All Chapters of Taaruf dengan Anak Wanita Malam: Chapter 131 - Chapter 140

250 Chapters

131. Menjadi juara!

131.“Tentu saja Bu Zahra pasti mengundang kita dong,” sambung Selina yang baru sadar bahwa Winda tengah memberi umpan agar Zahrana bercerita soal pernikahannya.Zahrana menarik sudut bibirnya. “Insyaallah! Aku permisi ya mau ke toilet dulu,” ucapnya merasa tegang. Ia kesal dengan obrolan Winda dan Hanum yang menyinggung perasaannya.Hanum dan Winda pun saling lirik. Sesuatu telah disembunyikan oleh Zahrana. Bukan Winda namanya jika tidak mencari tahu apa yang terjadi. Pasalnya ia merasa apa yang terjadi pada Zahrana itu berkaitan dengan Selina. Tentu saja Winda ada di pihak Selina.Obrolan pun berakhir. Keesokan harinya, hari yang paling dinanti para guru, antara tegang dan bahagia. Hari terakhir perlombaan akan menjadi penentu siapa yang akan memboyong juara umum.Para guru dengan setia menunggu detik demi detik acara lomba. Selina pun dengan sedikit was-was menunggu hasil penjurian. Apakah Ruri masuk tiga besar atau tidak. Di bawah bimbingannya Ruri bekerja keras dalam berlatih. Da
Read more

132. Kepergian Selina

“Hei, kamu dapat dari mana foto papaku?” pekik Alana baru sadar jika foto yang diperlihatkan Mahendra adalah foto papanya bersama temannya. Alana menarik foto itu dari jemari Mahendra, membuat Mahendra terlihat kesal.“Kembalikan! Aku hanya bertanya siapakah foto seorang gadis yang bersama papamu itu?”sembur Mahendra dengan sedikit kesal.“No! Jawab dulu pertanyaanku! Mengapa kamu mencuri foto papaku? Itu foto dari album lama?” cerocos Alana dengan menyembunyikan foto itu di belakang punggungnya. Wajahnya seketika memerah karena marah. Ia tak suka barang pribadinya disentuh oleh orang lain.Mahendra bingung mau menjawab apa. Apa iya ia harus katakan jika gadis di foto itu mirip seseorang yang ia cintai? Mungkinkah? Apa reaksi Alana nantinya?Mahendra menarik nafas dalam. Ia tak mau berseteru terus dengan gadis itu, ia akan mengendalikan emosinya dan berbicara dengannya baik-baik.“Baiklah, Nana, aku akan akan ceritakan alasannya kenapa tapi tolong kembalikan foto itu karena aku akan m
Read more

133. Penantian seorang ibu

Hari ini Aqsa akan mengadakan meeting dengan Mr Liam sebagai investor yang juga ditemani asistennya. Meeting dilakukan di gedung RAKHA Corp. Mereka berencana membahas soal pembangunan apartemen yang sempat tertunda. Sebelum meeting, Liam menyempatkan membesuk Ayu yang terbaring di rumah sakit. Dengan senang hati Aqsa dan Rakha menyambut kedatangannya. Mereka memasuki kamar di mana Ayu dirawat dengan memakai pakaian khusus terlebih dahulu.“Siang Bu Ayu! I am sorry, I have just known that you got a serious accident. Sa-ya baru tahu beberapa hari yang lalu,” ucap Liam berbelasungkawa, ia terkadang berbicara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang kurang fasih.“Thank you Mr Liam,” sahut Ayu dengan tersenyum. Ia masih dalam masa recovery dan observasi sehingga tidak bisa seperti dulu, banyak bicara dan ceria.“Makasih Mr Liam sudah meluangkan waktu membesuk istri saya,” sambung Rakha yang terus menggenggam tangan sang istri. Lalu melirik sang istri dan tersenyum padanya dengan hangat.
Read more

