Home / Rumah Tangga / Catatan Usang / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Catatan Usang: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Terharu

“Aku hanya pergi 2 jam, bukan selamanya.”Aku harap juga begitu. Semoga ini hanya perasaanku saja.Seperti biasa setelah berpamitan ia akan pergi begitu saja. Namun, aku tak menyerah tetap kuulurkan tanganku padanya. Lagi-lagi Mas Arjuna hanya tersenyum.“Aku belum pantas.” Dari pada menerima uluran tanganku. Mas Juna malah mengacak kepalaku yang tertutup hijab.“Kenapa bisa bilang belum pantas, bukankah wajar suami istri melakukannya? Dulu juga kita terbiasa melakukannya.”“Karena aku belum bisa membahagiakanmu, seperti dulu pria itu lakukan padamu.”“Kamu sampai seperti itu, Mas? Apa buku itu membuatmu sakit.”“Tidak juga. Apa aku terlihat begitu? Tenanglah aku tak selemah yang kamu pikirkan, apa lagi hanya karena buku.”“Maafkan aku.” Dia mengangguk lalu kembali mencubit pipiku.“Jangan lupa untuk makan sesuatu.”“Aku akan mengantar Mas sampai depan.”“Tidak usah, istirahatlah di dalam! Biar aku yang akan mengunci pintunya.”~Aku sungguh sangat merindukan kebersamaan kita dulu. Se
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Satu Sofa

Perasaan malu menyelimuti hati Prily, tatkala bibir Arjuna menyentuh miliknya. Hening melanda, hanya detak jarum jam yang terdengar beriringan dengan irama jantung keduanya yang kian bersahut merdu. Prily mengulum senyum seiring dengan wajah yang sejak tadi mendominasi pikirannya kian menjauh. Sambil terus mencoba mengatur nafasnya, wanita itu menunduk malu. Berbeda dengan Arjuna yang justru menatapnya sambil tersenyum tipis. “K-kenapa kamu cium aku, Mas?”“Kamu bicara terlalu banyak, untuk orang yang baik-baik saja. Jangan terlalu khawatir. Aku tidak selemah itu.” Arjuna malah mengusap lembut kepala istrinya yang masih lengkap dengan hijab merah muda bercorak floral. Setelah memasak ia sengaja memakai setelan berwarna merah muda, sesuai dengan isi hatinya yang berbunga-bunga sejak Arjuna memanggilnya Sayang tadi siang. Ia bisa dengan mudah melewati hal yang seharusnya membangkitkan perasaan traumatisnya, karena kembali dihadapkan dengan Akbar, karena pelukan Arjuna yang menghalau ra
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Memperjelas Jarak

“Mas Juna , tolong buka pintunya dulu! Biarkan aku masuk ke dalam!” Tak ada sahutan dari dalam toilet hanya gemircik air yang terdengar mendominasi. Hal itu membuat Prily makin panik. Selama berbagi tempat tinggal dengan Arjuna, tak pernah sekali pun ia mendapati suaminya mimisan. Segala pikiran buruk mulai berkecamuk dalam benaknya. Ia ingin menepis, tapi lagi-lagi sepengetahuannya mimisan terjadi akibat penyakit dalam yang tentu tak bisa disepelekan.“Mas tolong buka, hiks? Aku sangat khawatir. Buka!” Prily terus berusaha menggedor daun pintu yang masih tertutup rapat itu, bersamaan dengan bulir bening yang mengalir tanpa permisi, membasahi wajahnya yang merona merah. Hari ini, ia sengaja memoles wajahnya dengan make up tipis-tipis. Hanya demi terlihat menarik bagi suaminya. Prily bahkan sanggup melakukan hal-hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Namun, kenapa Tuhan seakan selalu saja merenggut kebahagiaannya. Baru saja ia meneguknya sedikit, kebahagiaan itu sudah lebih dulu m
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Menebalkan Wajah

