Home / Romansa / TERNODA DI MALAM PERTAMA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of TERNODA DI MALAM PERTAMA: Chapter 31 - Chapter 40

197 Chapters

Bab 31

Aku hentikan langkah. Sepertinya akan jauh lebih menyakitkan jika terus mengejar Rimba. Aku mengerti posisinya. Dia amat terluka dengan semua sikapku selama ini."Ayo, kuantar pulang," ucap wanita yang tadi mengobatiku. Rupanya dialah yang bernama Rini. Aku mengangguk pelan.Dengan langkah gontai aku mengikuti Rini ke luar. Ternyata dia juga sama, mengendarai motor trail yang tinggi. Namun, memang cocok dengan sifat tomboynya.Aku segera naik ke atas motor, setelah sebelumnya memindai sekeliling untuk mengetahui keberadaan Rimba. Nihil, dia tidak terlihat sama sekali. Kenapa hati ini kembali perih saat membayangkan jika Rimba mungkin sedang bersama wanita itu."Sudah siap?" tanya Rini menoleh ke belakang. Aku mengangguk.Selama perjalanan hanya sunyi yang menemani kami. Tak ada dari kami yang memulai pembicaraan. Walaupun ada begitu banyak pertanyaan yang ingin kuungkapkan, tapi rasanya tidak etis di awal pertemuan kami. Aku hanya melihat sekeliling untuk mengingat arahbjalan ini."S
Read more

Bab 32

Tiga hari berlalu. Rasa di hati begitu menggebu ingin bertemu dengan mantan suamiku. Luka di tubuhku sudah mulai membaik. Aku ingin berbicara banyak dengan lelaki itu.Papa menyerahkan segala keputusan kepadaku. Apakah ingin melapor polisi ataukah membiarkan Rangga begitu saja. Dia tidak mau jika kisah kelamku menjadi konsumsi publik. Hanya satu hal yang Papa sarankan, yaitu bercerai. Ya, tekadku pun memang sudah bulat untuk mengakhiri hubungan yang mengerikan ini.Setelah berpamitan pada Mama, aku pergi untuk menemui Rimba. Walaupun samar, karena gelap, aku bisa mengingat rute ke tempat kemarin. Semoga saja dia masih ada di sana. Kalau tidak, mungkin dia sedang bekerja di kafe. Dua tempat itulah yang akan menjadi tujuanku saat ini.Pertama, aku mendatangi tempat latihan karatenya. Di sana hanya ada beberapa temannya yang kemarin. Ada juga Rini di sana.Aku menanyakan keberadaan Rimba, namun sebuah jawaban yang sangat mengecewakan yang aku dengar. Rini mengatakan, jika Rimba sudah ber
Read more

Bab 33

Kepergian Rimba benar-benar membuatku terpukul. Aku bahkan sempat tidak mau makan jika saja Mama tidak terus memaksa.Rasa sakit ini begitu dalam. Tepat di saat kau jatuh cinta, dan di saat itu pula dia pergi meninggalkanmu. Itu yang aku rasakan saat ini.Semua sikap kejamku memang pantas berbalas duka. Namun, tak bolehkan aku memperbaiki diri? Semua terjadi hanya karena ketidaktahuanku.Aku telah membuang berlian demi sebuah batu kali. Aku menyakiti orang yang benar-benar mencintaiku demi seorang penjahat seperti Rangga. Rasa sesal sebesar bumi pun takkan pernah merubah keadaan."Lin, kamu mau melaporkan Rangga?" Suara Papa membuyarkan lamunanku. Aku mengerjap dan menoleh padanya."Mau, Pa. Rencananya hari ini aku akan melapor ditemani Rini dan teman-teman Rimba yang lain," jawabku."Bagus. Papa dukung semua keputusan kamu. Biarkan dia membusuk di penjara!" ucap Papa berapi-api.Aku pun berharap seperti itu. Tidak akan ada maaf untuk makhluk bernama Rangga. Biar dia mati di dalam p
Read more

