Beranda / Pernikahan / Hinaan Mertua yang Tiada Berujung / Episode 4/ Sebuah Janji Hingga Tua.

Share

Episode 4/ Sebuah Janji Hingga Tua.

Penulis: Nofriza Rahma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di sepanjang jalan, Dikta terus saja memikirkan Rahayu.

"Pasti Rahayu masih menunggu kedatangan ku," gumam Dikta mempercepat laju mobilnya.

Hanya menghabiskan waktu lima belas menit, mobil Dikta sudah terparkir di garasi mobil mereka.

"Bagaimana mungkin aku bisa berpisah dari Rahayu? Sementara Rahayu adalah wanita yang berada disampingku ketika masih belum memiliki ini semua. Apa mungkin aku bisa membuat Rahayu menangis nantinya?" gumam Dikta menatap rumah hasil kerja keras mereka.

"Ini semua hasil kerja keras aku dan Rahayu, setiap melangkah ke dalam rumah ini. Maka wajah Rahayu selalu terlihat sedang menyambut kedatangan ku dengan senyum manis itu," 

"Aku tidak mungkin untuk tidak bisa melihat senyum manis dari Rahayu satu hari saja," ujar Dikta kembali melangkah ke dalam rumah.

Sembari masih melangkah, Dikta terus kepikiran dengan ucapan dari mamanya sendiri.

"Aku tahu jika Mama ingin memiliki seorang cucu, tapi tidak dengan cara seperti ini. Mana mungkin aku bisa menceraikan Istri ku hanya karena dia tidak bisa memberikan aku keturunan,"

"Itu tidak mungkin akan terjadi dan aku akan terus mempertahankan pernikahan ini hingga akhir, apapun yang akan terjadi dan seberapa kuat Mama meminta aku untuk menceraikan Rahayu. Itu semua tidak akan terjadi!" ujar Dikta dengan serius akan ucapan nya.

Dikta tidak melihat Rahayu di ruang tamu.

"Apa Rahayu sedang menyiapkan makan malam yah sekarang?" gumam Dikta melangkah ke arah dapur.

Di dapur Dikta tidak menemukan Rahayu, dirinya hanya melihat Mbok Mina.

"Ada apa Tuan Dikta? Kenapa ke dapur? Apa ada yang perlu saya siapkan?" tanya Mbok Mina ketika melihat Dikta sedang mencari sesuatu di ruangan dapur tersebut.

"Nyonya Rahayu mana Mbok Mina? Tidak ada disini?" tanya Dikta.

"Nyonya ada di kamar Tuan," balas Mbok Mina.

"Oh, begitu. Terima kasih yah Mbok, saya permisi dulu. Jika Mbok capek lebih baik sekarang istirahat saya Mbok,"

"Tugas ini bisa Mbok Mina lanjutan besok ," saran dari Dikta.

"Oh, gak usah Tuan. Mbok Mina masih belum bisa tidur," ucap dari Mbok Mina.

Dikta tersenyum dan berucap.

"Baiklah, Mbok. Saya mau menyusul Nyonya dulu ke kamar," ucap Dikta pamit dari ruangan dapur untuk menemui istri tercintanya.

Mbok Mina tersenyum ketika berada di lingkungan Dikta dan Rahayu yang begitu baik, mereka berdua memperlakukan Mbok Mina tidak seperti seorang pembantu melainkan seperti seorang bagian dari keluarga kecil Dikta dan Rahayu.

"Aku sangat beruntung bisa bertemu dengan Nyonya Rahayu dan Tuan Dikta tujuh tahun yang lalu," gumam Mbok Mina yang tersenyum bahagia ketika mengingat masa lalunya.

Mbok Mina kembali memotong sayuran dan menyiapkan keperluan untuk besok pagi.

Sementara itu, Dikta sedang melangkah ke dalam kamar mereka yang terletak di lantai dua.

Sebelum membuka pintu kamar, Dikta kembali teringat dengan air mata Rahayu yang ia lihat hari ini.

"Maaf untuk air mata itu sayang, ini semua salah aku. Seharusnya aku tidak mengizinkan Mama terlalu lama untuk berkunjung ke rumah kita," gumam Dikta menghela nafas dan memegang gagang pintu dan membukanya.

