Home / Rumah Tangga / Nafkah yang Disunat Suamiku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Nafkah yang Disunat Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60

133 Chapters

Bab 51

Aku baru turun dari taxi saat mendengar namaku dipanggil. Sontak aku menoleh dan mencari sumber suara. Ada Mas Ari serta Mama di sana, di depan toko. Mau apa lagi mereka?"Ayah … !" seru kedua anakku, kemudian menghambur ke pelukan ayahnya.Mama bergerak mendekati aku, kemudian membisikkan sesuatu.Aku tak peduli dengan apa yang beliau ucapkan, karena hanya memicu gemuruh di dada ini."Anak-anak, kita masuk dulu, yuk," ajakku pada keduanya.Bukan aku tak menghargai kedatangan Mama serta Mas Ari. Namun aku tak mau anak-anak melihat keributan antara dua orang tuanya. Mereka juga terlihat lelah sejak dalam perjalanan tadi."Biarkan kami melepas kangen dulu, Dek, kan sudah lama kami nggak ketemu.""Ayah, kami capek, adik sudah ngantuk, lihat," si Kakak menunjuk adiknya yang sedang menguap.Mas Ari nampak kecewa. Tanpa aku berkata, ia telah mendengar sendiri dari lisan Arsy."Hem … padahal ayah kangen, lho sama k
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Bab 52

Hari masih gelap saat ponselku bergetar. Kedua anakku masih anteng di kasur. Aku sendiri baru selesai merapikan mukena setelah menjalankan sholat Subuh.Memeriksa ponsel, ada puluhan pesan dari Mas Ari. Entah mengapa ia mengirim pesan sebanyak ini. Baru teringat kalau sejak semalam aku belum memeriksa ponsel. Setelah makan bersama anak-anak serta dua orang karyawan, aku langsung naik ke tempat tidur mengelus kepala buah hatiku. Tanpa disadari aku ikut terlelap. Sedangkan pekerjaan masih ada, yaitu mengurus toko online.Di antara puluhan pesan dari Mas Ari, ada satu pesan yang terselip di sana. Justru pesan itu menuntun jemariku untuk memeriksa lebih dulu. Dari Pak Ilham."Selamat malam, Bu Lisa. Mohon maaf, sekedar mengingatkan, kalau pembukaan toko saya, dilakukan lima hari lagi. Untuk pesanan, saya mau nambah ya, Bu. Pizza boks besar, Pizza mini lima ribuan, pizza mini. Kesemuanya masing-masing dua ratus piece."Pesan itu ku
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more

Bab 53

"Sepi ya, Mbak, nggak ada anak-anak."Ucapan Karin menghentikan gerakanku yang sedang menyuapkan potongan buah naga ke mulut. Sudah jam sembilan pagi, dan perutku baru terisi sedikit makanan. Nasi bungkus pemberian Mas Ari kuberikan pada pengemis yang datang saat aku masih menunggu ojek yang kupesan.Bukan tak menghargai pemberian mantan suamiku. Namun, rasa iba melihat bibir pucat serta badan renta yang lemah, membuat aku tergerak mengulurkan sebungkus makanan yang berada di tanganku, selain selembar uang yang kuselipkan di sana.Aku juga sudah lama mengubah pola makan. Setiap pagi aku hanya makan buah, baru makan besar saat jam dua belas siang. Aku bersyukur asam lambungku membaik setelah mengubah pola makan ini.Kuterapkan ini juga pada kedua anakku. Mereka mulai bersedia mengganti sarapan biskuit maupun roti dengan potongan buah serta jus buah. Dulu, hampir setiap hari ada biskuit untuk mereka sarapan."Ini nanti kenyangnya awet."Selalu seperti
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Bab 54

