All Chapters of Misteri Masalembo : Crash Landing : Chapter 31 - Chapter 40

68 Chapters

Part-31: Raga Yang Terjerembab

Seratus empat puluh empat orang penumpang dalam pesawat termasuk awak kabin terlanjur menerobos portal misterius berbentuk pusaran badai berwarna hitam. Mereka menghilang dari masa sekarang. Terjerembab ribuan kilo meter jauhnya. Menjelajah angkasa di belahan lain kaki langit. Raga penumpang terjun bebas. Tubuh-tubuh terpeleset ke suatu masa di masa lalu. Puluhan tahun silam, mendekati satu abad lamanya. Tak ada internet dan game online yang bisa diutak-atik saat itu. Entah kapan masanya itu. Dan di benua mana itu. Seratus empat puluh empat pasang mata terbelalak dalam ruang kabin pesawat. Semuanya menerobos alam bawah sadar. Mimpi seram menyusup senyap dalam pikiran masing-masing orang. Jiwa dan raga terasa lemah tak lagi berdaya. Tubuh serasa digerogoti makhluk-makhluk berkuku panjang yang mengerikan. Lalu...., semuanya mendadak kejang-kejang. Dan....., menggeliat tegang. Di manakah sebenarnya keberadaan pesawat Airbus A320 itu sekarang...? Badai apak
Read more

Part-32: Pukul Berapakah Sekarang....?

Tak ingin lagi Mona mengingat-ingat kejadian mengerikan yang baru saja dia alami.. Sesaat Mona hanya terpaku dalam kebingungan. Kedua matanya dia picingkan untuk menenangkan diri. Mona mengambil napas panjang, disimpannya napas itu dalam-dalam untuk beberapa saat. Lalu.., dihembuskannya dengan sekali sentakan. Lega kemudian dia rasakan. Mona membuka kedua bola matanya. Jam tangan digital yang melingkar di pergelangan tangannya dia lirik. Di sana tertulis pukul 00.00. Menit dan detik tertulis sama 00.00. Tanggal saat itu juga tertulis tanggal 0.0. Bulan dan tahunnya juga sama tertulis 00.00. “Kok aneh ya...?” Mata Mona menyipit. “Kenapa tertulis tanggal nol nol semua ya..? waktunya juga sama, semuanya di angka nol, apa jam aku yang ngaco..? ah.. kayaknya nggak juga sih.” Gumam Mona. Jari telunjuknya bahkan dia jentik jentikkan di arlojinya karena tak percaya. Namun yang muncul tetap angka yang sama. “Mungkinkah ada sesuatu yang tak beres..?” Pikir Mona lagi.
Read more

Part-33: Waktu Yang Membeku

Mona kemudian menoleh ke belakang. Diperhatikannya ada seorang wanita paruh baya yang duduk tepat di belakang kursinya. Wanita itu memejamkan mata, tapi dia tidak sedang tidur. Mona tahu itu. Pelipis wanita itu berdarah-darah. Ada luka sobek di sana. Luka itu masih ternganga memanjang beberapa senti. Wajah wanita itu memar, matanya juga bengkak, pasti sakit terasa. Namun sepertinya tak ada penumpang lain yang peduli kepadanya. Mereka semua juga sibuk dengan keadaan mereka masing-masing. “Ada apa ya dek...?” Wanita itu tiba-tiba bertanya membuka matanya. “Maaf ya bu, kalau mengganggu.” Mona mencuri pandang pada arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri wanita itu. “Ah nggak apa-apa dek, tapi ada apa ya?” “Kalau boleh tahu, sekarang pukul berapa ya bu? soalnya jam saya lagi ngaco.” Mona memperlihatkan arlojinya yang tak bekerja. Wanita itu menyibak sedikit baju lengan panjang yang menutupi arloji di tangannya. Kulit jidat wanita itu tiba-tiba b
Read more

