Semua Bab Jerat Cinta Sang Juragan : Bab 491 - Bab 500

526 Bab

bab 491

"Neng?!" suara Masitoh --nenek Zahra-- mengalihkan perhatian semua orang, Zahra langsung naik ke lantai kayu rumah panggung itu, diiringi isak tangis dia memeluk tubuh neneknya yang terlihat lemah. "Nini, Eneng pulang. Nini baik-baik saja, kan?" tanya Zahra memindai kondisi neneknya. Kening wanita tua itu dirabanya, merasakan suhu tubuh dari orang tua pengganti bapak dan ibunya. Hangat, rupanya Masitoh masih belum sembuh sepenuhnya. "Alhamdulillah, Neng. Nini baik, udah mendingan. Bi Yanti mengurus nenek dengan baik. Ini ada apa rame-rame begini? Mereka siapa?" tanya Masitoh menatap orang-orang yang tidak dikenalnya. Apalagi Lee dan Ji Hun, mata tua nenek enam puluh lima tahun itu bisa tahu, kalau mereka bukan orang asli pribumi. Zahra berdiri di samping Masitoh, sambil mengusap pipinya, Zahra mengenalkan orang-orang baik yang datang untuk membantunya keluar dari masalahnya. "Nini, yang itu Raden Arya, majikan Eneng. Yang perempuan adik iparnya, namanya Rara, yang di sebelahnya Aa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-05
Baca selengkapnya

bab 492

"Sudahlah, Neng, jangan kaget gitu. Uangnya sudah kamu pakai juga. Buat makan, buat sekolah. Memangnya kamu pikir dapat dari mana?!" tukas Dudung pada keponakannya. "Sekarang mah tinggal pilih saja, keluar negeri dengan jangka waktu satu tahun itu hutang beres? Atau menikah sama si Beni jadi istri keduanya? Hidup kamu akan senang walau jadi istri kedua. Banyak duit!"Rara bergidik mendengar perkataan Dudung, dia menatap benci pada lelaki itu. "Astagfirullah, Dudung!" pekik Masitoh. "Si Dudung kebangetan ini!" "Memangnya hutangnya berapa sih sama si Beni? Kok bisa jadi sebanyak itu?""Nggak heran sih, si Beni kan emang lintah darat!" "Makanya jangan mau berurusan dengan lintah darat." "Iya." Kembali bisik-bisik tetangga terdengar, "Sudah. Jadi total semua hutang sama bunganya seratus juta? Begitu?" pungkas Arya merasa sudah sangat muak, dia ingin segera pergi dari sana secepat mungkin, kembali bertemu dengan Seruni, dan menanyakan lagi perasaan istrinya itu kepadanya. "Iy--" "
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-06
Baca selengkapnya

bab 493

Kesepakatan sudah dibuat, Dudung akan menerima uang dari Ji Hun besok dalam bentuk tunai. Tentunya mereka harus datang dulu ke bank untuk mengambil uang tersebut. Arya juga meminta lelaki itu menulis perjanjian hitam di atas putih, bahwa Dudung siap diperkarakan ke yang berwajib kalau sampai mengganggu Zahra lagi.Dudung sempat meragukan Ji Hun, dia tidak percaya kalau lelaki asing itu memiliki uang yang banyak seperti yang dijanjikannya. Namun hardikan dari pak RT menghentikan semua perkataan gila dari salah satu warganya tersebut. Sebagai jaminan, uang tunai dari Arya diberikan. Meski Arya menolak menerima pengembalian, Ji Hun tetap mentransfer sejumlah uang tersebut ke rekening Arya. "Baiklah, Mang Dudung, sudah jelas, ya?! Mamang jangan lagi mengganggu neng Zahra, kalau tidak mau berurusan dengan polisi seperti perjanjian yang sudah dibuat ini. Apa Mamang mengerti?!" tanya pak RT menatap Dudung yang terus tersenyum bahagia. Bagaimana tidak, uang tiga puluh juta sudah ada di depa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-06
Baca selengkapnya