“Ka-kamu ke-kenapa tiba-tiba mau tidur di sini?” Prily begitu gugup hingga ia terbata-bata. Belum lagi Arjuna yang terus saja mendekat ke arahnya. Membuat debaran di jantungnya kian melonjak naik. Nafas Prily memburu, seiring dengan Arjuna yang nyaris tanpa jarak. Ia ingin menghindar, sayangnya justru punggungnya membentur tembok, untung saja sempat ditahan oleh lengan suaminya. Prily langsung menarik lengan yang sempat menahan punggungnya itu,“Apakah sakit?” tanyanya.“Lebih sakit, melihat wajahmu,” kata Arjuna dengan suara beratnya. Dengan begitu polosnya Prily lantas menyentuh wajahnya dengan telapak tangan.“Kenapa dengan wajahku?” “Kamu menangis ‘kan, kenapa?”“Hmm itu, aku tidak menangis kok. Mas salah, ini wajahku begini, karena bangun tidur.”“Prily berhentilah menutupi semuanya. Aku bukan anak kecil yang tidak bisa membedakan kedua hal itu.” Prily tertunduk ia kalah berdebat.“Seperti Mas yang memilih menyembunyikan rasa sakit itu dariku. Maka apa hakku menunjukkan kesedih
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Bunga-Bunga

“Iya aku akan membantumu mandi.” Prily tersenyum dengan begitu percaya diri.“Bagaimana kalau aku tidak mau?”“Aku akan memaksa.” Wanita itu menjadi tidak tahu diri hanya dalam semalam saja.“Prily, aku enggak bercanda. Aku enggak mengizinkanmu melakukannya.”“Terserah, aku tidak perlu izinmu,” ucap Prily enteng. Ia lantas berjalan keluar hendak mengambilkan pakaian untuk suaminya di lantai atas.“Tolong ambilkan aku hoodie dan celana jeans saja. Aku ingin berangkat dengan memakainya,” ucap Juna setelah Prily tinggal selangkah lagi menuju keluar kamarnya.“Oke.” Prily tersenyum begitu lebar. Arjuna yang merasa heran dengan perubahan sikap Prily yang dirasa terlalu mendadak. Lantas, ia mulai mempertanyakan tentang apa yang terjadi semalam. Sayangnya tak ada yang dia ingat selain hanya ia yang memaksa Prily tetap berada dalam pelukannya. Arjuna berusaha untuk bangun, tetapi begitu pandangannya ke lantai, ia mendapati kakinya yang sudah dipakaikan kaus kaki bunga-bunga.Bibirnya kembali
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Tak Ada Kabar

“Tapi, ki-kita mau ngapain Mas?” Prily memberanikan diri menatap suaminya. Ia benar-benar merutuki kebodohannya, menjatuhkan semua pakaiannya ke bawah. Hingga ia harus berakhir di gendongan suaminya dalam keadaan yang memalukan.“Buka saja dulu, Dek. Aku tidak sanggup menjangkaunya.”“Kalau begitu turunkan saja aku dulu, Mas!”Arjuna menggeleng.“Kenapa enggak mau,” ucapnya.“Kamu akan kabur jika aku turunkan.”‘Ah, tepat sekali. Aku memang berencana untuk melarikan diri secepat kilat, kalau perlu,’ batin Prily.“Aku tahu isi otakmu,” kata Arjuna. Akhirnya Prily hanya bisa pasrah, menuruti keinginan suaminya. Lengannya mulai bergerak menurunkan handle pintu. Sekarang Prily bahkan bisa merasakan jika jantung Arjuna berubah menjadi lebih kencang, setelah pintu kamar itu tertutup rapat. Ia menurunkan istrinya ke ranjang dengan sangat hati-hati. “Aduh Mas, kasurmu jadi basah gara-gara aku.”“Kalau takut basah, kenapa tidak melepaskan handukmu?”Prily langsung menelan ludah. Ia bermaksud
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Dokter Nadia

Prily masih menunggu suaminya, sampai ia tertidur di sofa ruang tamu semalaman. Saat bangun ia bahkan masih berharap jika suaminyalah yang akan membangunkannya. Sayang, kenyataannya tak ada satu orang pun di rumah itu, selain dirinya sendiri. Ia menatap jam dinding, sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Lantas, mulai menatap layar ponsel, membuka aplikasi what's app, namun semua masih sama hanya centang satu berwarna abu. Sekuat apa pun ia meyakinkan diri, dengan kemungkinan ponsel Arjuna yang rusak tetap saja rasa cemas itu tak sepenuhnya menghilang.Ia mulai menyesali, sikapnya yang terlalu abai pada Arjuna. Sejak menikah, ia sama sekali, tak pernah mau tahu dengan siapa suaminya kerap bergaul, siapa saja temannya, dan tempat mana saja yang biasa suaminya kunjungi. Sehingga di saat seperti ini, ia bingung harus pergi ke mana.Saat itu hanya terpikir satu tempat yaitu rumah orang tua Arjuna. Prily mengumpulkan keberanian untuk keluar rumah. Untuk pertama kalinya ia kembali mengendarai mo
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Hubungan Apa?