Bab 34

"Semua asetku sudah menjadi jaminan di bank. Sebagian besar uangnya aku invest-kan. Dan ternyata ...." Suara Papa terhenti. Dia menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya. Aku menghela napas panjang. Sepertinya ujian bagi keluarga ini belum berhenti pada kasusku, kini Papa pun mengalami hal buruk.Apakah mereka harus ikut menanggung keburukan yang telah aku lakukan, Tuhan? Kenapa tidak cukup aku saja yang menjalani hukuman ini? Aku berbalik dan melangkahkan kaki ke kamar. Aku hanya ingin meluapkan rasa ini dengan tangisan. Tak kuat rasanya melihat Papa dan Mama dalam kekalutan.Aku ingin tidur lelap, dan semoga saat bangun esok, semua yang terjadi hanyalah mimpi.Ternyata ucapan Papa tentang invest bodong itu bukan hanya isapan jempol belaka. Sesuatu yang aku harap hanya mimpi, ternyata semua nyata. Yang lebih buruk lagi, ada beberapa teman Papa yang menitip invest itu melalui beliau, sehingga mereka menuntut Papa untuk segera mengembalikan uang mereka.Ini sungguh ujian berat. Ter
Read more

Bab 35

"Jadi bagaimana ini, Bu Wati?" tanya Pak Danu—Kepala personalia.Aku menatap bergantian pada kedua orang itu tanpa rasa takut. Aku bisa melihat jika Bu Wati ragu untuk memutuskan. Entah karena apa. Dia terlihat gelagapan."Emh ... itu, emmh ...," ucapnya ragu."Lebih baik usut tuntas saja ke polisi, Pak. Untuk mengembalikan nama baik saya juga, karena saya tidak merasa sudah mencuri kancing-kancing ini." Aku memotong ucapan Bu Wati yang ragu."Aku akan selesaikan dulu di divisi-ku sebelum ke polisi," ucapnya tidak teguh pendirian. Aku bisa membaca raut mukanya yang memucat."Tidak, Bu. Biar lebih jelas sebaiknya kita libatkan saja polisi.""Aline! Kamu ngeyel ya sama atasan!" bentaknya dengan mata yang membesar."Lho, bukannya tadi Ibu sendiri yang mengancam saya akan dilaporkan ke polisi, kenapa sekarang malah Ibu yang takut?" cecarku."Siapa yang takut?" Suaranya kembali meninggi dan sepertinya dia hendak menamparku. Namun, sebuah suara membuyarkan kami."Ada apa ini?" Aku menoleh.
Read more

Bab 36

"Sebentar dulu Bu Wati, jangan dulu emosi. Menurut penuturan Nining, dia disuruh sama Ibu.""Hei, apa buktinya! Lancang sekali kamu menuduh saya, Nining!" teriak Bu Wati. Office girl itu terlihat semakin gemetar."Berikan hp-mu!" ucap Pak Ravi menadahkah tangannya pada Nining. Gadis bertubuh kurus itu ragu-ragu memberikannya."Mungkin Ibu hapal, suara siapa yang ada di sini." Pak Ravi mengotak-atik hp Nining dan tak lama terdengar sebuah rekaman suara antara Nining dan Bu Wati. Di sana jelas terdengar jika Bu Wati tengah mengintimidasi Nining agar mau menuruti permintaanya mencuri barang dari gudang. Walaupun Nining menolak, tapi Bu Wati memaksa dan mengiming-imingi akan memberikan uang.Wajah Bu Wati tampak makin memucat. Nining berdiri sambil sesekali melirik takut pada Bu Wati.Gadis yang pintar. Kamu sudah menyelamatkan diri kamu sendiri dengan merekam saat Bu Wati memaksa. Selain itu kamu juga sudah menyelamatkan orang lain dari fitnah keji, pujiku dalam hati.Aku melirik pada Bu
Read more

Bab 37

Aku menghentikan gerakan lalu menatap Adel yang bersandar di meja kerjaku."Udah, Del. Masalah ini udah selesai kemarin. Kita tidak perlu lagi membahas Bu Wati. Aku justru merasa kasihan sama dia. Buat apa dia melakukan semua itu, yang ujungnya malah merugikan diri sendiri," jawabku."Kamu hebat, Lin. Baru beberapa bulan udah jadi kepala gudang." Adel masih saja nyerocos dengan polos."Udah, ah. Aku ke ruang personalia dulu ya. Gak enak sama Pak Danu," pungkasku kemudian, san ditanggapi dengan cemberut oleh Adel.Betul saja, saat aku tiba di ruang personalia, Pak Danu sudah siap dengan berkas yang harus aku tandatangani. Ternyata Pak Ravi tidak main-main dengan ucapannya. Bukannya aku tidak senang dengan kepercayaan yang dia berikan, tetapi aku merasa melangkahi orang-orang yang telah bekerja jauh lebih lama dariku."Setelah ini, Pak Ravi menunggu kamu untuk memberikan job desk yang harus kamu kerjakan. Secara garis besarnya kamu pasti sudah paham, tapi pasti ada beberapa hal yang bel
Read more

