Beranda / Romansa / Aku Mundur, Mas! / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Aku Mundur, Mas! : Bab 21 - Bab 30

84 Bab

Talak

"Tapi Aisyah...!" Jesica memegang pundakku.Mas Adam menghembuskan nafas berat. "Tiara Aisyah Kurniawan mulai detik ini kamu bukan lagi istriku. Aku talak kamu."Bulir bening kembali mengalir dari sudut netra. Aku menangis bukan karena menyesal dengan keputusanku. Tapi karena aku tak mampu memenuhi amanat terakhir ayah. "Maafkan Aisyah, ayah,"gumamku."Terima kasih telak mentalakku Mas, maaf aku mundur dari pernikahan ini." Kuhapus air mata yang sadari tadi jatuh tanpa bisa kubendung. "Jangan pergi Aisyah, maafkan aku yang merusak hubungan kalian." Jesica memegang tanganku erat. "Aku yang harusnya minta maaf sudah menjadi orang ketika dalam hubungan kalian.""Mas Adam kenapa diam saja?" Jesica mengguncang-guncangkan tubuh mantan suamiku itu. Mas Adam masih terpaku, diam membisu dengan pandangan kosong. Aku tahu kamu hanya sandiwara Mas. Sudahlah, ini semua keinginan kamu bukan? "Apa kamu tidak memikirkan kesehatan Umi Mas, bagaimana kalau beliau tahu Aisyah sudah kamu ceraikan?"
Baca selengkapnya

Bab 22

Astaghfirullah... Kuelus dada yang terasa sesak. Bagaimana mungkin aku penyebab sakitnya Umi, sedang akulah korban di sini. "Maksud kamu apa Mas? Kamu menuduhku?" ku tatap tajam matanya. Sudah hilang rasa hormatku untuknya. Seorang lelaki yang tak bisa mempertanggung jawabkan kesalahannya, sangat tak pantas dia disebut laki-laki. "Kalau kamu gak cerita sama Umi, gak mungkin Umi bisa sakit seperti ini!"matanya melotot. Deru nafas kian memburu, amarah sudah menutupi logikanya. Hingga tak bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. "Kamu mengkambing hitamkan aku, Mas. Setelah apa yang kamu perbuat kepadaku.""Memang ini semua salah kamu, kamu sengaja menceritakan kepada Umi. Kamu ingin balas dendam padaku, jadi kamu manfaatkan Umi. Iya kan? Ngaku kamu!"ucapnya sambil mengarahkan jari telunjuk tepat di depan wajahku. Ya Allah lelaki macam apa yang dijodohkan Ayah padaku? Ku tahan amarah, aku tak ingin membuat keributan di rumah sakit. Banyak pasien yang sedang sakit, aku
Baca selengkapnya

Aisyah Pingsan

Ya Allah, baru di sini seorang diri saja sudah banyak di komentarin, bagaimana kalau mereka tahu aku sudah di madu dan di talak. Pasti diriku akan menjadi bulan-bulanan mereka. Kuatkan hamba Ya Allah. "Mbak Aisyah mau beli apa?"tanya Bu Fatimah. Lega rasanya Bu Fatimah bertanya, setidaknya aku tak perlu menjawab semua pertanyaan Bu Rahayu. Walau pun cepat atau lambat mereka akan mengetahui statusku. Tapi setidaknya tidak sekarang. "Nasi putih dua bungkus ya Bu, lauknya gulai ayam sama tempe goreng saja."Tak butuh lama, pesananku telah siap, tak lupa aku membayarnya. "Saya permisi dulu ibu-ibu. Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam..." jawab mereka serempak. Tinggal di perkampungan memang harus kuat. Kuat mendengarkan omongan orang. Karena baik dan buruknya kehidupan kita akan selalu menjadi bahan perbincangan mereka. Ku pindah satu bungkus nasi ke dalam piring, tak lupa diberi gulai ayam di atasnya. Aroma gulai menyeruak masuk ke dalam hidung. Gulai yang biasanya mengundang rasa
Baca selengkapnya

