Home / Romansa / Baju Bayi di Rumah Mertua / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Baju Bayi di Rumah Mertua : Chapter 21 - Chapter 30

65 Chapters

Bagaimana Reaksi Mereka?

"Lin … kamu kok ceroboh, sih. Tumpah 'kan jadinya," ucapku buru-buru berlari mengambil kain lap dan membersihkan tumpahan sup yang berceceran di lantai. Teriakan Lina yang cukup nyaring rupanya mengundang Mas Hamid dan Ibunya berlari ke dapur. Tak lama kemudian kedua orang tua Nova pun turut menyusul. Ingin memastikan keadaan rasanya."Kenapa, Lin?!" pekik mertuaku histeris. Melihat anak kesayangannya terus merintih menahan sakit, jelas membuatnya terkejut. Sementara Mas Hamid, langsung gerak cepat untuk balik badan saat melihat keadaan sang adik yang menyedihkan. Tak lama kemudian, ia kembali ke dapur dengan membawa sebuah kotak tisu."Lina ceroboh banget, Bu. Bawa kuah panas begini, jalannya buru-buru. Makanya kepeleset," sahutku sambil merampas sekotak tisu dari tangan Mas Hamid. Orang-orang yang berada di dapur—yang kukira adalah tukang masak untuk acara pagi ini, ikut-ikutan meringis saat menatap Lina yang terus meringis kepanasan setelah ketumpahan kuah sup."Duduk dulu, Lin." M
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Ambruk!

"Lisa! Ya ampun cantiknya!" Ibu mertua, Mas Hamid, Nova, juga ayahnya serempak menoleh mendengar ibunya Nova memuji dan menyebut namaku. Lagi-lagi, raut wajah mereka tampak berubah saat menatapku. Bahkan, ibu mertuaku sampai membuang muka.Tak ikhlas kah dia baju anaknya aku pakai? "Lisa disuruh nunggu tamu aja di depan sama orang dapur. Katanya mereka sudah dibayar, kan? Tapi, Lisa kok pengen dekat sama dedeknya, ya? Boleh kan, ya, Kak Nova? Karena mungkin … habis ini, bakal lama baru ketemu sama Dedek lagi. Atau mungkin … bisa juga enggak ketemu lagi," ucapku dingin sambil berjalan mendekat pada ayunan, di mana Meisha sedang tertidur pulas di dalamnya. "Eh, i-iya. Bo-boleh ko, Lis!" jawab Nova tergagap. Aku tersenyum senang, langsung duduk di dekat ayunan bayi gembul ini. Mas Hamid dengan sukarela bergeser memberi celah. Sementara kedua orang tua Nova terlihat tak begitu peduli. "Aku mau liat Lina sebentar." Ibu mertuaku bergerak, seperti ingin beranjak meninggalkan tempat ini.
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Zaki si Cerewet

"Bu ...!" Nova terpekik sambil menangis mendekati ibunya yang nyaris pingsan. Syukurlah dia masih sadar biarpun sedikit. Kalau pingsan dan nggak bangun-bangun entar gimana? Siapa yang disalahkan? Aku menatap tajam ke arah Zaki yang mendadak bengong. Tak menyangka kedatangannya menuai bakal membuat keadaan jadi seheboh ini."Zak! Salah Gue apa, sih sama lu? Kenapa Elu jadi ngaco gini, ha?!" Suara Mas Hamid akhirnya terdengar meninggi juga. Zaki tak menjawab. Sementara Bu Ida terlihat sibuk memberi minum besannya yang berada dalam pangkuan Pak Danu. Di lain sisi, Nova gerak cepat mengangkat Meisha dari ayunan. Bayi gembul yang awalnya menjadi pencetus atas segala perkara, menangis karena kaget mendengar pekikan ibunya sendiri. Saat kondisi Bu Lena sudah agak mendingan, Pak Danu lantas menatap tajam padaku. Seperti seekor singa yang siap menerkam mangsa.Ternyata mengerikan juga Pak tua botak ini."Kenapa kamu bersandiwara?" tanyanya dengan nada dan tatapan yang sama tajam saat menatap
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Tidak Perlu Menjual Air Mata, Bu