"Assalamu'alaikum," ucap Dikta masuk melihat Rahayu sedang membaca ayat Alquran dengan suara merdu.

Dikta tersenyum dan bergumam tanpa menghilangkan pandangan matanya dari Rahayu.

"Dimana lagi aku bisa mendapatkan istri sebaik Rahayu? Aku adalah pria paling beruntung di muka bumi ini," gumam Dikta menunggu hingga Rahayu selesai membaca ayat Alquran.

Tidak berapa lama, Rahayu akhirnya selesai.

"Alhamdulillah, aku masih diberi waktu untuk tetap beribadah kepada Mu ya Allah. Terima kasih banyak," ucap Rahayu kemudian berdoa.

Dikta yang sedang menunggu Rahayu, mendengar semua doa yang dipanjatkan oleh Rahayu.

"Ya Allah, ya Tuhanku. Aku tahu Engkau maha mengetahui semua takdir hamba Mu. Tapi hamba juga hanya manusia biasa, hamba tidak akan pernah luput dari yang namanya kesalahan. Apa ini memang sudah takdir hamba ya Rabb?" pinta Rahayu yang di dengar dengan begitu jelas oleh Dikta.

"Ya Rabb, hamba juga hanya wanita biasa. Hamba begitu mendambakan seorang malaikat kecil di tengah pernikahan hamba dengan suami hamba,"

"Tapi apa salah, jika hamba tidak dapat memberikan keturunan itu untuk suami hamba? Apa ini semua kesalahan hamba ya Rabb?"

"Apa ini …. Semua …."

Hikkkk hikk hikkk

Tangis Rahayu tidak bisa ditahan lagi sekarang, semua yang dirinya tahan akhirnya menyampaikan rasa sakit yang berusaha dirinya pendam sendiri.

Dikta ikut meneteskan air mata ketika mendengar istri tercinta nya menangis seperti itu.

Dikta melangkah menuju tempat Rahayu dan langsung memeluk tubuh Rahayu.

Rahayu kaget ketika mendapatkan sebuah pelukan.

"Mas?" gumam Rahayu ketika melihat Dikta memeluknya dari samping.

"Jangan menangis seperti ini Sayang, kamu tidak salah. Tidak akan pernah salah," 

"Ini semua tidak kesalahan kamu, mungkin memang takdir kita saja belum dikasih seorang malaikat kecil dalam rumah tangga kita. Mau bagaimanapun aku akan tetap mencintai kamu selamanya," ucap Dikta memegang kedua pipi Rahayu dan menghapus air mata Rahayu yang semakin jatuh dengan deras.

Tangis Rahayu semakin pecah.

"Tapi, Mas. Mau bagaimanapun ucapan Mama itu benar," Rahayu dengan tatapan mata sendu nya menatap pada Dikta.

"Walaupun bagaimanapun, aku tidak akan membiarkan ucapan Mama itu terjadi. Aku tidak bisa kehilangan kamu sayang," jawab Dikta kembali memeluk erat tubuh Rahayu.

"Terima kasih, Mas. Tapi bagaimanapun kamu memang harus memiliki keturunan," ucap Rahayu ketika mereka berdua masih berpelukan.

"No, aku tidak butuh itu sekarang. Yang aku butuhkan hanya kamu," 

"Mau diberi keturunan ataupun tidak, itu sudah takdir. Dan aku tidak bisa kehilangan kamu dalam kehidupanku untuk sedetik saja aku tidak mampu,"

"Jadi, jangan pernah berpikir kamu akan pergi dari sampingku. Kita pasti bisa melewati ini semua," ujar Dikta semakin mempererat pelukannya.

"Tapi, Mas. Aku rela jika kamu memiliki wanita lain selain diriku, asalkan kamu bisa mendapatkan keturunan seperti yang diharapkan oleh Mama. Aku ikhlas Mas," ucap Rahayu yang kembali berlinang air mata.