134. Salah masuk apartemen

Selina mengedarkan pandangannya saat ia mengayunkan kakinya keluar dari lift lantai lima belas sebuah gedung apartemen. Jantungnya berdebar-debar, tak sabar ingin segera bertemu sosok perempuan yang ia rindukan selama ini. Akhirnya ia tiba di apartemen mewah nomor 115. Ia pun menatap pintu yang terlihat kokoh berwarna metalic di hadapannya. Ia melirik sekilat pada digital door viewer, sebuah bell interkom dua arah mirip CCTV. Penghuni apartemen bisa melihat tamu yang datang.Selina berusaha mengendalikan rasa gugupnya yang tinggi. Ia menarik nafas panjang lalu merapikan kerudungnya.Bismillah,“Assalamualaikum! Saya Selina. Um, mau bertemu dengan Bu Dewi Rahma,” ucap Selina dengan melongokan wajahnya ke kamera digital door viewer. Setelahnya ia membuang nafas kasar.Di dalam ruang apartemen seorang pria tengah tertawa melihat Selina.“Tuan, gadis itu sudah datang!” ucap seorang pelayan pribadinya.“Iya, kamu keluar dan suruh dia masuk!” katanya terkekeh.Pelayan seksi itu lantas kelu
Read more

135. Jangan lalukan ini padaku!

Tak seperti para guru yang lain, yang terlihat santai, Winda terlihat gelisah. Alasannya, Selina belum pulang juga ke hotel. Sesekali ia menengok arlojinya. Ia melihat jarum pendek sudah merangkak ke angka delapan. Tiba-tiba perasaannya tidak enak. Seperti ada sebuah firasat.“Kenapa melamun? Belum cukup jalan-jalannya?” tanya Hanum merangkul bahu Winda. Mereka berjalan bersisian menuju kamar hotel. Mereka baru saja pulang dari butik, berbelanja pakaian wanita.“Bu Selina belum pulang!” sahut Winda bernada khawatir. Kunci kamar hotel tentu ia yang simpan. Tak mungkin Selina pulang duluan. Pasti menemuinya dulu.“Belum kali! Biasa kalau udah lama gak ketemu sodara, sekalinya bertemu pasti ngobrol panjang lebar,” kata Hanum terkikik.“Iya sih, tapi kok perasaanku gak enak ya,”“Sudahlah! Kamu itu ternyata khawatiran. Aku kira dulu kamu anak yang cerewet dan pasti cuek bebek,” katanya sembari tertawa.“Bu Win!” seru Ruri yang berlari menuju mereka.“Apa?”Winda menoleh dengan wajah masam
Read more

136. Selamat karena keadaan

“Kapan Selina pulang?” tanya Ustaz Bashor pada Ummi Sarah tatkala tiba dari masjid setelah menunaikan shalat isya.“Besok Abah,” sahut Ummi Sarah, mencium punggung tangan suaminya. “Abah, mau makan malam sekarang?”“Nanti, Abah mau ngajarin kitab Jurumiyah dulu buat anak-anak SD. Mereka masih kecil jadi Abah harus pelan-pelan ngajarinnya,” ucap Ustaz Bashor langsung berjalan menuju ruang makan, membuka tudung saji yang sudah diisi makanan kesukaannya. Ia tersenyum mesem, menyadari jika istrinya itu sangat berbakti pada suami dan selalu memberikan yang terbaik untuknya termasuk menghidangkan makanan.“Ummi, udah VC-an belum sama Selin?” tanya Ustaz Bashor lalu menutup kembali tudung saji dan hanya meraih air minum karena kehausan. Ia duduk dengan tenang dan meneguk air itu setelah membaca basmalah. Ia pun berjalan mengikuti Ummi Sarah ke ruang tamu.“Belum hari ini Abah. Soalnya kayaknya sibuk. Katanya hari ini penentuan lomba. Mungkin sekarang para guru sedang istirahat pasti capek so
Read more

137. Melarikan diri

Tercium aroma masakan dari arah dapur. Pelayan tengah memasakkan makan malam untuk Willie. Willie berjalan menuju dapur. Hal tersebut kesempatan emas bagi Selina. Saat mereka berada di sana Selina turun dari ranjang dan menaruh guling di atas kasur lalu menutupinya dengan selimut. Seolah-olah ia tengah tidur. Willie masih punya rasa simpati saat ia tak sadarkan diri, ia menyelimutinya dengan selimut. Entah, apa maksudnya. Selina pun meñgendap-endap menuruni ranjang dan menyasar nakas untuk mencari kunci apartemen. Ia meraba bagian atas nakas yang hanya terdapat dompet saja. Dengan tangan yang gemetar, Selina menarik lacinya ternyata kosong. Lalu ia berjalan menuju meja kerja lelaki itu. Ternyata tidak ada juga. Ia bersembunyi di balik pintu kamar karena terdengar Willie yang berjalan berlalu-lalang dengan setengah telanjang, hanya memakai boxer. Itu pertama kalinya Selina melihat seorang lelaki berpenampilan seksi. Adam saja tak berani seperti itu di hadapannya kecuali saat ia sakit
Read more

