Home / Rumah Tangga / Catatan Usang / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Catatan Usang: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Melepas Rindu

“Suatu hari kita akan punya anak, Prily.” Arjuna kembali melayangkan kecupannya di dahi istrinya.”“Allah belum percaya sama kita,” kata Prily. Arjuna semakin mengeratkan pelukannya, seiring dengan Prily yang kembali terisak.“Menangislah, jika itu membuatmu merasa lebih baik. Tidak perlu menahannya. Tidak perlu berusaha tegar. Aku tahu ini berat untukmu.”“Untuk kita,” kata Prily. Wanita itu semakin menenggelamkan wajahnya pada suaminya. Tangannya mulai meraih lengan Arjuna.“Berjanjilah, untuk jangan pergi lagi Mas.” Anggukkan kecil dari Arjuna membuat Prily merasa lega.“Aku takut,” imbuhnya.“Kenapa?”“Aku selalu merasa kamu akan pergi jauh,” ucapmu.“Mana bisa aku pergi jauh darimu, Sayang.”’“Kamu bisa, satu bulan kamu baru kembali. Aku jadi berpikir jika aku tidak keguguran, apa kamu akan pulang Mas?”‘Prily andai kamu tahu sebulan ini, aku bahkan tak pernah melewatkan sehari pun tanpa melihat wajahmu. Kau salah, aku selama ini begitu dekat. Hanya saja aku tidak akan membiarka
last updateLast Updated : 2022-08-04
Read more

Luka yang Tersembunyi

“Prily, kamu sudah banyak berkorban, jadi biarkan aku membalasnya sekarang,” gumam Arjuna sambil menatap wanita berwajah pucat yang sudah tertidur pulas di dalam dekapannya. Kantuk mulai melanda, tetapi ia tak mungkin tidur. Pelan-pelan dia mulai melepaskan rengkuhannya istrinya. Lalu secara perlahan mulai menggerakkan kakinya menuruni ranjang dengan sangat hati-hati. Hanya agar gerakannya tak membuat istrinya terbangun. Meski telah sangat hati-hati Prily sempat menahan lengannya, ini membuat degup jantung Arjuna menjadi semakin cepat. Untung saja itu hanya serupa refleks tubuh atas pergerakan yang tiba-tiba.Setelah berhasil melepaskan diri dari istrinya. Pria itu melangkah keluar ruangan. Ia terus berjalan, tak peduli jika hari semakin larut dan tak ada seorang pun yang menemaninya sampai ke ujung lorong.~Pagi hari Prily terbangun, tetapi tak mendapati suaminya. Ia melirik jam yang terpanjang di dinding bercat putih bersih itu, di mana jarum pendeknya sudah menunjuk ke angka 7. Se
last updateLast Updated : 2022-08-05
Read more

Kejutan dari Nadia

“Ini cuma kegores Sayang, semua karena Mas enggak hati-hati. Sebentar ya, kamu pasti silau ‘kan? Biar Mas tutup gordennya dulu.” Pelan-pelan pria itu berusaha melepaskan diri dari genggaman istrinya. Lengannya dengan cepat menarik gorden lalu berdiri membelakangi istrinya. Saat itu panggilan untuk keluarga pasien Nyonya Prily kembali diperdengarkan. Seolah mendapat angin surga. Arjuna memanfaatkan kesempatan itu untuk melepaskan diri, setidaknya untuk kali ini.“Maupergi?” tanya Prily mendahului Arjuna yang baru saja membuka mulutnya.“Mas ‘kan harus urus administrasi, Sayang. Cuma sebentar kok, nanti Mas akan balik lagi ke sini. Oke?”“Sudah ketahuan begini pun kamu masih mau ngelak, Mas? Pergilah teruslah menyembunyikan semuanya dariku. Sekarang aku tahu seperti apa aku bagimu. Sekedar berbagi keluh kesah pun, kamu enggak bisa membaginya denganku.” Sejenak Prily memalingkan wajahnya, ia mencoba menggigit bibirnya kuat-kuat. Hanya untuk meredam kegundahan sekaligus rasa khawatir yan
last updateLast Updated : 2022-08-05
Read more