"Hei, itu semua tidak akan terjadi. Aku tidak akan menikah lagi, aku sudah berjanji pada kamu. Bahwa kita berdua akan menua bersama," ujar Dikta kembali menghapus air mata Rahayu.

"Tapi Mas. Aku juga ingin kamu bahagia,"

"Aku tahu jika kamu ingin sekali memiliki sebuah keturunan,"

"Sementara aku tidak bisa memberikanmu keturunan hingga detik ini, aku merasa gagal menjadi istri kamu Mas. Aku merasa gagal," ucap Rahayu yang kembali berlinangan air mata.

Dikta kembali membelai wajah Rahayu. 

"Kamu tidak pernah gagal menjadi istri aku, Sayang. Dan aku adalah pria yang beruntung di dunia ini yang bisa mendapatkan wanita sebaik kamu,"

"Kita pasti bisa melewati ini semua, dan jika sudah waktunya kita pasti akan mendapatkan malaikat kecil untuk menemani masa tua kita. Aku berjanji kita akan menua bersama,"

"Apapun yang terjadi, sekalipun Mama mengatakan hal seperti itu. Aku tidak akan pernah melepaskan kamu dalam hidupku Rahayu," Dikta tersenyum dan kembali memeluk erat tubuh Rahayu dan kembali berucap.

"Terima kasih, Sayang. Terima kasih telah hadir dalam kehidupanku. Aku berjanji akan selalu berada disampingmu. Kita pasti akan menua bersama, tidak akan ada yang bisa memisahkan kita. Apapun yang terjadi kita pasti bisa melewati ini semua," 

"Aku berjanji Rahayu," 

Bab terkait

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 5/ Mbok Mina Ganggu Aja

    Mas!" ucap Rahayu ketika mereka masih berpelukan. "Hmm," balas Dikta. "Mas!" ucap Rahayu. "Iya sayang," balas Dikta. Pelukan mereka semakin erat, karena Dikta tidak membiarkan Rahayu untuk melepaskan pelukan tersebut. "Mas!" ucap Dikta untuk ketiga kalinya. "Iya, sayang. Ada apa?" tanya Dikta masih dengan memeluk tubuh Rahayu. "Mas, kamu lupa sesuatu yah?" kata Rahayu. "What? I remember," ucap Dikta. "Kalo ingat, apa coba?" tanya Rahayu. "Hmmm, wait for a minute," "Hmmm, I remember. You're saying …." "Kamu kangen yah?" ujar Dikta. Rahayu yang mendengar pun begitu kaget dan pipi Rahayu langsung merona seketika. "Mau coba malam ini? Sepertinya olahraga malam bagus sayang," bisik Dikta. Rahayu langsung mencubit pinggang Dikta. "Awhg, aku itu gak mau dicubit sama kamu. Aku maunya disayang apalagi dibelai," bisik manja Dikta. "Ihhh, Mas. Bukan itu maksud aku," ujar Rahayu. "Terus apa dong?" tanya Dikta penasaran. "Kamu udah sholat Isya?" tanya Rahayu ketika Dikta tidak

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 6/ Suprise di Tengah Malam.

    "Mbok Mina ngapain sih ganggu malam-malam gini? Ngak tahu apa yah," gumam Dikta melangkah bersama dengan Rahayu."Ngak Boleh Gitu Mas, siapa tahu kan Mbok Mina mau menyampaikan hal penting untuk kita. Nggak boleh suudzon," ucap Rahayu."Hmmm," "Tapi kan bisa diomongin besok," kata Dikta."Kamu ini seperti anak kecil saja, Mas. Mbok Mina juga baru sekarang yang ketuk pintu kita larut malam seperti ini," ucap Rahayu.Pintu kamar mereka terbuka dan memang Mbok Mina sedang berdiri di depan pintu kamar tersebut dengan sangat cemas."Tuan ...." kata Mbok Mina."Kenapa Mbok? Kenapa Mbok Mina cemas seperti ini?" tanya Dikta panik.“Bu… Bos,” kata Mbok Mina."Mama?!" ucap Dikta.Mbok Mina memberikan anggukan."Mama bertamu malam-malam seperti ini?" tanya Dikta.Mbok Mina kembali memberikan anggukan."Sekarang Mama ada dimana Mbok?" tanya Dikta cemassembari membocorkan pada Rahayu.'Rencana apa lagi yang ingin direncanakan oleh Mama?' pikir Dikta."Bu Bos ada di bawah Den, sedari tadi Bu Bos t

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 7/ Amarah Dikta Tengah Malam .