Pov Daniel

Baru pertama kali melihat wanita secantik dia. Bukan karena kecantikan yang dapat di lihat mata, tapi kecantikan yang terpancar dari dalam. Aisyah namanya, wanita muslim yang seketika membuatku jatuh cinta. Hari demi hari aku semakin mengenalnya walau dia selalu menjaga jarak padaku. Seperti ada batasan antara aku dan dia. Apa karena perbedaan agama diantara kami. Aku juga tak tahu apa alasannya. Aisyah wanita yang sangat taat pada Tuhannya. Tak pernah sekalipun dia melewatkan ibadah wajib maupun sunah. Dan aku sendiri,setiap minggu tak pernah absen ke gereja. Kami bagai berjalan dengan arah yang berlawanan. Akankah bisa bersatu dengan dinding yang berdiri tegak diantara kami. "Aisyah makan siang yuk." ajakku saat tiba di butik. "Aku puasa Dan." tolak nya. Ini bukan ramadhan tapi kenapa dia berpuasa? Setahuku hanya bulan Ramadhan saja seorang muslim wajib berpuasa. Ingin bertanya tapi malu juga. "Oke, aku keluar dulu ya."masih ingin berbincang tapi perut tidak bisa di ajak kompr
Baca selengkapnya

Pov Daniel 2

Hari ini ingin ku ungkapkan perasaanku kepada Aisyah. Karena aku tak rela dia dimiliki orang lain. Sengaja aku mengajaknya makan siang bersama di sebuah restoran dekat butik. Tak berapa lama Aisyah datang, kami segera menyantap makanan yang sudah ku pesankan untuknya.Ku keluarkan semua isi hatiku. Jantungku tak henti-hentinya berdetak dengan kencang setiap mengeluarkan kata dari mulut ini. "Kalau aku mencintaimu, haruskah aku mengorbankan Tuhanku?"ku tatap Aisyah tajam. Uhuk...uhuk...Aisyah terbatuk, mungkin syok dengan yang aku ucapkan. "Maksud kamu apa Dan?" "Aku mencintai kamu Ais, sejak pertama bertemu di rumah adam aku jatuh hati padamu. Apa aku salah mencintai kamu?"Sesaat kami terdiam dengan pikiran masing-masing. Aku takut jika Aisyah marah dan menghindariku. "Aku masih gak mengerti dengan ucapanmu tentang mengorbankan Tuhanmu, apa kamu...?"Aisyah menjeda ucapannya. "Iya, aku seorang nasrani Ais, dan aku mencintai wanita muslim. Dan itu kamu."Aisyah seperti syok, di
Baca selengkapnya

Hamil

Kubuka mata perlahan walau berat. Sorot cahaya menyilaukan mata. Aroma minyak kayu putih menyeruak masuk ke indra penciuman. "Kamu sudah sadar Ais?" Kutoleh sumber suara. Daniel berdiri di sampingku, sorot kekhawatiran nampak di matanya. "Aku di mana,Dan?" Kulihat sekelilingku, ruangan bernuansa putih. Dengan aroma obat menyeruak di seluruh ruangan dan berbagai alat medis tertata rapi. Aku ingat-ingat, ya, tadi di rumah sakit setelah dari ruang rawat inap umi aku berjalan sempoyongan di koridor, setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi. "Kamu masih di IGD,Ais, tapi kamu pingsan di koridor rumah sakit. Lalu ku bawa kamu ke mari. Dan sudah hampir satu jam kamu tak sadarkan diri," ucapnya sambil membantuku duduk. Satu jam, ternyata aku pingsan lumayan lama. Pasti Daniel khawatir padaku. "Terima kasih,Dan.""Diminum dulu, setelah itu kita periksa kondisi kamu." Daniel menyodorkan sebotol air mineral padaku. Ku teguk seperempatnya. "Kamu sudah enakan?" tanyanya dengan raut cemas. "Al
Baca selengkapnya

Kejujuran Aisyah

Mobil berjalan meninggalkan rumah sakit. Kendaraan berlalu lalang menimbulkan kemacetan di jalan kota. "Kita langsung pulang atau mau makan dulu Ais?" tanya Daniel memecah keheningan diantara kami. "Pulang saja Dan, aku tak nafsu makan."Daniel hanya mengangguk kemudian fokus melajukan mobil.Kupejamkan mata karena kepala masih terasa berputar-putar. "Aisyah, kita sudah sampai." tepukan pelan di pundak membangunkanku. Tak terasa mataku terlelap karena pusing hingga tak sadar telah sampai. Lho, kenapa berhenti di halaman rumah Mas Adam? Astaga, aku belum cerita pada Daniel. "Ayo turun Aisyah!" ucap Daniel setelah membuka pintu mobil. "Aku tidak tinggal disini lagu Aisyah. Bisa tolong antarkan aku pulang.""Oke." Daniel kembali menutup pintu dan melajukan mobil meninggalkan rumah Mas Adam. "Kamu sudah tak tinggal di rumah Adam?" tanya Daniel sambil melirik ku dari kaca spion. "Tidak Dan, aku tinggal di rumah peninggalan orang tuaku.""Bersama suami kamu? Bagaimana kalau suami ka
Baca selengkapnya

