Home / Pernikahan / Batas kesabaran seorang istri! / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Batas kesabaran seorang istri!: Chapter 131 - Chapter 140

153 Chapters

131. Kebahagian yang nyata.

"Selesai," ucapku puas melihat aneka hidangan yang tersaji. Menu lengkap, seperti jamuan hotel bintang lima saja. "Zalia, jam berapa mereka datang?" tanya Ibu dari ujung tangga. Dia turun di batu oleh Bibi, di papah secara perlahan. Ibu yang mendengar kedatangan adiknya serta cucunya, tentu saja bersemangat. Saking semangatnya. Beliau yang biasanya tak mau turun dari ranjangnya, kini justru turun dari tangga. Memang hebat sekali kekuatan cinta. Membuat seseorang yang enggan menjadi begitu mudah menyanggupi. "Sebentar lagi mungkin, Bu," jawabku. Aku membantu Ibu untuk duduk di kursi. Mematikan kehadiran mereka seakan waktu berjalan lambat bagi Ibu. Wajahnya gelisah, segelisah menantikan sang kekasih menjepit di malam Minggu yang syahdu. Waktu yang di tunggu pun telah tiba, deru mobil memasuki pekarangan rumah. Senyum cerah secerah matahari pagi yang begitu menghangatkan terbit di bibir tua yang ada di hadapanku ini.
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

132. Lamaran yang ditolak. (season 2)

Pov. IwanMobil yang aku kendarai membelah jalanan kota, diterangi lampu-lampu bersinar terang yang berjejer di pinggir jalan. Langit yang begitu cerah seakan bulan dan bintang sedang bergurau ceria. Tampak begitu betah di atas sana, mereka seperti sedang berbincang membicarakannku yang baru pulang ke rumah saat langit semakin pekat seperti jelaga. Setelah beberapa lama menikmati hembusan angin malam yang membelai wajahku dari balik jendela mobil dalam kesunyia seorang diri, akhirnya mobilku memasuki pekarangan rumah. Dengan tubuh yang sangat letih, kuseret kedua kaki ini dengan lemas seakan tak bertenaga untuk memasuki rumah. Rumah yang begitu hangat dengan kedua orang tua yang menyayangiku dengan tulus, walau mereka bukan orang tua kandungku.Semakin bertambahnya usia, semakin terasa kehampaan di hati ini. Aku mulai terbiasa dengan kehangatan keluarga membuatku ingin membentuk keluarga kecilku sendiri. Hadirnya pelita hati yang memanggilku dengan sebutan Ayah. Menungguku pulan
last updateLast Updated : 2023-01-27
Read more

133. Mengejar cinta (season 2)

Sudah hampir satu minggu Fitri bersikap cuek padaku. Aku menjadi gelisah, apalagi sikapnya kepada Rendy sangat berbeda dengan sikapnya padaku. Lebih manis dan perhatian. Aku menatap kendaraan yang berlalu lalang dari balik jendela kaca, secangkir ameraco terletak di hadapanku. Siang ini tak seperti biasanya aku tak berselera dengan makananku, hingga masih menyisakan setengah di dalam piring.“Ada apa? Kenapa wajahmu tampak gelisah, apa ada masalah?” tanya Radit santai sembari menikmati potongan kentang goreng miliknya. “Nggak ada.” Aku paling tidak suka menceritakkan masalah pribadiku pada orang luar. Entahlah, mungkin karena selama ini aku terbiasa memendam perasaanku sendiri; baik itu kesal, marah dan kecewa. Jadi sedikit aneh saja jika kau harus curhat seperti wanita saja. Radit memicingkan matanya. “Jangan bohong padaku, aku mengenalmu cukup lama. Pasti karena wanita kan!”“Jangan sok tahu,” ujarku men
last updateLast Updated : 2023-01-28
Read more