138. Diincar mafia?

Zahrana menarik lengan Aqsa lalu mengajaknya berjalan menuju kamarnya. “Pak, ngobrolnya nanti lagi ya! Saya ada perlu,” katanya pada Zul. Aqsa tak menolak dan mengikuti langkah Zahrana hingga mereka sampai di depan pintu kamar Zahrana. “Mas, tolong! Aku tahu perasaan Mas saat ini. Aku juga sama mengkhawatirkan Selina. Karena ia juga sahabatku,” ucap Zahrana dengan menahan kesal. Aqsa terdiam. Ia tahu apa yang ia lakukan keliru. Bagaimanapun Zahrana istrinya. Seharusnya ia menjaga perasaannya. “Maaf, aku tidak bermaksud …” “Aku tahu, Mas begitu mencintai Selina. Aku sadar, seharusnya aku yang tak mempermasalahkannya. Aku …” Zahrana memejamkan matanya menahan isak yang tak mampu ia tahan. Akhirnya air mata itu pun luruh juga menetes melewati pipinya. Melihat Zahrana menangis, Aqsa semakin merasa bersalah. Namun ia tak bisa mengkhianati hatinya jika ia masih mencintai Selina. Benar, seperti apa yang Zahrana sampaikan. Aqsa merasa terenyuh, sedikit demi sedikit hatinya mulai merasa
Read more

139. Laporan kehilangan

Pagi ini Ustaz Bashor tidak mengajar para santri karena ia sedang tidak enak badan. Semalam badannya meriang. Ia hanya menghabiskan waktunya di ruang tamu dengan membaca. Ia pun mulai jenuh lalu menaruh buku itu ke atas meja. Seperti halnya Selina, ia suka membaca jadi wajar saja, buku yang dimiliki Selina sudah pasti dibaca olehnya juga.Sesekali ia menyalakan televisi dan memindahkan chanel sembarangan. Ia menonton berita kriminal yang terjadi marak di perkotaan. Berita itu menayangkan tentang prostitusi terselubung yang dipromosikan dalam bentuk hotel ‘best seller’. Dalam artian hotel tersebut menyediakan wanita penghibur untuk tamunya.Melihat tayangan itu, membuatnya bergidik, pikirannya jadi keluyuran. Ada banyak prasangka buruk hilir mudik di kepalanya. Ia pun mematikan televisi dan mendengus kesal.“Akhir zaman! Beritanya ngeri,” gumamnya.Ia mulai didera rasa khawatir, menunggu kabar Selina.“Ummi, kenapa Selin belum ngasih kabar?” tanya Ustaz Bashor saat melihat Ummi Sarah b
Read more

140. Persekongkolan

Kabar menghilangnya Selina sudah sampai ke telinga Hawa dan fadel. Mereka yang tengah berada di puskesmas kaget minta ampun. Mereka langsung izin hari itu untuk ikut membantu mencari Selina. Terutama Fadel yang ikut menghubungi teman-temannya yang tinggal di Jakarta. Satu lagi, ia belum menghubungi Mahendra. Tentu, Mahendra tinggal bolak balik Jakarta-Purwakarta. Namun ia ragu apakah Mahendra akan mengangkat teleponnya mengingat ia sudah lama tidak bisa menghubunginya.“Bang telepon siapa?” tanya Hawa yang selalu berada di sisinya, satu tempat kerja dengannya. Mereka kini berada di dalam mobil, di daerah sekitar Asten. Mereka hendak menyusul ke dua orang tua mereka ke Jakarta. Fadel menghentikan mobilnya di tepi jalan. Sebab Hawa terlihat mual dan ingin muntah.“Ada toilet di masjid Ar-Ridho,” ucap Fadel melihat sang istri yang tengah meringis, menahan muntah. Fadel buru-buru mematikan mesin mobil termasuk AC. Lalu ia membuka jendela dan pintu untuk Hawa. Hawa yang tidak tahan, tak s
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
25
DMCA.com Protection Status