bab 494

Melewati alun-alun, Lee melihat gerobak penjual martabak, dia pun melihat pada Rara. "Beli martabak, Sayang," ujarnya melambatkan laju kendaraan. "Boleh." Rara melihat pada pedagang martabak yang lumayan ramai ditunggui pembeli. "Kita ajak Ji Hun kulineran." Lee menghentikan mobilnya, Ji Hun menatap keluar pada pedagang kaki lima yang ada di depan mereka. "Beli apa?" tanyanya. "Namanya martabak. Kamu pasti suka," jelas Lee. "Oh, bagus. Aku memang ingin mencoba banyak makanan." Ji Hun tersenyum senang. Rara membuka pintu, melihat itu Ji Hun pun bersiap untuk turun. "Kamu di mobil saja, nanti jadi perhatian kalau banyak nanya. Aku malas jadi penerjemah. Nggak dibayar!" "Sial*n, Hyong! Masa aku mengawasi dari sini saja? Bengong?" "Kamu bertukar pesan saja dengan Zahra. Nih aku kasih nomornya," ujar Lee meraih ponsel Rara yang tersimpan di dashboard. Setelah menemukan nomor Zahra dari aplikasi percakapan istrinya dengan gadis itu, Lee pun melihat ke kursi belakang. "Mau tidak?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-06
Baca selengkapnya

bab 495

Keduanya terengah, saling tatap dalam rindu yang berkobar, saling sentuh dengan hasrat yang mulai menguasai. Kembali Arya mencoba menguasai bibir istrinya, namun teriakan disertai suara pintu yang dibuka paksa membuat keduanya saling menjauh. Brak! "Ayah! Ibu!" "Oeee!" Kehebohan terjadi setelah Aruna memekik kencang, si kembar yang tadinya anteng saat ibu dan bapaknya saling bertukar udara, kini menangis karena kaget oleh suara bedebum pintu juga lengkingan suara kakak mereka. Hap! Arya meraih Aruna dalam gendongan, sedang Seruni memburu kedua bayinya yang menangis berbarengan. "Zahra!" panggil Arya membawa Aruna melangkah keluar kamar. Sedang yang dipanggil berdiri canggung di depan pintu yang tertutup gorden. "Zahra di sini, A," jawab Zahra yang tentu saja tidak berani masuk ke kamar Seruni kalau ada Arya di dalamnya, kecuali memang ada perintah untuk dia masuk. "Kenapa Aruna biarkan masuk ke kamar seperti tadi?" tanya Arya pada Zahra begitu sampai di luar kamar, suara tan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-06
Baca selengkapnya

bab 496

Ji Hun menatap bangunan dengan nama perusahaan yang kini didatanginya, kesibukan karyawan yang baru turun dari bus jemputan menarik perhatiannya. "Kenapa Zahra tidak ikut kerja sama kakak ipar? Tapi malah jadi pengasuh anak a Arya?" tanya Ji Hun menoleh pada Lee. "Mereka seumuran kan? Maksudku kakak ipar dan Zahra?" "Seumuran, satu angkatan juga. Kamu tidak mendengar kalau ijazah Zahra ditahan pamannya kemarin?" Lee menghentikan mobil di parkiran dekat asrama. "Ditahan pamannya? Kamu kan tidak mengatakan itu kemarin, Hyong." "Ah, iya kah? Aku lupa mungkin. Jadi pamannya Zahra itu meminta Zahra pergi kerja ke luar negeri, buat bayarin hutang-hutang itu, karena Zahra tidak mau, jadi dia tahan ijazahnya, terus Zahra pergi dari rumah, dan bekerja pada a Arya. Begitu," jelas Lee. Ji Hun mendengarkan dengan hati merasa iba, dia jadi semakin ingin melindungi Zahra. "Kasihan," lirihnya. "Semuda itu sudah menghadapi masalah yang sangat berat." "Makanya, nikahin. Bawa pergi jauh dari pama
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-06
Baca selengkapnya

bab 497

Zahra mengukir senyum membaca pesan Ji Hun, pipinya berhias warna merah semu, perutnya rasa digelitik tangan tak kasat mata. Dia ingin terbahak, tapi jelas hal itu tidak mungkin dilakukannya. Aruna yang duduk di sampingnya menunggu Ade datang menjemput, menatap heran dengan tingkah pengasuhnya itu. Kalau hari kemarin dia sering melihat Zahra melamun seakan tidak memiliki semangat hidup, sekarang ini Aruna justru melihat Zahra layaknya orang yang tidak waras. Tersenyum sendiri sambil menatap ponsel yang tengah dipegangnya. "Bibi Zahra!" panggil Aruna membuat Zahra mengalihkan fokusnya, dia tentu tidak lupa kalau ada yang lebih penting untuk mendapatkan perhatiannya. "Iya, Sayang?" Zahra memasukan ponsel ke saku gamis setelah membalas pesan Ji Hun. "Kenapa Bibi senyum-senyum sendiri?" tanya Aruna menatap Zahra lekat. "Eh, enggak kok. Bibi nggak senyum-senyum sendiri. Kan sama Aruna senyumnya," elak Zahra mengusap rambut Aruna, merapikan helaian halus itu dari titik keringat yang na
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-08
Baca selengkapnya

