... jadi bikin kamu sakit hati. Maaf." Evi memegang tanganku dengan raut wajah bersalah saat menatap wajahku. Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum getir. Tak merasa seharusnya Evi meminta maaf seperti itu."Enggak juga, Vi. Ucapanmu ada benarnya, kok. Mungkin, aku yang terlalu cepat mengambil keputusan, tapi semuanya sudah terlambat, Vi. Proses perceraian kami sudah berjalan cukup jauh," ucapku setengah menyalahkan diri sendiri."Aku, sih, nggak ada buat hak ikut campur, Lis. Cuma, aku sarankan sebaiknya kamu shalat Istikharah dulu, deh, mendingan. Buat minta petunjuk, karena yang aku lihat, kamu seperti masih ragu-ragu sekarang, Lis. Jika sekali belum mantap, lakukan lagi sampai kamu benar-benar menemukan pilihan yang membuatmu merasa mantap." Evi memberikan saran dan n
last updateLast Updated : 2022-09-06
Read more

Kenapa Perih Lagi?

"Demi aku, maksudnya, apa, Zak? Aku nggak ngerti." Aku bertanya dengan ekspresi yang pasti menunjukkan raut wajah bingung di depan Zaki.Ucapannya barusan memang membuat otakku blank dan tak mengerti apa maksudnya. Dan gaya bicaranya yang mendadak jadi aku-kamu pun terdengar aneh di telinga.Kalau dia bilang gara-gara aku dia jadi putus dengan Rani, rasanya terlalu berlebihan. Bagaimana tidak, bukankah hubungan aku dan Zaki sudah renggang belakangan ini?Tidak! Ini pasti cuma alasan dia saja karena kesal apa yang sempat ditakutkannya hari itu terjadi."Nggak ada. Nggak ada. Pokoknya gue gak mau tahu, kalau sampai batal cerai dengan Hamid, elu bakal gue denda karena udah bikin gue buang-buang waktu nolongin elu selama ini."Aku berdecak lirih. Merasa kesal padanya yang ternyata menolongku bukan tanpa pamrih.Perhitungan!"Ingat! Kalau sampai lu balikan sama Hamid, elu harus bayar denda karena bikin gue buang-buang waktu gue yang berharga! Paham!" Zaki menunjuk wajahku saat memperingatk
last updateLast Updated : 2023-08-18
Read more

Mama Tidak Mau Punya Menantu Seorang Janda

"Mungkin, keputusan cerai dari Mas Hamid memang pilihan terbaik, Vi." Sesampainya di rumah kontrakan, aku terisak saat menyampaikan hal yang sebelumnya membuatku ingin menarik keputusan.Evi menatapku sendu."Apa kamu yakin Mas Hamid benar-benar balikan sama Nova? Siapa tahu Nova dan anaknya cuma sedang main, Lis." Evi terdengar masih ingin berprasangka baik."Apa kamu nggak lihat bagaimana bahagianya mereka tadi?" Tanpa terasa intonasiku naik setengah oktaf saat mengolok Evi yang seolah ingin selalu membela Mas Hamid."Ya sudah. Ya sudah, terserah kamu saja, Lis. Apa pun keputusan kamu, aku dukung.""Memang seharusnya begitu."***Aku tersentak saat menyadari Zaki menelepon malam harinya."Gimana, jadi cerai atau mau gue denda?" tanyanya terdengar ketus."Cerai," jawabku tanpa keraguan barang sedikit pun."Lu serius?"Loh, kenapa dia malah kayak aneh begini tanggapannya?"Tentu saja.""Oke siap. Gue tunggu sampai surat cerai lu turun.""Iya ta—."Belum sempat aku membalas ucapannya,
last updateLast Updated : 2023-08-18
Read more

Jangan Menyamakan Aku dengan Pecundang Itu

"Oh … jadi dengan cara seperti ini aku harus berucap terima kasih padamu?" tanyaku dengan batin yang kian terasa pilu saat menatap Zaki yang terduduk kaku di sampingku, pasca sang ibu melontarkan hinaan pedas itu.Zaki menatapku dengan tatapan bersalah. Pancaran matanya seperti menyiratkan sebuah penyesalan yang aku tak tahu apa sebabnya."Lis." Lirih suara Zaki saat menyebut namaku yang kini seperti sedang ditelanjangi di hadapan orang tuanya. Terutama Bu Naimah yang jelas-jelas menganggap gelar janda seperti sebuah kenistaan yang tak termaafkan.Aku tak mengerti dengan jalan pikiran Zaki yang tiba-tiba ingin memperkenalkan aku sebagai calon istri di hadapan orang tuanya, bahkan di hari pertama aku menyandang status janda.Apa dia pikir status baruku ini sebuah lelucon, sehingga dia sangat antusias ingin mempermalukan aku hari ini juga?"Terima kasih karena sudah membantu mengurus perceraianku selama ini, dan terima kasih juga atas hinaan yang diberikan setelah gelar janda ini kudapa
last updateLast Updated : 2023-08-18
Read more

Cinta?

"Aku mau kau menjadi istriku, Alisa."Malam ini, enam kata itu terus terngiang di telinga, membuat kepalaku pusing. Dan rasanya bakal ampuh membuat tidurku terganggu malam ini.Tidak, cukup sudah. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus mengakhiri semua kekonyolan ini.Aku yang selama ini diam-diam mengantar surat lamaran kerja ke beberapa PT, tersenyum senang saat melihat email masuk ke ponselku pagi ini."Interview? Alhamdulillah."Bagai mendapat kado di hari spesial, aku berjingkrak gembira saat akhirnya bakal bisa merealisasikan rencanaku dalam waktu dekat. Membuka lembaran hidup baru dan menjauh dari mereka-mereka yang pernah begitu dalam menorehkan luka di hati, adalah pilihan terbaik. Ya pilihan terbaik.Hari ini, aku memutuskan izin cuti agar bisa melakukan interview di salah satu PT di daerah Cikarang Selatan.Selama beberapa hari ini, sambil menunggu hasil interview dan tes, aku menjalani kerjaku seperti biasanya. Bahkan desas-desus Zaki tak masuk kantor karena sakit pun tak men
last updateLast Updated : 2023-08-18
Read more

Haruskah Menolak?

Aku tertawa sumbang saat merasa Zaki tengah membuat lelucon tak bermutu sore ini. Ketika mengatakan tengah memperjuangkan cintanya. Cinta yang seperti apa? Cinta pada siapa?"Apa kamu punya incaran baru setelah putus dengan Rani hari itu? Siapa orangnya? Apa dia tinggal di sekitar sini?" tanyaku padanya yang sedari tadi tak melepas pandangan dariku."Ya, namanya Alisa Nurhafiza," balasnya pelan tapi terdengar lugas saat menyebut namaku.Kali ini aku tertawa lebih keras. Merasa dia tengah membuat lelucon paling jenaka di abad ini.Bagaimana tidak, bukankah sebelum ini dia mengatakan tak menyukai cewek Barbar dan Lola sepertiku?Kenapa sekarang dia seperti ingin menjilat ludahnya sendiri?Tidak itu saja! Akan terasa sangat aneh saat seorang direktur muda sepertinya, menyukai mantan office girl yang juga bergelar sebagai seorang janda.Benar-benar tak laku, kah dia ini? Ah, rasanya tidak mungkin. Secara, dia ini bos kan? Lantas, apa maksudnya dia mengutarakan cinta pada seorang janda sep
last updateLast Updated : 2023-08-18
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status