    Dikta menatap heran pada kedatangan Mamanya dan Carina di tengah malam."Mama ngapain malam-malam bertamu ke rumah Dikta dan Rahayu?" tanya Dikta."Mulai detik ini, Mama tidak akan bertamu lagi ke rumah kamu. Tapi … Mama akan tinggal di rumah kamu bersama dengan Carina," ucap Mama Dikta.Dikta dan Rahayu saling berpandangan satu sama lain."Ma_maksud Mama apa?" tanya Dikta."Mama dan Carina akan tinggal di rumah kamu ini, tidak masalah kan jika rumah ini kedatangan dua tamu istimewa?" tanya Mama Dikta."Tapi Ma, Mama itu sudah ada rumah sendiri. Kenapa malah mau tinggal di rumah Dikta dan Rahayu?" kata Dikta."Dan kenapa ada dua koper?" tanya Dikta."Kamu benar-benar sudah berubah yah Dikta! Semenjak kamu menikahi gadis kampungan ini, kamu sudah tidak lagi menyayangi Mama!""Mama benar-benar kecewa dengan kamu!" ucap Mama Dikta yang kembali memberikan air mata palsu."Sabar dulu, Tan. Pasti Mas Dikta sudah terpengaruh oleh pembantunya ini" ucap Carina."Hei! Jaga bicara kamu! Rahayu i

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 8/ Rencana Usil Mbok Mina.

    Dikta dan Rahayu masih terus saling berpelukan satu sama lain."Maaf Tuan," ucap Mbok Mina."Ada apa Mbok? Kenapa Mbok bawa dua cangkir teh malam-malam gini?" tanya Dikta heran."Teh ini untuk Bu Bos dan wanita yang datang bersama Bu Bos, dimana yah Tuan?" tanya Mbok Mina."Sudah gak perlu Mbok, Mama sudah pulang. Mbok bisa melanjutkan istirahat Mbok sekarang," ucap Dikta."Sudah pulang?" kata Mbok Mina dengan ekspresi wajah bahagia."Iya, memangnya kenapa Mbok?" tanya Dikta heran."Tidak, Tuan. Terus teh hangat nih Mbok buang saja?" tanya Mbok Mina."Gak usah di buang Mbok, buat Rahayu dan Mas Dikta aja. Mbok udah capek-capek bikinnya, lagian mubazir jika dibuang. Gimana Mas?" tanya Rahayu.Dikta tersenyum dan menyetujui ucapan dari Rahayu."Untuk kami berdua aja Mbok, sekalian bisa nonton malam-malam gini. Gitu kan maksudnya Sayang?" tanya Dikta.Pipi Rahayu merona kembali sementara Mbok Mina tertawa geli ketika mendengar ucapan dari Dikta."Ya sudah, Tuan. Sepertinya Mbok Mina meng

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 9/ Rencana Agar Mama Insyaf.

    "Tapi … Bu Bos," kata Mbok Mina. "Tapi apa?! Cepat panggilkan Dikta sekarang! Atau kamu mau saya pecat!" kata Mama Dikta dengan penuh amarah. "Tunggu sebentar Bu Bos, akan saya panggilan Tuan Dikta. Bu Bos mau menunggu di kamar ini atau bagaimana?" tanya Mbok Mina. Kemarahan dari Mama Dikta semakin terlihat jelas. "Apa?! Kamu suruh saya untuk menunggu anak saya yang memiliki rumah ini, di tempat seperti ini?! Apa kamu ngak pakai otak yah! Cepat kamu panggil Dikta sekarang!" kata Mama Dikta. "Ayo Sayang, kita tunggu Dikta di ruang tamu. Enak saja kita di kasih tempat seperti ini," ucap Mama Dikta pada Carina. "Iya, Tan. Ya kali aku secantik ini bakal tidur di tempat seperti itu," kata Carina. Mbok Mina yang masih menatap dengan rasa bahagia karena akhirnya dapat mengerjai mereka berdua. "Emang enak aku kerjain, syukurin. Berani pas gak ada Tuan Dikta aja," gumam Mbok Mina yang melangkah ke ruangan atas. 'Apa aku mengganggu Tuan Dikta dan Nyonya Rahayu yah? Tumben banget Nyonya