134. Salah paham. (Season 2)

Aku hanya mampu menarik napas, menjadi bulan-bulanan ledekan mereka berempat. Mereka seakan bersekongkol mengejekku, nafas ini terhembus kesal. Setelah acara letusan kembang api yang menandakan pergantian tahun, mereka baru berhenti dan perhatiannya teralihkan oleh letupan kembang api yang dimainkan oleh Rendy dan Tita. Aku bergabung bersama para orang tua, begitupun dengan Fitri yang tampak telaten mengurus Ibu yang kini sering kumat rematik kakinya. “Kapan kamu menikah Iwan? Bulek sudah tak sabar melihat kamu menikah dan memiliki keluarga yang lengkap. Apa kamu nggak ingin melihat Ibu Dan Ayahmu menimang cucu,” ucap Bulek Zalia memulai pembicaraan yang sedikit menyemrempet dengan kehidupanku. Aku tahu mereka semua mengkhawatirkanku, mereka ingin aku hidup bahagia. Tapi masalahnya, siapa yang mau aku ajak menikah? “Apa yang dikatakn Bulekmu itu benar Iwan, mumpung Ibu dan Bapak masih hidup jadi nanti kami bisa pergi dengan tenang nantinya jika kamu meni
last updateLast Updated : 2023-01-29
Read more

135. Gerak cepat sebelum diambil orang.

Aku pulang larut malam, memikirkan semua yang dikatakan Radit padaku. Kuda besi berwarna hitam metalik melesat cepat menyususri jalanan aspal yang telah lenggang. Hanya ada lampu penerangan jalan serta taburan bintang yang bersanding dengan rembulan yang menemani perjalananku ke rumah. Bulan dan bintang tampak seperti berbincang menertawakan kebodohanku sendiri. Otak cerdasku seketika menjadi bodoh jika berurusan dengan cinta. Mungkin karena aku terbiasa tanpa kasih sayang sejak kecil, menjadikan aku seorang pria yang susah mengepresikan perasaan hati ini. Mobilku kini memasuki pagar yang dibuka oleh satpam. Kulirik arloji yang melingkar di tangan, pukul satu dini hari. Seperti biasa, tampaknya aku tak pernah bisa pulang cepat ke rumah sebelum. Langkah kakimu memasuki rumah secara perlahn, aku selalu membawa kunci cadangan. Biasanya Fitri akan membukakan pintu ini sebelum kunci yang kubawa menyentuh lubang pintu, tetapi kali ini berbed
last updateLast Updated : 2023-01-30
Read more

136. Kabar yang mengejutkan (season 2)

Aku melajukan mobilku membelah jalan raya, kukemudikan mobil ini dengan segala pikiran negative yang berkecamuk di otak. Jalan yang aku lalui kali ini berbeda dengan jalan yang biasa aku lalui untuk menuju ke kantor. Ya … aku memang tidak pergi ke kantor melainkan menyusul Fitri ke kampungnya. Aku tahu letak kampungnya di mana karena aku pernah mengantarkan ia sekali, saat pulang ke kampung ketika masih ada almarhum Mama Zahra. Enam jam waktu yang kubutuhkan untuk sampai ke tempat tujuan. Memasuki kawasan perkampungan dengan banyaknya sawah yang terhampar luas, para penduduk yang ramah menyapa dengan senyuman tulusnya. Mobilku pun kini sampai di depan rumah yang kecil semi permanen, bagian dinding sebelah atas terbuat dari papan yang dicat berwarna putih. Aku keluar dari mobil menatap bagian atas rumah sekilas, atap terbuat dari asbes yang sudah tampak hijau berlumut. Kuhela napas panjang, mengontrol deru jantung yang berpacu cepat,
last updateLast Updated : 2023-01-31
Read more

137. Kejutan kedatangan Iwan. (season 2)

“Tidak setuju? Tidak setuju apa, Nak? Tidak setuju kalau Fitri tidak tinggal di rumah itu lagi?” tanya ibunya Fitri memastikan apa yang ingin aku sampaikan. “Tidak setuju jika Fitri menikah dengan lelaki lain, Mbok!” jawabku cepat. Hati ini mulai panik, hatiku geram membayangkan jika wanita yang aku sukai akan menikah dengan lelaki lain. Hati ini terasa tertusuk nyeri. “Loh … kok seperti itu, Nak Iwan. Fitri ini sudah dewasa dan sudah waktunya untuk berumah tangga. Ia tak mungkin selamanya bekerja di rumah Nak Iwan. Ia juga—” “Saya ingin melamar fitri, Mbok. Dan Fitri juga mengetahui itu, maaf jika kedatangan saya saat ini terkesan mendadak. Tapi saya serius dengan apa yang saya sampaikan saat ini Mbok.” Aku menatap Fitri yang tertegun. Aia mentapku bertepatan denagn aku yang menatapnya, tatapan mata kami bersibobrok. Aku mencari jawaban dari tatapan mata itu, adakah ia merasakan rasa yang sama dengan apa yang aku rasakan saat ini. Jujur selama ini aku merasa seperti diriku yang me
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