bab 498

Berlawanan arah dengan Lee dan Rara mobil Arya sudah sampai di parkiran gedung bank yang terlihat megah itu. Aruna sedang berlarian dikejar Zahra yang sedikit kepayahan mengikuti gerakannya. Selang beberapa menit, nampak motor yang dinaiki Dudung dan pak RT terlihat memasuki area bank milik swasta tersebut. Senyum Dudung melebar begitu sudah menemukan Arya dan yang lainnya yang tengah berdiri di dekat mobil. "Parkir dulu ya, Den," ujar Dudung saat sampai di depan Arya, menunjuk ke tempat parkir khusus motor yang ada di sebelah dalam tempat parkir untuk mobil. Arya hanya mengangguk, dia sudah sangat tidak nyaman dengan paman dari pengasuh anaknya itu. Kalau tidak kasihan pada Zahra, rasanya Arya tidak ingin bertemu lagi dengan lelaki itu. Dudung sudah kembali mendekat, kini dengan pak RT yang langsung menyalami Arya dan Ade. Tak jauh dari mereka beberapa orang duduk di bangku yang tersedia di sana. "Sudah lama, Den?" sapa pak RT, Dudung hanya beberapa kali melihat jam yang melingk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-08
Baca selengkapnya

bab 499

Kendaraan roda dua itu perlahan meninggalkan parkiran bank, Dudung sempat menekan klakson saat melewati Arya dan yang lainnya, dengan pak RT yang mengangguk segan pada orang-orang baik yang sudah menolong Zahra, lepas dari cengkeraman keserakahan Dudung.Sampai di jalan utama, pak RT menepuk punggung Dudung meminta lelaki itu meminggirkan motor di depan toko buku. Keramaian tempat itu, membuat Dudung sedikit kesulitan mencari tempat menepi."Kenapa, Mang Uci?" tanya Dudung membuka kaca helm yang dia pakai."Aku turun di sini, mau beli buku dulu," ujar pak RT yang bergegas turun dari boncengan motor. "Lama nggak?" tanya Dudung mengernyit menghalau silau matahari yang menyengat. "Kamu duluan saja. Biar aku pulang pakai angkot," balas pak RT meski yang sebenarnya sedang menghindari pulang bersama Dudung, meski memang dia akan membeli buku titipan anaknya yang duduk di kelas dua belas sekolah menengah atas. "Bener, nih nggak apa-apa kalau aku tinggal?" yakin Dudung masih ragu. "Iya. N
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-08
Baca selengkapnya

bab 500

Sementara itu mobil Ade melewati jalan tempat Dudung tersungkur dari atas motor, oleh sebab tarikan orang yang mengincar tas miliknya. Bekas darah menodai aspal panas itu yang kini sudah ditutupi pasir, sebelah sandal milik Dudung teronggok di sisi jalan. Zahra merasakan hatinya tidak nyaman saat melihat darah yang tertutup timbunan pasir tersebut. "Sepertinya tadi ada kecelakaan, Gan," ujar Ade sedikit melambatkan laju mobil, di sana sudah kembali sepi, karena Dudung sudah dibawa ke rumah sakit. "Iya, kasihan. Sepertinya tabrakan motor," tanggap Arya mengusap kepala Aruna yang tengah mengantuk karena waktunya tidur siang. Anaknya itu meminta pindah ke depan agar bisa duduk bersama Arya. "Suka kebut-kebutan, sih," balas Ade. "Gaul kan katanya, Mang," kekeh Arya. "Iya, padahal pas kecelakaan gini yang susah orang tuanya." "Pasti." Arya menoleh ke kursi belakang. "Yang di belakang diem-diem saja?" ujar Arya tertawa. Padahal saat Aruna berada di antara mereka, keduanya terlibat per
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
484950515253
DMCA.com Protection Status