Home / Pernikahan / Bukan Dokter Cinta / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Bukan Dokter Cinta: Chapter 41 - Chapter 50

61 Chapters

Bab 41 Hadiah

Pak Johan meminta David dan Wenda untuk berkumpul di ruang keluarga usai sarapan di pagi hari itu. Kedua orang tua itu ingin menyampaikan hal penting yang berkaitan dengan kedua pengantin baru tersebut. David dan Wenda pun menurut saja dan mereka berempat di sofa dengan posisi Wenda dan David berdampingan begitu pun Pak Johan dan Ibu Tina. "Wenda, terimalah. Ini adalah hadiah pernikahan untukmu dari Papa." ucap Pak Johan sambil meletakkan kunci mobil di atas meja beserta kelengkapan surat-suratnya. Betapa terkejut hati Wenda ketika mendapatkan hadiah semewah itu dari papa mertuanya. Ia hanya bisa terdiam sambil membelalakkan matanya sedangkan David bersikap biasa saja karena ia sudah mengetahui niat kedua orang tuanya. "Dan ini hadiah pernikahan untuk kalian dari Mama." lanjut Bu Tina sambil meletakkan sebuah amplop bewarna coklat ke sebelah kunci mobil itu. Wenda menduga amplop itu berisi selembar cek dengan nominal yang mungkin cukup besar. "Terima kasih, Pa, Ma. Wenda sudah terla
Read more

Bab 42 Mual

"Kenapa, Lang?" tanya David telah sadar jembali dari rasa terpesonanya karena penampilan Bianca. "Buruan noh, lu ke sono foto sama bini lo." Gilang mendorong tubuh David agar berjalan mendekati Bianca."Oh, Ehem." David berdeham dan pura-pura merapikan jasnya. Ia berjalan mendekati Bianca yang sedari tadi sibuk mengobrol dengan Wina dan Widya. "Kak David, nanti untuk gaya pertama Kakak peluk istrinya dari belakang untuk stok shoot video kami, ya!" pinta Sahrul. "Oh, oke." jawab David singkat lalu menatap Bianca yang kini sudah melihat kehadirannya."Ayo Wen." David mengajak Wenda sambil menengadahkan tangan di depannya. Wenda pun meraih tangannya. Sahrul dan Dicky berusaha mengarahkan gaya yang pas agar foto dan video yang dihasilkan menjadi paripurna.David merasa canggung ketika harus bergaya memeluk Wenda dari belakang. Begitu pun Wenda yang risih ketika nafas David berhembus ke seluruh tengkuknya. Momen ini membuat perut Wenda terasa bergejolak. Sepert
Read more

Bab 43 Koper

"Sial!" desis Wenda yang gemas pada kebodohan dirinya sendiri. Ia baru saja ingat bahwa ia lupa membawa baju ganti ke dalam kamar mandi. Tubuhnya sudah terlanjur basah dan ia pun telah selesai mandi. Untung saja ada handuk kimono di sini. Setidaknya mampu menutup sebagian besar tubuhnya. Wenda juga membalut rambutnya dengan sehelai handuk lain yang telah tersedia. Wenda membuka sedikit pintu kamar mandi untuk memberinya celah agar ia bisa memantau keadaan sekitar. Tuan Muda sedang ada di balkon. Ia duduk membelakangi kamar. Baik! Ini sempurna! Wenda pun berjalan perlahan sambil terus menatap ke arah punggung David. Ia tak melepaskan sedikit pun pandangannya dari sosok David. 'Semoga saja Tuan Muda itu tetap di posisinya sampai aku selesai mengambil baju.' Begitulah doa yang Wenda panjatkan di dalam benaknya. Wenda duduk bersimpuh dan membuka koper yang terletak di bawah meja, namun sayang, koper itu kenapa sulit sekali dibuka? Ritsleting kopernya macet di tengah jalan.
Read more