“Enggak ada, saya hanya bertanya.” Dokter Nadia tampak gugup, ia tampak buru-buru menggunakan sepatunya.“Dari mana Dokter tahu kalau sejak tadi saya memang mencari Mas Juna?” tanya Prily, berusaha senormal mungkin.“Itu karena tadi pagi aku lewat depan rumah kalian, terus lihat kamu keluar pakai motor. Oh ya Prily, aku buru-buru, karena harus kembali ke rumah sakit. Sampai ketemu lagi, bye.” Nadia tampak berjalan tergesa-gesa. Terbesit keinginan untuk mengikuti Nadia diam-diam. Mengingat jarak tempat ini dan rumah sakit juga cukup dekat, jadi ia ingin memastikan dokter itu berkata jujur atau sebaliknya.Seharusnya Akbar juga sudah tak lagi mengikutinya. Sungguh mudah bagi Tuhan membolak-balikan hati seorang makluknya. Dulu ia mengejarnya begitu menggila, tetapi hanya dalam semalam rasa itu berubah menjadi trauma. Ketika mencintai seorang lebih dari rasa cinta pada Sang Pencipta, pada akhirnya hanya berakhir pada kecewa. Tuhan hanya sedang menutupi aibnya, hingga yang terlihat hanya s
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Sebuah Maaf

Prily merasakan tubuhnya diangkat. Dia yakin ini bukan ilusi, melainkan kenyataan. Suara itu, wajah yang begitu dia rindukan kini nyaris tak berjarak.“Mas ….”“Enggak apa kita akan ke rumah sakit, tahan sebentar,” ucapnya dengan wajah yang basah. Berkali-kali ia mencumbu punggung tangan Prily yang gemetar menahan sakitnya pendarahan. Meski begitu dia berusaha tersenyum, menyambut orang yang sudah sejak sebulan ini begitu mengganggu pikirannya.“Kamu pulang?”“Maafin aku, karena enggak bisa jagain kamu. Please bertahanlah, Sayang. Semuanya akan baik-bak saja. Prily hanya mengangguk sembari berusaha menggapai wajah suaminya.“A-aku akan baik-baik saja, tenanglah.” Kali ini kening mereka saling menyentuh. Perjalanan menuju rumah sakit terasa begitu lama. Rasa panik, khawatir juga takut bercampur menyelimuti hati Arjuna, apa lagi saat kesadaran Prily mulai menurun. Ia hanya bisa membawa tubuh yang tak berdaya itu dalam rengkuhannya.Arjuna menunggu di luar ruangan dengan cemas. Segala do
last updateLast Updated : 2022-07-31
Read more

Merasakan Detak Jantung

“Kamu ngomong apa sih, Prily? Memangnya aku terlihat seperti orang sakit?” tanya Arjuna sembari sedikit menjauhkan wajahnya. Memberi jarak agar keduanya tak terlalu menempel.“Jangan menyembunyikannya dariku lagi, Mas. Wajahmu terlihat pucat, juga tubuhmu terlihat kurus. Apa yang sebenarnya kamu lewati selama sebulan ini? Tolong jujurlah, aku baru saja kehilangan anak kita, tak bisakah jika kamu berkata dengan sejujur-jujurnya. Jangan terus membuatku khawatir! Hiks.” Pada akhirnya air mata yang berusaha ia tahan sejak tadi. Mengalir begitu saja tanpa bisa ia cegah.“Prily Sayang, jangan menangis.”“Kamu enggak sayang sama aku, Mas. Seharusnya orang yang benar-benar sayang tidak akan menyimpan semua masalahnya sendiri. Aku pikir setelah malam itu, hubungan kita selangkah lebih baik, tapi kenyataannya justru sebaliknya. Kalau memang kamu belum siap punya anak denganku, tidak apa. Enggak perlu terlalu memaksakan diri.”“Prily, Mas benar-benar minta maaf. Enggak tahu kalau kejadiannya bak
last updateLast Updated : 2022-08-04
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status