Home / Romansa / PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of PEMBALASAN ISTRI TERSAKITI : Chapter 61 - Chapter 70

83 Chapters

Bab 62. Diracun

“Loh, Lin. Kenapa kamu makan di sini?“ tanya Mbok Inah yang melihat anaknya sedang makan di meja belakang dekat dapur.“Katanya, mulai sekarang kita harus makan di sini, Bu,” jawab Lina masih dengan mulut yang mengunyah.“Siapa yang nyuruh?““Istrinya Om.““Kurang ajar sekali dia. Belum lama tinggal di sini sudah berani ngobrak-abrik kawasanku!“ desis Mbok Inah dengan tangannya yang mengepal. Perasaan yang kalang kabut sejak tadi membuat emosinya semakin meningkat. Saat ingin kakinya melangkah untuk mendatangi Devi. Hatinya terbesit untuk menahan, saat ini yang diperlukan bukan otot namun otak. “Lin, dengarkan Ibu! Kamu harus bisa merayu Tuan! Sebisa mungkin ia jatuh cinta ke kamu!“ ucap Mbok Inah mengingatkan yang ke berapa kalinya.Lina sempat menghentikan kunyahannya, ia menatap ke arah ibunya untuk memastikan.“Emang kamu mau selamanya jadi anak babu! Ini kesempatan kita untuk menggeser Devi dari sini!“ ucap Mbok Inah dengan tangan memegangi bahunya Lina untuk meyakinkan.Lina m
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

Bab 63. Kecelakaan?

“Mas, Devi pergi ke kontrakan ya, mau ngecek,” pamit Devi di pagi hari ketika Rendi sedang menbaca koran di teras.“Besok aja lah, Dek. Ini kan hari minggu,” ucap Rendi yang kebetulan hari ini dia juga bebas. Para pekerja di kebun pada libur di tanggal merah.“Justru itu, Mas. Kalau minggu kan pada penghuni kontrakan tidak ada yang berangkat kerja atau kuliah, jadi bisa nagih sewa sama silahturahmi juga,” jelas Devi sambil memasang jam tangan.“Rumah sepi,dong. Ibu juga pergi senam tadi, ya sudahlah, hati-hati di jalan, ya!““Oke, jalan dulu ya,” ucap Devi sambil mencium takzim punggung tangannya.Devi pergi bersama Pak Ujang. Semenjak menjadi Istrinya Rendi, sifat manjanya kembali hadir di dirinya.Sepergian Devi, Mbok Inah membawakan segelas anggur untuk Rendi. “Monggo diminum, Tuan!““loh, saya kan gak meminta, Mbok?“ “Ini baik untuk kesehatan kalau sesekali meminumnya, Tuan.“Dengan tak enak hati ia mengambil cangkir yang dibawa Mbok Inah. Lalu ia meneguknya dan sempat terhenti k
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

Bab 64. Amnesia

Bu,” lirih Lina mencekal tangan Ibunya untuk menghentikan. “Kenapa, Lin?“Lina menggeleng pelan.“Maksudmu apa, Lin. Kita harus cepat bertindak sebelum mereka pulang. Hampir habis nasib kita!““Tapi, Bu.“ Lina masih kekeh memegang erat tangan Ibunya.“Sudah, ayo!“ Mbok Inah menghempaskan tangan Lina agak kasar, ia berdiri dan melangkah ke arah kamar Rendi.Dengan melangkah gontai Lina mengikuti dari belakang perasaannya lesu.Ingin sekali jujur ke ibunya, tapi takut untuk bicara.Lina memilin ujung bajunya dan menatap setiap gerak-gerik Ibunya yang sedang berjongkok menatap jeli ke arah lantai. Ia tersenyum getir menatap Ibunya yang kegirangan mendapatkan apa yang dicari.“Lin, lihat! Ibu sudah mendapatkan,” terang Inah dengan mata yang berbinar.“Bu,” lirih Lina.“Ayo, kita kembali ke kamar. Kita selamanya tetap di rumah ini! Tidak akan ada yang bisa mengusir kita.“ Dengan mantap Inah berjalan ke arah kamarnya dengan tangan satunya yang dia naikkan ke atas.“Bu, Lina ingin berkata
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Bab 65. Siuman