Bab 44 Obrolan Malam

David berlalu pergi tanpa sepatah kata pamit dan meninggalkan Wenda sendirian di kamar hotel. Ia ingin mengusir bayang-bayang wajah Wenda yang terus muncul di dalam otaknya. Ambisinya untuk mendapatkan tahta kerajaan di dalam perusahaan Ayahnya telah membuat David menjadi pribadi yang lain. Ia seperti menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diimpikannya. David mengemudikan mobilnya dan melaju kencang seakan ingin membelah jalanan kota di malam itu. Ia tak tahu harus ke mana dan tidur di mana malam ini. Pulang ke rumah pun percuma karena pasti Bi Darmi akan curiga. Tiba-tiba ia teringat akan koper Wenda yang sudah rusak. Ia pun memutuskan untuk mengambil koper lain miliknya yang ada di rumah. Ia harus mengganti koper itu karena besok siang mereka akan terbang ke lombok untuk melaksanakan skenario honey moon. "Lho, Tuan kok sudah pulang?" tanya Bi Darmi heran melihat Tuan Mudanya tiba di rumah lebih cepat. Rumah itu malam ini hanya dihuni oleh
Read more

Bab 45 Private Breakfast

"Mbak Wenda!" Santi menyapa Wenda dan langsung memeluknya erat ketika ia dan David masuk ke dalam sebuah kamar di mana inilah satu-satunya kamar yang paling besar di hotel ini, yaitu kamar President Suite. "Selamat Pagi semuanya." sapa Wenda kepada seluruh penghuni di kamar itu. Ada Pak Johan, Bu Tina, Pak Agus, Dimas, Monic dan Santi. Mereka semua menginap di dalam satu kamar ini, sedangkan David dan Wenda di kamar terpisah. Mereka ternyata sudah menyiapkan diri untuk private breakfast di kamar ini. "Pagi. Ayo duduk sini, Nak." ajak Bu Tina ramah sambil menepuk-nepuk bangku di sampingnya. Wenda pun membalas dengan anggukan dan tersenyum. "Ayo San. Kita duduk di san!" ajak Wenda sambil menggandeng Santi. David pun melangkah terlebih dahulu dan menyiapkan kursi untuk Wenda dan Santi duduk. "Makasih, Mas." David hanya membalasnya dengan senyuman ala kadarnya dan alis terangkat sedikit. Mereka duduk melingkari meja oval yang sangat besa
Read more

Bab 46 Landing

David menurunkan tas miliknya yang terletak di kabin pesawat sesaat setelah pesawat itu mendarat dengan aman di Banda Udara Internasional Lombok. Tas itu berisikan laptop dan kebutuhan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaannya. Ia sengaja meminta Gilang membawakannya secara diam-diam tanpa sepengetahuan Pak Johan. David tetap bersikap keras kepala meskipun Pak Johan memintanya untuk fokus saja pada momen bulan madu ini. Tetapi ia merasa butuh hiburan di tengah kegalauan mencari bagaimana caranya membuat Wenda jatuh cinta dan seperti inilah cara dia menghibur dirinya, yaitu dengan bekerja. David melihat Wenda nampak kesulitan mengambil tasnya karena terkendala dengan tinggi badannya terlebih - David tahu - tangannya pasti masih terasa sakit. David pun membantunya segera tanpa perlu mendengar permintaan tolong dari Wenda. David tahu, gadis itu mungkin masih marah terhadapnya. Wenda hanya bisa melongo sambil menerima tas miliknya. David pun berlalu pergi dengan cuek sambil m
Read more

Bab 47 Hotel

Sesi curhat colongan itu terpaksa harus berakhir di tengah jalan. David pun kembali berkutat dengan laptop dan ponselnya dan Wenda telah tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ia menatap ke arah luar jendela yang pemandangannya lebih banyak menampilkan kegelapan daripada keindahan. Hingga pada akhirnya membuat ia sedikit terlelap di sisa perjalanan menuju hotel. Sedangkan Pak Mario dengan sadar diri membiarkan suasana yang hening terjadi di dalam mobil ini. Ia meyakini keheningan akan sangat dibutuhkan bagi Nyonya dan Tuannya itu. Mereka telah sampai di hotel yang jaraknya cukup jauh dari bandara itu sehingga membutuhkan waktu tempuh hampir 2 jam lamanya. Mobil mereka sudah terparkir di depan lobi hotel. Perjalanan yang lama itu membuat seluruh sendi-sendi di bagian tubuh David terasa kaku dan pegal. David melihat istri kontraknya itu masih terlelap dalam tidurnya. Ia pun mencoba membangunkannya sembari Pak Mario pergi memanggil petugas hotel untuk membantu membawakan koper mereka. "We
Read more