"Alhamdulillah ibu sehat. Ada yang mau bicara nih, sama kamu.""Siapa, Bu?" tanyaku ingin tahu.Terdengar suara kresek-kresek dari seberang telepon."Aku Mbak, adikmu yang cantik tiada duanya. Mau ngucapin makasih sama Mbak Lisa yang makin tua makin cantik."Suara tertawa pelan terdengar dari sana. Memanglah adikku ini, suka sekali menggoda kakaknya."Astaghfirullah, orang kalau muji itu yang ikhlas kenapa, pakai embel-embel tua segala," ucapku, lalu tertawa kecil."Eh, tapi makasih ya, udah bilang Mbak cantik, Dek," tambahku lagi."Iya, sama-sama. Bajunya bagus banget lho, Mbak. Modelnya kekinian, bahannya juga adem, terus nggak nerawang kalau dipakai. Pasti mahal, ya?"Terbayang wajah adikku jika sedang antusias seperti sekarang. Bola mata itu pasti sedang membesar sebab merasa kagum sekaligus penasaran."Ya, sesuai kualitas, Dek. Mahal murah itu kan relatif."Kujawab apa adanya, sebab mengal
last updateLast Updated : 2022-10-20
Read more

Bab 55

POV AriHari sudah sore saat Lisa menghubungi aku. Akhirnya, yang kutunggu sejak pagi tadi terwujud juga. Pasti nasi krawu itu meluluhkan hati mantan istriku. Mana mungkin ia menolak, secara itu makanan favorit dia. "Mas, aku kangen sama ... .""Tentu Dek, Mas juga kangen sama kamu," potongku sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Nggak nyangka ia masih menyimpan rindu, pasti dia nyesel sudah menceraikan aku, meski aku belum rela pisah sama dia. Coba kalau masih hidup bersama, pasti bisa puas kangen-kangenannya."Yey, ge er. Aku kangen sama anak-anak, bukan sama kamu. Tolong ya, Mas, aku mau vicall sama mereka, sebentar saja."Dia pasti gengsi mengakui kalau kangen sama aku. Anak-anak cuma dijadikan alasan untuk menutupi gengsinya. Dasar, orang kok gengsian. Nggak capek apa, pura-pura bilang enggak kayak gitu?Hampir saja kujawab kasar karena ia meledekku, untung saja dia cantik. Ya, aku tak bisa tidur semalama
last updateLast Updated : 2022-10-21
Read more

Bab 56

"Bunda?"Terlihat Lisa mengernyitkan kening. Aduh, jangan sampai Lisa tau kalau ada Citra di sini. Aku kan lagi pedekate, biar dapat hatinya, lalu ambil hartanya."Iya Bu, kata Nenek, adek sama kakak punya Bunda di sini."Arsy tak mengerti meski sudah kukasih kode supaya diam. Tapi biarlah, nanti aku cari alasan kalau Lisa mencari tahu tentang Bunda yang disebutkan oleh Arsy. Asyik juga kan, kalau punya dua istri yang banyak uang?"Oh, begitu. Baiklah sayang, nanti pulangnya jangan malam ya, kan besok pagi harus sekolah, oke?""Oke Bu, tenang saja."Tiba-tiba saja Mama mengambil ponsel yang sedang dipakai video call. Mama bergerak menjauhi kami bertiga. Aku tak bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh Mama, tapi aku melihat ekspresi Mama yang tak enak dilihat.***Mobil Mama melaju di tengah keramaian jalan raya. Akhir pekan kali ini jalanan ramai sekali. Kami bersiap menuju rumah Mama. Di sanalah aku
last updateLast Updated : 2022-10-21
Read more

Bab 57

Sepanjang hari aku tak bisa fokus bekerja. Bayang-bayang wajah Lisa terus menari-nari di dalam benak.Besar sekali perubahanmu, Dek Lisa. Hampir-hampir aku tak mengenalmu sebagai mantan istri.Andai ada jalan untuk kita kembali, tentu aku akan sangat senang sekali. Terlebih lagi, kamu sudah sangat berkecukupan sekarang.Aku tak akan pusing dengan pengaturan gaji sebulan yang tak pernah tersisa. Terlebih lagi sejak dikelola Mama. Semua habis untuk bayar arisan dan arisan. Restoran Mama tinggal satu, itu pun sudah di ambang kebangkrutan, sebab tak didukung dengan baiknya pengelolaan pemasukan.Gaya hidup Mama memang sungguh luar biasa. Aku tak habis pikir, untuk apa Mama membawa pulang berpotong-potong pakaian model baru, tak jarang juga tas seharga puluhan juta hanya demi gaya.Eh, tapi, Mama kan pinter juga sekarang mendekati Citra. Bisa jadi tambang emas berikutnya kurasa.Terlebih lagi bayang akan berhasilnya gugatan
last updateLast Updated : 2022-10-22
Read more

