"Kamu ngeliatin siapa, Ri?" Karin ternyata sudah sejak tadi melepaskan pelukannya. Aku mengusap wajah, kembali melirik ke meja Putra. "Heh, dipanggil malah bengong lagi." Karin menegurku kembali. Eh? Aku menatap Karin, dia mengikuti arah pandangku tadi. Beberapa detik, sahabatku itu tersenyum miring. Dia mencolek daguku. "Cie, kamu ngeliatin cowok itu, ya? Hati-hati, udah punya pacar, tuh."Aku menghela napas, kemudian menggelengkan kepala. Tidak mengerti dengan pemikiran Karin. Namun, dia menebak dengan tepat. "Udah, ah. Oh iya, kamu kapan ke rumah? Si Adel nanyain terus." "Besok, deh. Atau kalau ada waktu. Habis ngelahirin kamu ke rumahku aja kalo gak, sama Adel."Aku menganggukkan kepala, mengobrol dengan Karin memang menyenangkan, tapi sejak tadi mataku tak lepas menatap ke meja Putra. Mereka tampak akrab sekali. Aku memalimglan wajah, malas dengan adegan di sana. Ah, aku mengingat kata-kata Putra beberapa hari yang lalu. Apa dia bilang? Dia ingin membuat komitmen denganku
Read more