Sebuah Fakta

“Nadia, cukup! Apa sih, kita sama sekali enggak pernah ada hubungan apa pun. Jangan bicara sembarangan!” Suara Arjuna terdengar memenuhi semua ruangan itu, berbeda dengan Prily yang masih tampak mengatur nafasnya, karena ucapan wanita berjas putih itu.“Sayang, jangan dengarkan dia, mana mungkin Mas selingkuhin kamu. Percaya sama Mas!” Arjuna masih saja berusaha meyakinkan istrinya.“Pergi dari sini!” ancam Arjuna pada Nadia yang masih tegak berdiri dengan kedua tangan yang melipat.“Kamu berani ngusir aku, Mas?” tanya Nadia yang justru semakin melangkah maju. Cinta membuatnya gila, dia begitu nekat sampai tidak memikirkan jika perannya di tempat ini adalah sebagai dokter, tetapi ia dengan sengaja membuat keributan. Bukannya menyembuhkan, tingkahnya justru membuat kondisi pasien semakin memburuk.“Kenapa aku harus enggak berani? Memangnya siapa kamu?” tanya Arjuna yang tak kalah angkuhnya. Nadia justru tersenyum meremehkan. Wanita itu benar-benar menjadi tak tahu diri hanya dalam seke
last updateLast Updated : 2022-08-06
Read more

Akbar dan Penyesalan

"Kamu ngomong apa Dek, enggak akan ada yang pergi lebih dahulu.” Arjuna bahkan berkata sambil memalingkan wajahnya.“Aku memilih untuk tidak percaya pada siapa pun, kecuali kamu, tapi bukankahmenyedihkan jika kamu sendiri lebih memilih menyimpan lukamu sendiri?”“Selama aku berdiri di sini. Itu artinya aku baik-baik saja. Jangan mengkhawatirkan hal lain yang belum tentu benar, itu hanya akan merusak harimu.”“Aku enggak peduli jika hariku semua menjadi buruk, karena enggak ada yang lebih penting buat aku selain keselamatanmu. Bukankah calon anakku sudah meninggal sekarang? Lalu, siapa lagi yang harus kupikirkan di dunia ini, orang tuaku? Keluargaku? Adakah mereka datang menemani saat aku sedang dalam titik terendah? Cuma kamu yang ada, Mas.”“Terima kasih memutuskan untuk percaya, aku cuma enggak mau merepotkanmu, membuatmukhawatir. Hingga nantinya fokusmu bukan lagi membahagiakan dirimu, tapi penyakitku.”“Memangnya seberapa parah penyakitmu, sampai kau harus menyembunyikan semuanya
last updateLast Updated : 2022-08-07
Read more

Sebuah Penawaran

Sejak Arjuna kembali dari luar untuk mengecek siapa gerangan yang membuat keributan di depan ruangan istrinya, ia mendadak seperti orang yang kebingungan.“Siapa tadi, Mas?”“Nadia, tapi kok dia seperti orang yang ketakutan. Kamu tahu Dek, kakinya aja sampai gemetar. Orang jalan aja susah, sampai megangin tembok.” Prily justru tertawa saja.“Kenapa kamu tertawa, Sayang?”“Dia baru saja berteriak-teriak di ruangan ini, bahkan menantang kita untuk melaporkannya dan sekarang dia bisa tiba-tiba ketakutan.”“Kamu berpikir dia hanya pura-pura?”“Enggak begitu, aku cuma heran. Apa yang membuatnya ketakutan sampai seperti itu. Lagi pula bukannya seharusnya Mas nolongin?” Prily sengaja memasang wajah datar.“Nanti istri Mas cemburu. Masalahnya Dek, Nadia itu bukan tipe orang yang mudah takut sama orang. Makanya heran aja, siapa yang bikin dia sampai begitu.”“Mas kayaknya ngerti banget ya,” ucap Prily dengan bibir yang sedikit mengerucut.“Cemburu lagi.”“Enggak tuh.” Arjuna terdiam hanya mata
last updateLast Updated : 2022-08-07
Read more

Menikahlah denganku!

“Jangan sembarangan bicara Akbar! Aku tidak suka orang yang memanfaatkan suasana hanya untuk mendapat keuntungan,” ucapku pada Akbar yang masih berdiri di balik pagar. Sedangkan, aku sudah lebih dahulu masuk ke dalam rumah dan mengunci pagar itu agar dia tak punya kesempatan untuk berdekatan denganku.“Aku serius, aku bisa pastikan semua yang kuucapkan adalah kebenaran.”“Lalu, dengan apa aku harus membayarnya jika aku setuju?” Akbar tak lantas menjawabnya pria itu justru mengukir senyum. Aneh, aku hanya sedang berandai-andai dan ekspresinya menunjukkan kalau aku memang serius.“Menikahlah denganku?” Aku hanya mampu menggeleng sambil menatapnya dengan senyuman yang entah. Bagaimana laki-laki gagah dan kaya harta itu, justru memaksa seorang perempuan bersuami untuk menikah dengannya.“Banyak wanita di luar sana? Kenapa kamu tidak menikah saja dengan orang lain. Akbar, aku mungkin miskin, tetapi dia mengajarku banyak hal. Termasuk bagaimana caranya menghargai dan berterima kasih. Dia, l
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