Bab 48 Tragedi

"Wen, kamu kenapa?" teriak David dari luar kamar mandi. "Aku kepleset, Mas. Auww." jawab Wenda sambil memegang kakinya yang terasa sangat sakit. Posisi Wenda masih ada di dalam bath up.Kejadian itu berlangsung sangat cepat sekali. Saat ia akan bangkit berdiri, dasar bath up itu terasa licin dan membuat kakinya tergelincir. Jadilah tubuhnya tercebur kembali ke dalam bath up yang masih penuh air dan busa. "Kepleset?" David nampak khawatir dibuatnya, "Kamu nggak papa? Butuh bantuan?""Ak-aku.. kakiku kayaknya terkilir, Mas." ucap Wenda yang tengah bingung bagaimana ia harus berdiri dengan kaki yang sakit karena terkilir itu. "Kalau gitu aku masuk ya, Wen?""Jangan, Mas!" teriak Wenda dengan segera karena saat ini ia tak memakai sehelai benangpun ditubuhnya. Tetapi kakinya begitu sulit untuk diajak kerjasama. "Gimana, Wen. Yakin bisa?" tanya David semakin khawatir. "Eee-" Wenda pun bingung apa yang harus ia la
Read more

Bab 49 Cekcok

"Wen, udah belum nangisnya?" tanya David setelah sampai di depan pintu kamar."Emangnya kenapa?" tanya Wenda menghentikan isak tangisnya."Mas, maaf bajumu jadi kotor." lanjut Wenda ketika tahu air matanya mengotori baju David. "Udah. Nggak papa. Bisa minta tolong ambilkan kartu hotel di saku belakang celanaku nggak?" Wenda mengernyitkan dahi tanda tak mengerti atas permintaan tolong David. "Pakai tangan kananmu yang ini nih." pinta David sambil mengedikkan salah satu bahu tempat tangan kanan Wenda sedang bergelayut. Wenda pun ragu dan menatap David. "Mas, kan bisa turunin aku dulu baru ambil kartunya." ucap Wenda memberi saran. "Kelamaan. Buruan cepet, tinggal ambil doang!" sentak David seperti tak sabaran. Wenda pun menuruti kemauan Tuan Muda itu. Ia meraba saku sebelah kiri terlebih dahulu yang ternyata kosong. Kemudian berganti saku sebelah kanan dan ia menemukan kartu itu di sana. Cepat-cepat Wenda membuka handle pintu i
Read more

Bab 50 Fly Me To The Moon

David masuk ke kamar hotel tempat ia menginap dan tak menemukan sosok Wenda di sana. Ia baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya. Proyek dadakan ini ternyata cukup menguras waktunya hingga malam menjemput.David melihat kondisi yang cukup menguntungkan dan strategis, membuat ia bermimpi ingin membangun sebuah hotel mewah di pulau ini. Maka dari itu, ia seharian bersama Pak Mario yang merupakan warga lokal di sini, berkeliling mencari tempat yang strategis untuk proyek dadakannya ini. "Kamu di mana, Wen?" tanya David setelah panggilan teleponnya diangkat oleh gadis itu. "Di mana? Suaramu nggak jelas." David mengulang pertanyaannya karena suara di seberang sana begitu berisik. Meskipun jawaban Wenda masih tidak jelas, David pun langsung tahu di mana keberadaan Wenda saat ini.Wenda ada di area restoran. Ia tahu, restoran hotel ini sedang mengadakan acara dinner party bagi para tamu hotel. Suara dentuman musik terdengar jelas dari panggilan di ponsel David tadi. Tanpa menunggu lama la
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status