Bab 38

Meeting berjalan lancar, walau pikiranku melayang kemana-mana. Aku hanya bisa memperhatikan lelaki itu dengan rasa yang bergemuruh di dada.Azan Ashar menghentikan meeting ini, lebih tepatnya Rimba yang menghentikannya. Dia bilang kami harus melaksanakan sholat terlebih dahulu. Aku semakin terperangah dengan perubahannya. Dia ... terlihat jauh berbeda."Kita sholat dulu. Jangan sampai dipanggil sama atasan kalian langsung menghadap, tapi dipanggil sama Yang Membolak-balikan hidup kalian, kalian masih saja lalai," ucapnya. Kami semua saling pandang. Sungguh kata-katanya sangat menohok."Ayo, kalian ambil wudu dulu, saya tunggu di mushola," ucapnya sambil bangkit berdiri.Mataku tak bisa diajak kompromi, selalu saja mengikuti setiap gerakannya yang dulu tak pernah berarti, namun sekarang terlihat begitu menarik."Ayo, Lin. Kamu sholat gak?" Bu Widya menepuk bahuku. Aku tersentak kaget karena terlalu fokus memperhatikan Rimba.Aku mengangguk cepat. "I-iya, Bu," jawabku gugup."Pak Rimba
Read more

Bab 39

Wow, pantas saja kamu dandan. Hhmm ... ternyata mau diajak kencan, toh," goda Adel sambil mengedipkan sebelah matanya. Aku memukul pelan lengannya. "Apaan, sih."Adel ini memang polos orangnya. Sikapnya tidak pernah berubah walaupun aku sudah menjadi atasannya. Akupun demikian, tidak pernah mengubah sikapku pada siapa pun yang ada di sini.Wajahku terasa memanas, aku malu membayangkan jika bertemu dengannya nanti.Ya Tuhan, berilah momen yang baik untuk kami hari ini, doaku dalam hati.Kusambar tas selempang yang tergeletak di atas meja lalu berpamitan pada Adel.Jarak dari gedung kantorku ke parkiran terasa begitu jauh, mungkin karena aku sudah tidak sabar melihat wajahnya.Duniaku terasa berhenti saat melihat dia tertawa saat mengobrol dengan Pak Ravi. Tawa yang sudah lama sekali tidak aku lihat, kini aku menemukannya lagi."Aline, sudah sampai. Ayo, kami menunggumu," ucap Pak Ravi. Aku mengangguk hormat. Kulihat dengan ujung mata, Senyum di wajah Rimba langsung menghilang.Ambar—se
Read more

Bab 40

Aku menatap ponsel dalam genggaman. Jika bukan Pak Ravi lalu siapa? Rimba kah? Hatiku tiba-tiba saja berbunga. Jika memang dia yang memberikan, itu artinya ....Ah, aku bahkan terlalu bahagia membayangkannya.Aku menimbang, apakah harus ke sana dan mengucapkan terima kasih padanya, ataukah diam saja pura-pura tidak tahu?Huft!Rasanya aku sangat tidak beretika jika tidak mengucapkan terima kasih padanya. Walaupun mungkin dia tidak ingin aku mengetahui jika dia yang memberikan."Apakah aku terlalu percaya diri, jika mengira Rimba yang memberikan?" Aku berbicara pada diri sendiri, sambil mondar-mandir di depan meja kerja.Aku menatap berkas pengajuan barang-barang yang harus disetujui oleh Rimba. Apakah ini kesempatan baik bagiku untuk menemuinya? Aku harus mencairkan es batu yang bercokol di hati lelaki itu, karena aku sendirilah penyebabnya.Iya. Aku harus menemui dan berbica padanya dari hati ke hati.Aku menyambar berkas-berkas yang harus ditandatangani oleh Rimba. Biasanya aku ak
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status