Anakku

“Boleh kok,” ucap Mas Juna dengan mata yang mendadak membulat. Aku memang sengaja terus menerus memancingnya agar mau terbuka sedikit saja tentang penyakitnya itu. Sayangnya, ia masih saja menutupi semuanya, bahkan untuk hal-hal kecil seperti makanan apa yang boleh dan tidak boleh dia makan. Aku harus lebih banyak membaca artikel, hanya agar tidak sampai memperburuk keadaannya.“Dek, kok makannya belepotan gitu sih?” tanya Mas Juna saat aku asyik menjilat es krim memutar dari sisi kanan ke kiri. Aku yang abai membuatnya menggenggam kedua pundakku lalu memaksa agar aku menghadap kesisinya. Perlahan tangan kekar itu menyeka kotoran es krim di bibirku, begitu hati-hati hingga membuatku salah tingkah sendiri. Apa lagi saat beberapa pembeli yang hilir mudik, melempar pandang ke arah kami. Tak cukup hanya itu, Mas Juna bahkan menjilat sisa es krim yang masih tertinggal di telunjuknya, diabahkan tak merasa jijik dengan hal itu. Padahal sepengetahuanku, dia adalah tipe orang yang memiliki kep
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

After Weding

“Mas sudah kubilang ‘kan enggak perlu ke sini. Mereka enggak akan menerima kita,” ucapku. Mas Juna masih diam tanpa berniat mengajakku keluar rumah, padahal aku sudah benar-benar tak tahan dengan semuanya. Mereka benar-benar keterlaluan. Bukannya mendapat kekuatan dan pelukan dari mereka, jelas-jelas aku masih sehat. Bisa-bisanya dengan lantangnya mereka anggap aku telah meninggal.“Istighfar Pak, Prily masih ada di sini, enggak baik mengatakan orang yang masih hidup sudah meninggal.” Aku berusaha menahan lengan suamiku yang hendak berdiri.“Mas Juna sudah,” lirihku, bahkan sekarang rasanya lidahku begitu kelu. Sesalah itukah pilihanku di mata mereka. Saat itu aku melihat bagaimana Mas Juna mendesah, sebelum akhirnya kedua lenganna mengepal erat.“Saya sudah bilang ‘kan sebelumnya. Kenapa kamu masih saja nekat ke sini.” Mendengar perkataan Ibu, Mas Juna seketika menatapku dengan tatapan iba.“Mereka sering bilang ini ke kamu?”Aku hanya mengangguk lemah, tetapi saat itu Mas Juna lang
last updateLast Updated : 2022-08-09
Read more

Aku Baik-Baik Saja

PoV Arjuna“Kamu bohong ‘kan, Mas?” Aku bisa melihat Prily menarik ujung bibirnya ke atas. Aku tahu itu bukanlah senyuman. Lebih pada upaya menguatkan dirinya. Aku sudah tak bisa lagi menhindar. Sekeras apa pun aku mencobanya. Hatiku tetap luluh, pada setiap pengorbanan yang Prily lakukan. Sepertinya akhir-akhir ini seseorang telah memberi tahunya fakta tentang penyakitku. Terlihat dari seberapa seringnya dia menyindirku dengan kalimat-kalimat yang memojokkanku.“Sayang ….” Aku mencoba menguatkannya dengan memegang kedua tangannya yang sudah gemetar. Belum lagi saat wajahnya berubah sendu, hingga kedua manik coklat itu mulai mendung.“Please bilang kalau itu bohong. Kumohon.” Dia menggeleng dengan kedua tangan yang menggenggam erat tanganku. Prily bahkan sampai mengangkatnya setinggi dada, lantas menciumnya sambil menggelengkan kepala. Aku bisa merasakan saat tanganku menjadi basah.“Sayang, hey. Kamu baik-baik aja. ‘kan?”“Prily, ah!” Sudah kuduga kalau dia akan begini. Seharusnya se
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status