Part-34: Jasad Yang Lenyap

Partikel-partikel hitam yang mengepul di angkasa yang membentuk badai misterius hingga menyebabkan lenyapnya pesawat Aibus A320 dengan nomor penerbangan XZ 1949 itu sebenarnya terbentuk sejak enam bulan yang lalu. Partikel-partikel hitam itu muncrat dari moncong gunung vulkanik yang meletus di tengah-tengah lautan. Namun..., tak diduga, ternyata ada setumpuk dendam dibalik itu semua. Debu-debu vulkanik itu telah disusupi oleh jelmaan arwah-arwah manusia penuh gelimpangan dosa semasa hidup mereka. Dan..., itulah sebenarnya pangkal bencana dari semuanya. Mereka menjadikan lautan begitu buas, hingga mampu memorak-porandakan segala yang ada. Alam mengganas, angkasa menggila, lautan bergejolak, itulah yang terjadi kemudian. Pemampatan gas, debu dan asap hitam bergumpal-gumpal menjadi satu, membentuk badai ganas menghasilkan energi raksasa hingga menimbulkan anti materi dan medan listrik yang sangat kuat. Energi raksasa itu menghasilkan suatu terowongan yang mampu mendistorsi ruan
Read more

Part-35: Wajah Kusam Seorang Pramugari

Mendadak Siska terperangah, matanya membulat besar, menegangkan apa yang dia lihat. Seorang perempuan dilihatnya tumbang tak sadarkan diri setelah dia meraba-raba pakaian pilot yang tertinggal di kursi. “Ris.., Risa lihat itu, ada penumpang yang pingsan...!” Siska memelankan suaranya menepuk-nepuk pundak Rissa. Rissa kaget mendengar. Dia langsung berdiri. Rissa ikut-ikutan terperangah. “Bah..! ngeri kali...!” Celoteh Rissa. Dilihatnya seorang perempuan digotong empat orang penumpang laki-laki kembali menuju ke kursinya. Siska dan Rissa mendadak geger. Mereka berdua melihat tubuh perempuan yang sedang digotong itu tiba-tiba saja menghilang sebelum sampai di kursinya. Yang tertinggal hanyalah pakaian perempuan itu saja. Empat orang lelaki yang menggotong perempuan itu sontak terperanjat. “Astaga, tubuhnya hilang...! ada apa ini...?” Teriak salah seorang dari mereka menggenggam pakaian perempuan itu. Mulut Rissa ternganga melihatnya. “Haaaaaaaaah... !” Dengus
Read more

Part-36: Lelaki Yang Tak Bernyawa

Mona ditinggal pramugari, dia hanya bengong berdiri. Sesuatu kini mengusik pandangan Mona. Langkah kaki pramugari itu mendadak terhenti tak jauh darinya. Seorang penumpang berwajah pucat tiba-tiba menyambar tangan pramugari yang mulus itu. Pramugari itu terlihat kaget, Mona yang melihat juga kaget. “Wah... ada kejadian apa lagi nih..? mengapa pramugari itu dia paksa berhenti...!” Mona memelototkan mata. “Jangan-jangan..... masih ada lagi jasad penumpang yang lenyap.” Dugaan Mona mengarah ke sana. Tangan pramugari dia lepas, penumpang itu kemudian berdiri dan menunjuk-nunjuk kursi kosong yang ada di sebelahnya. Pramugari ikut menunjuk ke arah kursi, penumpang itu kemudian menganggukkan kepala, lalu dia menengadahkan kedua telapak tangannya ke atas. Dari mimik wajahnya, Mona bisa menebak penumpang itu berkata. “...orang yang duduk di sini juga hilang mbak....!” Untuk beberapa saat keduanya diam melihat ke arah kursi mengamati sesuatu. Mona penasaran, dia berjinj
Read more

Part-37: And.... That Storm, Where Are They Now..?

“Misteri dibalik misteri.” Begitulah diibaratkan misteri yang menimpa pesawat Airbus A320 dengan nomor penerbangan XZ-1949 itu. Lepas dari badai misterius, mereka tidaklah terbebas, maut bahkan semakin mengintai. Sederetan kejadian aneh tak masuk akal masih terus menerus menggerogoti seisi ruangan pesawat. Badai misterius yang baru saja terjadi di luar pesawat seakan-akan menimbulkan misteri baru yang kini bersemayam dalam ruang pesawat. Waktu seolah-olah jatuh terpeleset, lalu terjerembab jauh ke suatu masa di masa lalu, entah di mana kini mereka berada. Seluruh penumpang merasakan adanya suatu keganjilan dalam pesawat. Ingin bertanya, tetapi tak tahu pada siapa. Seakan-akan semuanya tersimpan dalam sebuah kotak besi yang terkunci rapat. Yang tak kalah menyeramkan, setelah roh beberapa orang penumpang terlepas dari raganya, raga-raga mereka juga ikut terlepas digerogoti makhluk makhluk kasat mata yang buas. Tubuh-tubuh itu remuk menjadi santapan makhluk makhlu
Read more