Bab 58

Ciuman dan pelukan kuberikan berulang kali hingga mereka geli sendiri. Rinduku sejak kemarin seakan menemukan muaranya. Rasa sepi yang menyerang diri mulai menguap dengan sendirinya. Aku berharap bisa terus mendampingi mereka tumbuh serta melimpahi dengan kasih sayang."Pak di depan ada toko buah nanti mampir dulu di situ, ya?" pintaku pada sopir yang masih fokus pada ramainya arus lalu lintas pagi ini."Baik, Bu," jawab beliau, lantas memperlambat laju kendaraan.Kedua anakku ikut menghambur ke luar begitu pintu terbuka. Kubebaskan mereka memilih buah yang mereka suka. Sekalian saja kubeli untuk stok di rumah nanti.Mobil kembali melaju ke sekolah anak-anak. Halaman sekolah masih ramai dengan orang tua yang mengantar saat kami sampai."Selamat belajar, Sayang. Ibu pulang dulu, nanti ibu jemput lagi, oke?" ujarku saat mereka selesai bersalaman."Oke, ibu." Keduanya menjawab bersamaan, lantas bergabung dengan t
last updateLast Updated : 2022-10-22
Read more

Bab 59

"Tidak mungkin! Ini pasti salah. Ini tidak benar, Pak!"Teriakan Mama bergema di ruang sidang begitu hakim mengetuk palu dan membacakan putusan. Semua pandangan yang hadir tertuju pada mantan Mama mertua. Termasuk aku."Toko itu milik Lisa, bukan ibunya! Data itu pasti salah!""Ma … sudah, Ma. Ayo kita pulang. Jangan begini, malu dilihat orang."Mas Ari berusaha menarik tangan Mama menuju pintu keluar. Citra melihatku dengan mengernyitkan kening seakan penuh tanya. Aku memilih mengayunkan kaki, bersiap meninggalkan ruang sidang. Banyaknya orang yang hadir untuk menunggu sidang berikutnya, ditambah teriakan Mama, membuat ruangan dengan dua buah kipas angin itu terasa panas kurasa.Aku menghembuskan napas lega, karena semua bisa terselesaikan sesuai harapan. Ya, meski ada insiden di akhir putusan."Heh, menantu kurang ajar kamu, ya!"Aku masih berdiri menunggu ojek langganan, saat mendengar suara Mama yang
last updateLast Updated : 2022-10-23
Read more

Bab 60

Melihat sekeliling, dan benar saja, ada beberapa CCTV di luar gedung pengadilan ini. Salah satunya di dekat pintu keluar, dekat dengan lampu jalan. Aku bisa meminta rekamannya nanti, untuk melihat siapa yang telah melayangkan benda tumpul ke kepalaku."Ayo, kita jemput anak-anak sekarang."Ia meraih lenganku. Aku berusaha melepaskan, namun lenganku seperti dicengkeram. Tak urung aku mengikuti langkahnya memasuki mobil SUV warna silver yang terparkir tak jauh dari pintu masuk."Kita pergi dulu dari sini, nanti saya jelaskan."Ia melajukan kendaraan roda empat yang nampak gagah ini. Aku tak bisa berkata-kata karena masih shock dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Aku sempatkan menoleh ke arah Mama dan Mas Ari berada. Mereka masih ternganga di sana.Aku tak tau mobil ini melaju ke arah mana. Di sebuah halaman rumah makan, tak jauh dari pengadilan agama, pria tak dikenal ini memarkirkan mobilnya."Kita bicara sambil menikmati se
last updateLast Updated : 2022-10-23
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status