“Mbok! Mbok Inah!“ teriak Veni sambil masuk ke dalam.Saat melewati buffet kaca ia terkejut melihat barang koleksinya raib tak tersisa.Matanya membeliak lalu ia bergegas menuju ke kamar Mbok Inah. Veni membuka pintu kamar yang tidak terkunci dan langsung masuk ke dalam.Kosong, ia membuka lemari Mbok Inah dan mendapati sudah tidak ada isinya.Kurang ajar! Ia kabur tanpa berpamitan dengan dirinya bahkan sudah membawa barang miliknya.Ia menghenyakkan badannya ke ranjang. Tangannya memijit pelipisnya yang mendadak pusing.Belum sempat untuk mengajak tes DNA rupanya sudah kabur duluan. Iya kini meyakini bahwa semua itu hanya rekayasa Mbok Inah dan semakin yakin masalah itu hanya fitnah untuk Rendi.Ia mendesah pelan dan beranjak untuk ke dapur, perutnya sudah meminta jatah melalui nada yang keluar.Begitu terkejutnya ia saat membuka lemari penyimpanan alat memasak yang sudah kosong melompong.Bahkan teflon pun tak tersisa satu pun.Veni mendengkus dan mengambil ponselnya untuk memesan
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

Bab 66. Bertemu Hasan

Temaram lampu malam yang sedang menyinari ruangan berukuran 3x3 itu tak membantu penglihatan Hasan, ia habis mendapat bogem mentah yang bersarang di pelupuk matanya. Samar-samar ia memandang langit kamar, beberapa kali menekan sekitar pelipisnya untuk mengurangi rasa sakit, memijitnya. Ia menoleh ke arah lelaki yang bertubuh kekar yang sedang memandang dirinya dengan matanya menyipit dan kedua tangannya bersedekap. Ia lah yang meninju muka Hasan.Berulangkali ia memukul dan menendang perut Hasan. Namun ia belum mencapai rasa puas. Apalagi saat mendengar Hasan meracau menyebut dirinya sendiri telah membunuh anak sendiri.Ia begitu membenci teman narapidana yang kasusnya membunuh anak sendiri. Itu merupakan sebuah penghinaan atas dasar lelaki. Tubuhnya yang lebih tinggi dan tegap membuat ia bisa mengalahkan Hasan dengan mudahnya.Hasan pun begitu, ia merasa disinilah ia menebus dosa yang pernah ia lakukan. Ia hanya berpasrah diri saat dirinya disiksa, baginya rasa sakit badannya tak mel
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

bab 67. Kondisi Hasan

Temaram lampu malam yang sedang menyinari ruangan berukuran 3x3 itu tak membantu penglihatan Hasan, ia habis mendapat bogem mentah yang bersarang di pelupuk matanya. Samar-samar ia memandang langit kamar, beberapa kali menekan sekitar pelipisnya untuk mengurangi rasa sakit, memijitnya. Ia menoleh ke arah lelaki yang bertubuh kekar yang sedang memandang dirinya dengan matanya menyipit dan kedua tangannya bersedekap. Ia lah yang meninju muka Hasan.Berulangkali ia memukul dan menendang perut Hasan. Namun ia belum mencapai rasa puas. Apalagi saat mendengar Hasan meracau menyebut dirinya sendiri telah membunuh anak sendiri.Ia begitu membenci teman narapidana yang kasusnya membunuh anak sendiri. Itu merupakan sebuah penghinaan atas dasar lelaki. Tubuhnya yang lebih tinggi dan tegap membuat ia bisa mengalahkan Hasan dengan mudahnya.Hasan pun begitu, ia merasa disinilah ia menebus dosa yang pernah ia lakukan. Ia hanya berpasrah diri saat dirinya disiksa, baginya rasa sakit badannya tak me
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

bab 68. ke makam Reyhan

Setelah hampir dua jam berlalu, Perlahan Devi membuka kelopak matanya, kepalanya masih terasa pusing dan pandangannya sedikit kabur lalu ia memejamkan kembali dan sekarang semua sudah terlihat jelas.Ia mengintari pandangannya ke ruangan, masih sama.Pandangannya terhenti pada sosok yang sedang duduk dengan kepala tertelungkup. Ia memejamkan matanya kembali untuk mengingat, kilasan dan potongan kecil kenangan saat ia tertabrak.Ia menggeleng pelan saat teringat kejadian yang membuat ia tak sadarkan diri berupa sinar yang menyilaukan mata dan hantaman yang keras saat ia tak bisa mengendalikan Rem pada mobilnya.Keringatnya keluar membasahi anak rambut dan pipi, tangannya mencengkram pada sprei yang ia tempati.Napasnya memburu saat mengingat adegan kecelakaan itu.Perlahan kenangan berganti saat ia berbicara dengan mbok Inah lalu ia membanting pintu mobilnya dengan keras.Ia kini menyadari alasan kenapa ia berada di sini. Terbaring Lemah hingga berhari-hari.Ia menatap lelaki yang mas
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