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 10/ Mertua yang Tak Kenal Balas Budi

    "Percuma saja kamu bermesraan dengan wanita ini sekarang! Kamu harus ingat dengan perjanjian kita Dikta!" kata Mama Dikta menatap tajam pada Dikta. "Huh!" "Perjanjian?!" "Perjanjian apa?! Saya pikir, kita tidak ada perjanjian apapun!" kata Dikta yang begitu muak dengan keberadaan Mama dan wanita tersebut sekarang. Rahayu begitu kaget, karena biasanya semarah apapun Dikta pada mamanya. Dikta tidak pernah menggunakan kata saya ketika berbicara dengan mamanya. "Mas," kata Rahayu. "Tidak ada perjanjian apapun di antara kita! Jadi, jika sudah selesai berbicara di rumah ini. Silahkan keluar," kata Dikta. Mama Dikta tidak percaya dengan ucapan dari anaknya sendiri sekarang. "Pintu keluar dari rumah ini tahu kan? Apa perlu saya panggilkan Mbok Mina?" kata Dikta. "Mbok," panggil Dikta. Rahayu yang melihat kemarahan jelas terlihat dari wajah Dikta, tidak bisa mengatakan apapun sekarang. 'Apa semarah ini Mas Dikta pada Mamanya sendiri? Baru kali ini, Mas Dikta yang tidak menggunakan na

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 11/ Tertipu di Malam Pertama.

    "Menikah lah dengan diriku Martha," kata Tuan Raka mengeluarkan cincin tunangan yang terbuat dari berlian. "Maksud Anda Tuan? Saya hanya pembantu di rumah Tuan," kata Martha menolak. "Saya tidak peduli itu, saya ingin mempersuntingmu menjadi istri saya. Apapun status, saya tidak memperdulikan itu!" ucap Tuan Raka. Suara teriakan terdengar dari warga kampung. "Terima," "Terima," "Terima," teriak warga kampung. Raka tersenyum ketika mendengar teriakkan setuju dari warga kampung untuk melamar perawan desa yang dinobatkan sebagai kembang desa. "Warga kampung saja setuju, bagaimana dengan kamu Martha? Saya ingin kamu menikah dengan saya," kata Tuan Rakas yang masih berharap kembang desa tersebut menerima lamaran dari dirinya. "Saya harus tanyakan pada kedua orang tua saya terlebih dahulu. Saya tidak bisa memutuskan itu semua sekarang," ucap Martha menolak dengan sangat baik. Martha adalah ibu tiri dari Dikta, sekaligus mertua kejam bagi Rahayu. Martha memang seorang kembang desa k

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 12/ tawaran panas untuk Rahayu.

    Dikta masih mencoba menetralisir rasa emosional nya sekarang, bagaimanapun dirinya tahu terhadap kesalahan yang telah diperbuat pada mama sambung nya tersebut. "Astaghfirullah …." kata Dikta dengan memejamkan matanya berharap emosional nya dapat dikendalikan. "Mas," kata Rahayu yang berusaha menenangkan Dikta dengan memegang kedua tangan Dikta. Dikta menatap lekat pada Rahayu dan terlihat air mata di pelupuk mata Dikta. Dikta meraih kedua tangan Rahayu dan mencium dengan sangat lembut dan dipenuhi dengan perasaan cinta pada kedua tangannya Rahayu. "Kamu memang benar, Rahayu. Tidak ada yang lebih baik dan lebih nyaman kecuali memandang orang yang kita sayangi," kata Dikta dengan tersenyum dan menarik tubuh Rahayu dalam pelukannya sekarang. Dikta menghembuskan nafasnya dan kembali berucap. "Maafkan aku Rahayu," kata Dikta dengan tetap memeluk Rahayu. "Kenapa meminta maaf Mas? Kamu tidak salah," ucap Rahayu yang mempererat pelukannya. Dikta menggelengkan kepalanya yang masih teta

Bab terbaru

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 16/ Anniversary Kita Sayang.