Part-38: Bom Udara - Killer-Cloud

Sejenak Devi mencoba mengendurkan kegundahan di hatinya. Tatapan pramugari cerdas itu kemudian menembus ke luar melalui kaca jendela kokpit pesawat. Pandangannya menyapu hamparan langit biru yang membentang luas. Namun..., kegelisahan sepertinya enggan hengkang dari benak Devi. Tatapannya kosong, sepertinya tak bisa menikmati keindahan itu. Hanya beberapa saat pramugari itu bisa memandang ke luar sana, kemudian dia mengakhiri pandangannya. Devi lalu melihat ke arah Adam, ada sesuatu yang ingin dia bicarakan tentang apa sebenarnya yang terjadi pada seluruh penumpang. “Mas Adam, sebenarnya ada kejadian aneh yang menimpa...” Suara Devi sejenak tertahan di kerongkongan. Adam menangkap dengan jelas ada ketakutan lain yang bersemayam dalam benak pramugari itu. Devi menundukkan wajahnya sesaat, kemudian dia kembali menatap wajah Adam. Bibirnya bergetar, seakan-akan berat baginya untuk menyampaikannya. Namun..., akhirnya dia sampaikan juga. “Begini mas Adam.... selur
Read more

Part-39: Bagai Tujuh Warna Pelangi

“Posisi pesawat telah melenceng.....?” Devi getar getir memikirkannya. Berat memang rasanya bagi Devi menerima kenyataan jika hal yang demikian benar-benar terjadi pada pesawat Airbus A320 itu. Walaupun dia tak bisa mengelak dari kenyataan yang ada bahwa itulah kini yang tengah terjadi. “Apakah badai yang kita lewati tadi itu penyebab dari semuanya ini mas Adam...?” Devi kembali bertanya walaupun sebenarnya dia sudah tahu apa jawabannya. “Semuanya memang berawal dari sana.” Adam tak menepisnya. “Saya sempat memperhatikan bentuk badai itu, jelas sekali terlihat dari dalam ruang kokpit, bukan seperti badai cumulonimbus yang hanya dengan satu sambaran tunggal seperti yang biasa kita lihat, namun lebih menyerupai pusaran kabut hitam yang aktif dengan puluhan cahaya kilat.” Adam mencoba menggambarkan bagaimana sebenarnya bentuk badai yang tadi dia lihat. Kulit wajah Devi yang mulus berkeriput membayangkannya. “Benar mas..., siapa saja penumpang yang melihatn
Read more

Part-40: Radar Screen

Hanya sesaat Ingrid sempat merenungkan pemuda itu. Benar-benar hanya sesaat. Kemudian dia terusik oleh sesuatu. Matanya tersendat pada sebuah layar monitor. Lalu tertahan cukup lama pada sederetan angka-angka yang tiba-tiba muncul pada layar monitor itu. Seingat dia, beberapa detik yang lalu angka-angka itu tak terlihat. Layar monitor itu dicoba dia telaah. Angka-angka apakah yang muncul itu...? Layar apakah itu sebenarnya...? Dan apa juga fungsinya...? “A feature cruise...? it’s something like that.” .......terlihat seperti sebuah fitur...... Ingrid bertanya-tanya. Sepertinya..., layar itu memang ada kemiripan dengan sebuah ‘...feature cruise...’ Sebuah kontrol mobil mewah masa kini. Besarnya layar monitor itu tak lebih dari seukuran layar laptop. Angka-angka yang muncul pada layar itu kemudian terlihat bergerak-gerak. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba menerka-nerka. Matanya ikut juga bergerak-gerak mengamati. Namun sama sekali dia tak paham an
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status