bab 69. Rencana Devi

Devi masuk ke rumah dengan langkah santai.“Rumah sebesar ini siapa yang membersihkan, Bu?“Devi menatap lekat ke arah Veni tanpa berkedip. Ia hanya ingin memastikan apakah mau berkata jujur atau berkilah.“Itu dulu ada Mbok Inah dan Mbak Reni, tapi sekarang hanya Mbak Reni,” jawabnya.Devi mengangguk, rupanya mereka sudah mengusir ataukah menyembunyikan dari dirinya. Devi mengedikkan bahunya. Lalu Rendi mendekat dan meraih lengannya untuk menggandeng mengajak ke kamar.Devi bergeming dan pura-pura lupa di mana tempat kamarnya. “Nanti kita ke bengkel ya!“ ajak Devi.Rendi mengangguk. Dia jadi merasa bersalah karena tidak menindaklanjuti ke pihak berwajib terkait kecelakaan yang menimpa Devi.Devi menghenyakkan badannya ke ranjang yang sudah berganti sprei. Tatapannya mengintari ruangan kamar. Masih sama tidak ada yang berbeda. Rendi masuk menyusul Devi dan ikut duduk di tepi ranjang, memandangi Devi yang masih sibuk dengan imajinasinya.Perlahan ia menaruh tangannya ke pundak Devi.
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

bab 70. Lina tertangkap

Dengan langkah mengendap, Lina tetap nekat untuk menuju ke bekas kamarnya dulu. Perlahan ia melangkah hingga deru napasnya terdengar. Pandangan matanya tak terlepas mengawasi wanita yang duduk di Sofa membelakangi dirinya.Dia tidak menyadari Devi sedang mengarahkan kamera ponsel hendak berselfi ria, namun malah mendapati sesuatu yang mencurigakan dan langsung memantau Lina lewat kamera ponsel. Lina bernapas lega ketika sampai kamar, dia melangkah cepat dan meraba ke atas lemari yang terakhir ia melempar dokumen begitu saja.Setelah mendapatkan apa yang dituju, Lina berbalik dan keluar kamar dengan langkah pelan, saat tatapannya mengarah ke sofa ia sedikit menyimpulkan senyumannya ketika tidak mendapati Devi lagi. Ia setengah berlari keluar melalui dapur dan halaman samping rumah. Ia begitu riang berjalan dengan mengayunkan tangannya.Sebentar lagi ia akan pamer ke ibunya kalau aksinya berhasil dan dengan mudahnya ia mendapatkan.Kepalanya sedikit mendongak dan matanya menyipit saa
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

bab 71. Kepulangan Devi yang sudah ditunggu

“Katakan dengan rinci!“ sentak Devi sambil mencengkeram rahang Lina.Lina menggeleng,dia begitu takut dengan ekspresi Devi.Plak!Belum sempat Lina membuka mulutnya kembali. Devi sudah menghujaminya dengan tamparan.“Sebenarnya, a–aku tidak hamil,” Akhirnya kata itu terucap dari mulut Lina. Meskipun suaranya begitu lirih namun itu terdengar jelas oleh Devi.Devi menggeleng dan langsung menghempaskan wajah Devi. Ia benar-benar tak habis pikir. Rumah tangganya sudah dipermainkan begitu saja.Devi berdiri. Napasnya tersengal. Begitu mudahnya orang lain menghancurkan keluarganya. “Lebih baik aku beri sedikit pelajaran biar jera,” batinnya.Ia pun berbalik dan keluar gubuk untuk menetralkan emosinya. Ada perasaan lega ketika mengetahui suaminya tidak menghamili Lina dan ada kekecewaan terutama dirinya yang dengan mudahnya memberi peluang keluarga Mbok Inah hingga mereka dengan beraninya mengatur siasat.“Non, Ferdi lagi perjalanan ke arah sini. Tadi saya sudah share lokasi,” ucap Pak Ujan
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status