Dikta mengepalkan tangannya. "Huhhhhh," Dikta menghela nafas. "Maafkan Mama, Sayang. Maafkan semua ucapan Mama," kata Dikta menatap Rahayu. "Rahayu tidak pernah dendam dengan Mama, Mas. Rahayu tahu jika Mama begitu mendambakan seorang cucu," balas Rahayu. Dikta tersenyum walaupun hatinya tahu bahwa Rahayu pasti sudah begitu terluka oleh ucapan Mamanya. "Lebih baik kamu kejar Mama, Mas. Pasti Mama masih ada di luar sekarang," saran Rahayu. "Mengejar Mama! Tidak perlu!" kata Dikta. "Mas, itu Mama kandung kamu. Seorang ibu yang sudah melahirkan kamu dan merawat kamu hingga seperti ini, mau bagaimanapun, se kesal apapun kamu dengan Mama. Itu tetap Mama kamu, seorang wanita yang harus kamu hormati," ucap Rahayu. "Tapi, Sayang!" Dikta yang begitu kesal dengan Mamanya. "Mas," ucap Rahayu dengan lembut dan memegang kedua pipi Dikta. "Kamu menyayangi aku kan?" tanya Rahayu. Dikta memberikan anggukan kepala. "Aku ingin kamu kejar Mama dan meminta maaf pada Mama," kata Rahayu. Rasa
Read more