Kejujuran Aisyah 2

Tok ... Tok ... Tok.... Suara kaca jendela di ketuk dari luar. Daniel membuka pintu. Menanyakan pada lelaki berkulit hitam apa keperluannya."Masih lama tidak Mas?tempatnya mau dipakai mobil lain." ucap tukang parkir.Sebuah mobil berwarna hitam masih berhenti di pinggir jalan karena halaman depan minimarket sudah penuh dengan mobil dan motor."Maaf Mas." Daniel memberikan uang parkir dan melajukan perlahan kendaraan roda empat miliknya.Kami masih diam, jalan terasa lambat. Entah perasaanku atau memang laju mobil lebih lambat dari tadi.Sepuluh menit dalam diam hingga mobil Daniel memasuki kampung tempat tinggalku."Habis ini belok kanan Dan, rumahnya bercat hijau dengan pohon mangga di depannya." terangku. Daniel mengangguk lalu memutar mobil ke arah kanan."Terima kasih Dan." ucapku saat mobil berhenti tepat di depan rumah."Maaf aku gak bisa turun Ais, takut menimbulkan fitnah bagi kamu."Tak menyangka Daniel berfikir sejauh itu. Memang benar akan timbul fitnah jika mereka melihat
Baca selengkapnya

Tanggapan Adam

Kumasukan ponsel ke dalam tas setelah memesan taxi di aplikasi online. Lalu aku melangkah gontai meninggalkan ruang kerja. Sepi, karyawan lain sudah meninggal butik, hanya tinggal Mbak Bella yang masih di ruangannya. Perkataan Mbak Bella tempo hari kembali terngiang-ngiang di telinga. Aku seperti di hadapkan dua jalan, dan bingung harus memilih jalan yang mana. Kebimbangan kembali menyelimuti hati, satu sisi mengatakan untuk diam, satu lagi menginginkan diri ini berkata jujur kepada Mas Adam. KriinggSuara ponsel menggema di dalam tas. Kuambil benda pipih yang sedari tadi meronta-ronta, mencari perhatian. "Assalamu'alaikum...""Waalaikumsalam, saya sudah di luar mbak," ucap seseorang dari balik telepon. "Tunggu sebentar Pak." Kumatikan sambungan telepon. Berjalan lebih cepat menuju taxi online yang sudah menunggu di depan. "Sesuai aplikasi ya mbak?" tanya pak supir saat aku sudah duduk di bangku penumpang. "Iya Pak."Perlahan mobil melaju meninggalkan tempatku mengais rejeki. M
Baca selengkapnya

Tanggapan Adam 2

Sama seperti Mas Adam, Jesica terlihat syok namun berusaha menyembunyikan di balik senyumannya. "Selamat Aisyah, kamu akan menjadi seorang ibu." ucapnya sambil berusaha tersenyum. "Mau kamu apa Aisyah? Uang?" tanya Mas Adam membuat dada ini terasa nyeri. Apa semurah itu diriku di matanya? AstagfirullahKuelus dada yang bergemuruh hebat. Kenapa aku harus bertemu lelaki seperti itu? Hingga benihnya tertanam di rahimku. Apa dosa hamba Ya Allah? "Aku hanya butuh pengakuanmu dan akta kelahirannya.Biar bagaimanapun kamu adalah ayahnya. Aku ingin anak ini lahir memiliki akta kelahiran." Kuelus perut yang masih datar. "Berapapun uang yang kamu minta pasti akan aku berikan. Bahkan kebutuhan anak kamu nanti akan aku penuhi. Tapi aku tak bisa menikahimu secara negara. Aku tak akan mau rujuk padamu. Sampai kapanpun hanya anak Jesica nanti yang akan ku akui."DegUcapannya bagai belati yang menusuk hati. Mengoyaknya hingga tak terbentuk lagi. Aku kemari hanya ingin anak-anakku nanti mendapatk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status