"Oh ... jadi elu pura-pura jadi sepupu Hamid di depan orang tuanya Nova, buat ngulur waktu cerai sama Hamid, supaya dapat harta gono-gini, gitu? Kalo gue, sih, mau cerai ya cerai aja. Ngapain ngarep-ngarep harta lagi, harta gak seberapa juga," sambar Zaki kemudian. Terdengar meninggi dan sangat menyombongkan diri."Iya, tahu! Situ kaya mau apa aja gampang, tinggal gesek, beres! Beda lah sama aku. Nabung berbulan-bulan, bertahun-tahun malah, eh taunya dibegoin sama suami brengsek!" gerutuku tanpa sadar."Ya bukan begitu juga sih, maksud gue. Maksud gue tuh, ya, kalo mau cerai, ya cerai aja gak usah mikir harta. Cari kerja aja lagi," sahut Zaki ringan seperti sedang menggenggam sejumput garam."Lah, memangnya cari kerja bisa langsung dapat? Gak liat apa sekarang PHK dimana-mana? Di mana aku dapat duit buat gugat cerai coba? Belum lagi utang sama Evi," sungutku sambil mengurut dahi. Pertanda sedang berpikir keras sambil mencari solusi."Banyak utang? Wah ... wah ... wah! Kang utang terny
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Apa Anakku Ada Cacatnya Jadi Istri?

PoV HamidAku dan Nova sudah saling mengenal sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Dari awal, entah karena alasan apa, Bu Lena tak pernah merestui hubungan kami.Mungkin karena faktor ekonomi, rasanya itu yang menjadi alasan.Aku dan Nova—yang ikut pindah ke Bandung mengikuti orang tuanya saat berusia 16 tahun, tetap terhubung melalui telepon dan SMS kala itu.Boleh dikata, hubungan kami tetap berjalan meski melalui hubungan jarak jauh. Bahkan, ketika Nova kuliah di Jogja selepas SMA pun, dia masih aktif menghubungiku. Dan akhirnya, saat Nova memiliki kesempatan bekerja di kawasan yang jaraknya tak begitu jauh dariku lebih dari setahun yang lalu, gadis itu meminta aku untuk menikahinya. Namun, malang, restu tak kudapatkan juga meski kami sama-sama telah dewasa.Bahkan, aku masih ingat betul kata-kata Bu Lena hari itu, saat keluargaku nekat melamar Nova ke Bandung."Cincin emas takkan tampan bermata kaca."Ya, katanya, Gadis yang elok dan hartawan takkan sejodoh dengan orang yang m
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Lisa Telah Berubah

PoV Hamid "Bukan itu maksud saya, Bu Lena. Nova bahkan terlalu baik. Dia bukan hanya menurut pada Hamid, tapi juga pada saya. Demi Tuhan, Nova pun tak ada cacatnya sebagai istri dan menantu. Tapi tolonglah mengerti dengan keadaan Hamid dan posisi Lisa. Dia tak tahu apa-apa. Tolonglah, Bu, kita sama-sama perempuan," ucap Ibu lalu menangis tersedu seraya mengusap dadanya berulang kali. Aku tahu Ibu pun sedang terjebak dalam situasi yang membuatnya dilema. Sama seperti diriku."Baik. Kami akan bicara pada Nova sebentar," sambar Pak Danu sembari menegakkan badan. Bu Lena ikut berdiri dan mengikuti langkah Pak Danu masuk ke kamar anaknya.Biarlah mereka berunding tentang jalan terbaik. Tentang apa pun keputusan yang akan mereka ambil, aku siap menerima konsekuensinya."Bu, aku mau menyusul Lisa," ucapku saat menyadari Ibu sudah mulai tenang. "Nanti dulu, Mid. Kita tunggu dulu apa yang akan mertuamu lakukan setelah bicara dengan Nova."Baiklah!Kami sama-sama diam. Sejurus kemudian, panda
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Mantap Bercerai?

"Lis, kamu ini bicara apa?" Mas Hamid mendekat sambil menatapku tak percaya."Aku mau kita cerai! Aku mau rumah ini dijual, dan uangnya kita bagi dua. Apa masih kurang jelas?" ulangku dengan suara lantang dan emosi yang rasanya kian menanjak.Segala ucapan dan tingkah lakunya benar-benar telah menguji kesabaranku.Cih! Enteng sekali mulutnya saat mengatakan ingin menjadikan aku kelinci percobaan.Tak malukah dia karena telah berbohong dan menutup-nutupi status anak kandungnya sendiri? Ayah macam apa dia?"Sampai kapan pun, aku tidak akan menceraikanmu, Lisa!" ucap Mas Hamid tak kalah lantang. "Kenapa enggak? Lagian percuma, Mas. Aku sudah nggak bisa nerima kamu lagi! Percuma!" tegasku seraya membuang muka dengan dada turun naik.Terdengar Mas Hamid menghentak napas kasar. Seperti tengah mencari solusi atas masalah yang membelit di antara kami."Lis, bagaimana kalau kita bicara bertiga sama Nova?"Aku sontak menoleh saat Mas Hamid mengajukan sebuah penawaran. Apakah dia ingin bernegos
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Hinaan Telak Zaki

