"Terus, mau cari rumah dimana?" tanya Bang Ridwan sambil menahan tanganku. "Terserah cari dimana, yang penting gak di sini atau di dekat sini." Aku langsung menarik tangan Bang Ridwan. Kami meninggalkan tempat ini. Huh, dasar si Putra. Datang-datang, menyebalkannya kembali. Bang Ridwan menyetir mobil, sesekali dia tersenyum jahil. "Kamu beneran marah sama si Putra?" Pertanyaannya itu tidak aku jawab. Kalau dia tahu, kenapa pakai bertanya? Kayaknya, Bang Ridwan juga ketularan menyebalkan. "Kamu sebenarnya mau beli rumah itu, gak, Ri?" Sebenarnya iya, tapi kalau sudah dibeli oleh Putra, untuk apa lagi? Mendingan cari rumah baru, deh."Pengen, suka banget sama desainnya, Bang. Tapi gak jadi, deh. Gak pengen lagi.""Oh." Bang Ridwan mengangguk, tapi matanya terus menatapku jahil. Ada apa dengannya, sih? Kenapa dia seolah-olah menggodaku barusan? ***"Adel! Bangun! Siang.""Iya, Ma. Ini udah, kok. Adel langsung berangkat ke kampus aja. Udah telat."Eh? Aku menatapnya aneh. Tidak bi
Baca selengkapnya