    Dikta menunggu kedatangan Rahayu dan Mbok Mina yang berbelanja sedikit oleh-oleh untuk keluarga Mbok Mina yang berada di kampung. "Mumpung belum ada Rahayu, lebih baik aku siapkan semuanya sekarang," pikir Dikta segera menelepon seseorang. [Halo, bos. Ada yang bisa kami bantu?] tanya seseorang. "Ada, sekarang kamu dekorasi rumah saya dengan sangat indah. Malam ini ada kado istimewa yang akan saya berikan pada istri saya. Oh yah, kamu juga siapkan banyak bunga mawar dan beberapa barang yang perlu kalian beli. Akan saya kirimkan nanti," kata Dikta. [Baik Bos,] [Oh yah, kamar nya gimana? Apa perlu kami dekorasi juga?] tanya seseorang. "Ya iyalah, saya ingin semua sudut di rumah kamu dekorasi dengan sangat indah dan sangat romantis. Malam ini Anniversary pernikahan kami," kata Dikta. [Okay Bos,] kata seseorang. Dikta menutup sambungan telepon dan mencari tempat romantis yang akan mereka kunjungi setelah mengantarkan Mbok Mina ke bandara siang ini. "Sepertinya tempat ini bagus," g

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 15/ Iblis Berwajah Manusia.

    Rasa gelora di antara Rahayu dan Dikta semakin membara dan terus memanas dan semakin bergairah. "Ekhem, maaf Tuan, Nyonya. Saya mengganggu kegiatan bergairahnya," kata Mbok Mina dengan menundukkan kepalanya. Rahayu sangat malu pada Mbok Mina, Bagaimanapun bagi Rahayu tidak baik melakukan hubungan suami istri dihadapan orang lain. Sementara itu, Dikta masih tetap bersikap santai dengan kedatangan Mbok Mina. Bagi dirinya Mbok Mina yang akan menjadi saksi perjuangan Dikta mempertahankan rumah tangganya dengan Rahayu yang sekarang sedang diterjang badai besar yang siap menghancurkan kapal besar tersebut. "Aku tidak akan gagal dengan pernikahan yang sudah aku bina selama ini!" batin Dikta yang mendapatkan firasat buruk yang akan menerjang keharmonisan rumah tangga mereka, kesetiaan akan segera diuji. "Mbok Mina sudah mau berangkat kah?" tanya Rahayu dengan tersenyum. "Iya, Nyonya Rahayu. Mbok Mina mau berangkat sekarang, semua barang yang di butuhkan sudah berada di dalam koper ini. M

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 14/ Benalu Itu Carina.

    "Apa-apaan ini?! Enak sekali kalian bercumbu mesra di depan tamu!" murka Carina yang begitu jijik dengan ciuman bergairah yang dilakukan oleh Dikta dan Rahayu. "Itu salah kamu sendiri! Sudah tahu kamu itu hanya seorang tamu, kenapa memilih masuk. Bukannya itu tidak sopan?" kata Dikta yang memang sengaja membuat Carina menjauh dari kehidupan rumah tangga harmonis Rahayu dan Dikta. Carina yang memang sudah dari awal berniat ingin merebut Dikta dari Rahayu menggunakan berbagai cara untuk bisa menaklukkan hati Dikta. "Mas, kamu itu kenapa sih? Padahal aku kesini mau nganterin ini sama kamu," ucap Carina mengulurkan kotak makanan berwarna merah muda tepat di depan Dikta. Dikta semakin marah pada sikap Carina yang selalu berusaha mencari simpatisan dari dirinya, jelas Dikta sudah memiliki seorang istri. "Kamu tidak lihat apa? Atau kamu ini sudah buta?" kata Dikta yang membuat Carina memberikan wajah kesal pada hinaan dari Dikta. "Mas, ngomong apaan sih! Aku kesini cuman bawain bekal ma

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 13/ Gairah Panas di Depan Tamu.