138. Pak Lurah sombong (season 2)

Aku masih terpaku saat Mbok bertukar cerita dengan Mas Iwan. Lelaki itu memang begitu pintar mengambil hati orang tua, Mbok yang biasanya jarang bicara kini mau bercerita panjang lebar padanya. AKu hanya diam melongo mendengarkan pembicaraan mereka. Aku masih diam sambil menerka-nerka gerangan kedatangan pria itu ke gubuk reotku ini.“Tidak, saya tidak setuju, Bu!” ujar Mas iwan begitu lantang saat Mbok mulai menjelaskan niatku untuk pulang kampung selamanya. Wajah Mas iwan tampak tegang. Aku dan Mbok terkejut mendengar ucapannya, rumah gedong yang kami tempati memang sudah berpindah alaih menjadi milikku. Hibah dari almarhum Bu Zahra, majikanku. Tetap saja aku sadar itu bukanlah milikku, aku hanya sebagai pemilik semantara. Ibu juga sudah tua, ia ingin aku segera menikah dan membangun rumah tangga. “Tidak setuju? Tidak setuju apa, Nak? Tidak setuju kalau Fitri tidak tinggal di rumah itu lagi?” tanya ibu, mungkin memastikan apa yan
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

139. Bukan lelaki idaman. (Season 2)

“Memang penting ya, Mas, bahas masalah makanan yang mahal dan murah. Yang penting kan bersih dan higienis,” jawabku jengah. Aku tak kunjung menerima plastik yang ia sodorkan. Melihat aku yang seakan enggan, Mas Hendra langsung meraih tangan kananku dan meletakkan bungkusan itu ke tanganku dengan kasar. “Penting dong, supaya saat kamu menjadi istriku, kamu tahu apa yang aku suka dan apa yang tidak aku suka. Termasuk menu makanan yang akan kamu siapkan untukku sehari-hari. Aku tidak suka istri ynag tidak pintar masak dan kalau bisa,” Mas Hendra menjeda ucapannya. Ia memindai penampilanku dari atas hingga ke bawah. Daster batik sebatas mata kaki dengan lengan pendek, rambut yang di cepol ke atas dengan asal karena aku lupa mengambil jilbab tadi, di tambah wajah yang polos tanpa make up. Karena sehabis bangun tidur tadi aku mandi dan berganti pakaian saja. Lagi pula untuk apa berdandan jika hanya di rumah saja.“Saat kita menikah nant
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more

140. Memantapkan hati (Season 2)

“Maaf untuk apa Mbok?” Aku mengurai pelukan kami, menatap wajah keriput yang sudah penuh dengan flek-flek hitam penuaan itu. Tatapan mata sendu yang meneduhkan. “Mbok sudah melihat semuanya tadi. Selama ini Hendra selalu bersikap santun dan tak banyak omong di depan Mbok. Tapj apa yang Mbok lihat tadi, pria itu tampak begitu angkuh dan meninggi. Mbok nggak bisa bayangkan jika kamu menikah dengannya nanti, Nduk.” Aku tersenyum. Mengusap punggung rapuh itu pelan. Membawanya untuk duduk pada bilai-bilai bambu pengganti sofa mewah seperti yang ada di ruang tamu rumah para orang kaya. “Terkadang apa yang kita tampak dengan mata tidak selamanya itu benar, Mbok. Lama tinggal bersama almarhum Bu Zahra membuat Fitri sadar. Manusia adalah makhluk yang paling pintar menutupi apa yang ada di hati. Yang tampak baik tak sebenarnya baik, bahkan yang tampak jahat tidak juga benar-benar jahat. Konsep sebab-akibat itu tak pernah lepas dari semua alasa
last updateLast Updated : 2023-02-02
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status