Biarlah! Biar nanti setelah semuanya beres, aku akan berbicara pelan-pelan pada Ibu. Semoga beliau bisa mengerti dan paham jika anaknya ini tak mau dimadu.Di saat seperti ini, pikiranku gampang bercabang ke mana-mana.Tiba-tiba teringat pula akan pekerjaan.Hm, ke mana aku harus memulai petualangan mencari pekerjaan?Saat membaca-baca status teman saja, terlihat banyak yang resign dan banyak yang kena PHK. Membuat nyaliku sedikit ciut bahkan sebelum memulai berjuang.Lalu, bagaimana dengan aku ini? Bahkan sepeda motor saja aku tak punya. Kalau misalnya nanti benar-benar dapat pekerjaan, bukankah sedikit merepotkan jika tak memiliki kendaraan sendiri?Kalaupun harus menaiki bus jemputan pun, bukannya semudah itu. Aku harus datang lebih cepat ke lokasi penjemputan. Huft! Nasib lah, punya nasib seperti ini. Serba salah memang jadi orang tak punya. Semuanya serba susah."Hei! Gue ada pekerjaan yang cocok untuk cewek barbar kayak elu!" "Security!"Tiba-tiba ucapan Zaki tadi sore saat men
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Dua Puluh Juta?

"Eh, banyak omong lu, Zak! Lisa ini masih bini gue! Jadi gue masih berhak ngatur hidup dia!" sambar Mas Hamid berapi-api. Zaki sendiri hanya tersenyum tipis mendengar ocehan lelaki yang berteman dengannya sejak SMA itu."Dan satu lagi, jangan pernah elu mikir, buat deketin dia!" Mas Hamid kembali mencengkeram kuat tanganku saat sepasang matanya menatap garang lelaki bertubuh tinggi itu.Zaki mendengkus kasar."Hmh, bentar lagi juga jadi mantan," cibirnya santai. Membuat Mas Hamid melepas cengkraman tangannya dariku. Ia lantas menarik langkah mendekat pada Zaki yang berdiri dengan jarak sekitar tiga meter di hadapannya."Sok tahu lu!" Dengan mata melotot dan gigi bergemeletuk Mas Hamid mendorong kedua bahu Zaki secara kasar.Aku yang berdiri dengan jarak tak begitu jauh, hanya menyimak. Sama seperti orang-orang di warung nasi bebek ini yang rasanya mulai tertarik saat memperhatikan keributan yang hampir terjadi tak lama lagi.Kalau aku sih, jujur berharap mereka tidak sampai adu fisik.
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Untung Saja Kamu Tidak Hamil

"Awas, ya, kalau lu sampai macam-macam. Lu bakal terima akibatnya."Akhirnya, Mas Hamid bersuara meski sedikit pelan. Mungkin, kepalanya mulai dingin sekarang. Atau … dia sudah takut duluan dengan kabar utangku yang sampai 20 juta?Mungkin saja."Iya … aman. Sana! Mending lu balik kerja, biar dua bini lu bisa dapat nafkah lahir yang sama besar! Oke!" Usir Zaki dengan suara pelan tapi terdengar tajam. Mas Hamid yang seperti sudah kehilangan daya akhirnya memilih pasrah dan pulang. "Ayo!" Melalui isyarat mata, Zaki memintaku berjalan menuju tempat di mana tadi ia mengambil tempat duduk."Heh! Kenapa kamu asal ngomong, aku ngutang sampai sebanyak itu, ha?" Aku memprotes dengan perasaan geram ketika mengikuti jejak langkahnya."Ya … itu cuma cara instan. Biar si Hamid yang kere dan gak tau diri itu cepet pulang aja. Karena gue yakin banget, dia nggak akan bisa bayar langsung hari ini," balas Zaki yakin."Yaa ... tapi bukan dengan fitnah aku punya utang sebanyak itu juga kali!" Aku mengge
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status