    Rahayu keluar dari kamar mandi dengan raut wajah kesal, sementara Dikta member kesan sumringah ketika keluar. "Maaf yah Sayang, kebablasan atuh. Kamu marah yah?" tanya Dikta dengan memeluk pinggang Rahayu. Wajah cantik Rahayu jelas terpantul di kaca besar yang terpasang megah di kamar Rahayu dan Dikta. "Kamu semakin cantik saja, Sayang. Kamu pakai apaan sih?" goda Dikta pada Rahayu yang sedang cemberut. "Huhhhhh," Rahayu menghela nafas. "Maaf, Mas. Maafkan Rahayu," ucap Rahayu. Dikta membalikkan badan Rahayu dan memegang kedua pipi Rahayu dengan senyuman manis yang selalu hanya Rahayu yang akan dapat melihat senyum itu. "Kenapa meminta maaf? Jika kamu tidak pernah melakukan kesalahan apapun, kenapa harus memberikan wajah ini? Kamu tidak salah sedikitpun, Rahayu istriku. Istri tercinta ku," ucap Dikta menghapus air mata Rahayu. Rahayu memang terkenal memiliki hati seperti kaca dan begitu rapuh, dan mungkin itu semua memang kodrat semua wanita yang memiliki hati serapuh itu. Dan

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 12/ tawaran panas untuk Rahayu.

    Dikta masih mencoba menetralisir rasa emosional nya sekarang, bagaimanapun dirinya tahu terhadap kesalahan yang telah diperbuat pada mama sambung nya tersebut. "Astaghfirullah …." kata Dikta dengan memejamkan matanya berharap emosional nya dapat dikendalikan. "Mas," kata Rahayu yang berusaha menenangkan Dikta dengan memegang kedua tangan Dikta. Dikta menatap lekat pada Rahayu dan terlihat air mata di pelupuk mata Dikta. Dikta meraih kedua tangan Rahayu dan mencium dengan sangat lembut dan dipenuhi dengan perasaan cinta pada kedua tangannya Rahayu. "Kamu memang benar, Rahayu. Tidak ada yang lebih baik dan lebih nyaman kecuali memandang orang yang kita sayangi," kata Dikta dengan tersenyum dan menarik tubuh Rahayu dalam pelukannya sekarang. Dikta menghembuskan nafasnya dan kembali berucap. "Maafkan aku Rahayu," kata Dikta dengan tetap memeluk Rahayu. "Kenapa meminta maaf Mas? Kamu tidak salah," ucap Rahayu yang mempererat pelukannya. Dikta menggelengkan kepalanya yang masih teta

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 11/ Tertipu di Malam Pertama.

    "Menikah lah dengan diriku Martha," kata Tuan Raka mengeluarkan cincin tunangan yang terbuat dari berlian. "Maksud Anda Tuan? Saya hanya pembantu di rumah Tuan," kata Martha menolak. "Saya tidak peduli itu, saya ingin mempersuntingmu menjadi istri saya. Apapun status, saya tidak memperdulikan itu!" ucap Tuan Raka. Suara teriakan terdengar dari warga kampung. "Terima," "Terima," "Terima," teriak warga kampung. Raka tersenyum ketika mendengar teriakkan setuju dari warga kampung untuk melamar perawan desa yang dinobatkan sebagai kembang desa. "Warga kampung saja setuju, bagaimana dengan kamu Martha? Saya ingin kamu menikah dengan saya," kata Tuan Rakas yang masih berharap kembang desa tersebut menerima lamaran dari dirinya. "Saya harus tanyakan pada kedua orang tua saya terlebih dahulu. Saya tidak bisa memutuskan itu semua sekarang," ucap Martha menolak dengan sangat baik. Martha adalah ibu tiri dari Dikta, sekaligus mertua kejam bagi Rahayu. Martha memang seorang kembang desa k

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 10/ Mertua yang Tak Kenal Balas Budi

    "Percuma saja kamu bermesraan dengan wanita ini sekarang! Kamu harus ingat dengan perjanjian kita Dikta!" kata Mama Dikta menatap tajam pada Dikta. "Huh!" "Perjanjian?!" "Perjanjian apa?! Saya pikir, kita tidak ada perjanjian apapun!" kata Dikta yang begitu muak dengan keberadaan Mama dan wanita tersebut sekarang. Rahayu begitu kaget, karena biasanya semarah apapun Dikta pada mamanya. Dikta tidak pernah menggunakan kata saya ketika berbicara dengan mamanya. "Mas," kata Rahayu. "Tidak ada perjanjian apapun di antara kita! Jadi, jika sudah selesai berbicara di rumah ini. Silahkan keluar," kata Dikta. Mama Dikta tidak percaya dengan ucapan dari anaknya sendiri sekarang. "Pintu keluar dari rumah ini tahu kan? Apa perlu saya panggilkan Mbok Mina?" kata Dikta. "Mbok," panggil Dikta. Rahayu yang melihat kemarahan jelas terlihat dari wajah Dikta, tidak bisa mengatakan apapun sekarang. 'Apa semarah ini Mas Dikta pada Mamanya sendiri? Baru kali ini, Mas Dikta yang tidak menggunakan na

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 9/ Rencana Agar Mama Insyaf.

    "Tapi … Bu Bos," kata Mbok Mina. "Tapi apa?! Cepat panggilkan Dikta sekarang! Atau kamu mau saya pecat!" kata Mama Dikta dengan penuh amarah. "Tunggu sebentar Bu Bos, akan saya panggilan Tuan Dikta. Bu Bos mau menunggu di kamar ini atau bagaimana?" tanya Mbok Mina. Kemarahan dari Mama Dikta semakin terlihat jelas. "Apa?! Kamu suruh saya untuk menunggu anak saya yang memiliki rumah ini, di tempat seperti ini?! Apa kamu ngak pakai otak yah! Cepat kamu panggil Dikta sekarang!" kata Mama Dikta. "Ayo Sayang, kita tunggu Dikta di ruang tamu. Enak saja kita di kasih tempat seperti ini," ucap Mama Dikta pada Carina. "Iya, Tan. Ya kali aku secantik ini bakal tidur di tempat seperti itu," kata Carina. Mbok Mina yang masih menatap dengan rasa bahagia karena akhirnya dapat mengerjai mereka berdua. "Emang enak aku kerjain, syukurin. Berani pas gak ada Tuan Dikta aja," gumam Mbok Mina yang melangkah ke ruangan atas. 'Apa aku mengganggu Tuan Dikta dan Nyonya Rahayu yah? Tumben banget Nyonya

  • Hinaan Mertua yang Tiada Berujung    Episode 8/ Rencana Usil Mbok Mina.

    Dikta dan Rahayu masih terus saling berpelukan satu sama lain."Maaf Tuan," ucap Mbok Mina."Ada apa Mbok? Kenapa Mbok bawa dua cangkir teh malam-malam gini?" tanya Dikta heran."Teh ini untuk Bu Bos dan wanita yang datang bersama Bu Bos, dimana yah Tuan?" tanya Mbok Mina."Sudah gak perlu Mbok, Mama sudah pulang. Mbok bisa melanjutkan istirahat Mbok sekarang," ucap Dikta."Sudah pulang?" kata Mbok Mina dengan ekspresi wajah bahagia."Iya, memangnya kenapa Mbok?" tanya Dikta heran."Tidak, Tuan. Terus teh hangat nih Mbok buang saja?" tanya Mbok Mina."Gak usah di buang Mbok, buat Rahayu dan Mas Dikta aja. Mbok udah capek-capek bikinnya, lagian mubazir jika dibuang. Gimana Mas?" tanya Rahayu.Dikta tersenyum dan menyetujui ucapan dari Rahayu."Untuk kami berdua aja Mbok, sekalian bisa nonton malam-malam gini. Gitu kan maksudnya Sayang?" tanya Dikta.Pipi Rahayu merona kembali sementara Mbok Mina tertawa geli ketika mendengar ucapan dari Dikta."Ya sudah, Tuan. Sepertinya Mbok Mina meng

DMCA.com Protection Status