Home / Romansa / Jerat Cinta Sang Juragan / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Jerat Cinta Sang Juragan : Chapter 151 - Chapter 160

526 Chapters

bab 151

Tirta membimbing Sukma memasuki kamar Raja, di mana kedua buah hatinya yang beberapa waktu lalu terlibat saling diam kini tengah saling berpelukan. Suara sedu sedan Aji yang terus menggumankan kata maaf pada Arya, memenuhi ruangan.Arya menepuk punggung Aji berulang, dia biarkan air matanya terus berjatuhan. Cengkraman tangan Aji pada bagian belakang bajunya, menggambar betapa hebat adiknya itu mencoba menahan gemuruh perasaan."Maafkan Aji, Aa. Maaf! Maafkan Aji yang sudah berpikiran buruk. Maaf!""Cukup, Ji! Kamu tidak salah. Aa yang sudah diam-diam menyembunyikan semua. Aa minta maaf, Ji! Aa yang salah!"Aji menggeleng dalam pelukan Arya. "Tidak! Aa tidak salah. Mungkin juga tidak ada yang salah di antara kita, hanya saja mungkin memang hanya salah waktu. Aa nggak salah!""Ji, sudah!" Sukma mengusap belakang kepala Aji yang masih memeluk Arya, dan sedetik kemudian, dia pun ikut memeluk kedua anaknya."Sudah. Kita duduk. Ayah senang semua kesalahpahaman di antara kita sudah selesai.
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more

bab 152

Mukta menoleh pada nama orang yang disebut Raja. Sedikit heran juga, mengapa Raja menanyakan keduanya begitu panggilan dari anaknya itu diterima."Eh, Aa, Ummi pikir Aya. Ada, memangnya kenapa, A? Eh, ini yang satu lagi siapa? Ummi tidak mengenal nomor hpnya?!" tanya Mukta saat menyadari kalau Raja menggunakan panggilan grup."Ini Runi, Bibi.""Oh, Runi ... gimana, Runi?"Sukma menoleh pada istri iparnya saat nama menantunya disebut."Kenapa, Teh?" tanya Sukma mendekat, di ruangan itu hanya ada dia berdua Mukta, para lelaki pergi ke mushola, beberapa saat lalu."Runi, nanyain kalian. Arya sama kamu tepatnya.""Coba dibesarkan suaranya, Teh. Kenapa nggak nelpon ke nomor aku, ya?!" guman Sukma seraya meraih ponselnya, lalu menunjukkan pada Mukta saat melihat ada panggilan tak terjawab dari Seruni.Mukta mengikuti permintaan Sukma, hingga keduanya busa mendengar Seruni dan Raja di ujung sambungan."Runi ... ini Ibu, tadi nggak keangkat teleponnya. Ada apa, Nak?" tanya Sukma mendekatkan w
last updateLast Updated : 2022-11-16
Read more

bab 153

Menghempaskan bokongnya di kursi rotan di belakang rumah Denni, Aji menatap pada kolam kecil yang di dalamnya terdapat ikan Koi berenang ke sana kemari. Dia lepaskan pikiran mengembara, mengingat apa saja yang sudah berlalu, dan merencanakan hal apa yang akan dia lakukan, di negeri orang yang tak lama lagi akan didatangi.Aji merebahkan diri, menatap langit-langit teras dengan terus mengsugesti diri, kalau di tempat jauh nanti dia akan bisa menghapus semua rasa cintanya pada Seruni. Melanjutkan hidup, tanpa harus terus memikirkan wanita yang sudah menjadi milik kakaknya sendiri. Juga menyiapkan hati agar kuat saat suatu saat nanti dia harus berhadapan dengan Seruni cepat atau lambat.Tidak seperti tadi dia harus berpura-pura tak peduli saat mendengar kakaknya dicari oleh wanita itu. Masih sakit saat mendengarnya."Ji!" Suara Arya terdengar, Aji bergerak duduk agar Arya bisa menyamankan diri di dekatnya."A?! Sudah nelpon si tetehnya?!" tanya Aji sambil tertawa pelan, namun matanya ta
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

bab 154

Aji memang tidak mencintai Karin, belum tepatnya. Karena memang tak pernah mencoba mengerti. Tapi dia yakin, ada ruang hatinya yang ditempati gadis itu. Tidak salah kan kalau dia mencoba membuka hati untuk gadis di depannya sekarang? Memberi kesempatan hatinya untuk berpaling dari bayang-bayang Seruni, membuka lembar cerita dengan gadis lainnya meski hanya sekedar mencoba ikatan rasa. Mencoba.Aji meraih tangan Karin, hingga Karin tersentak kaget dengan apa yang dilakukan Aji. Rona merah menghiasi pipi Karin, saat matanya tertaut dengan manik pekat milik lelaki yang begitu menghiasi hati."Ta?!""Kamu mau kan menunggu aku, Rin?" tanya Aji dengan perasan tak mengerti kenapa dia melakukan hal itu."Ma-maksud kamu, Ta?!"Gedoran jantung dalam dada Karin begitu kuat hentakannya, dia sangat bahagia Aji bersikap tak seperti biasanya. Bunga harapan mulai berkembang dalam hati, benarkah Aji akan membuka diri untuknya?"Iya, mau kah kamu menunggu aku? Bila memang kita berjodoh, aku akan data
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

bab 155

Ceklek! Arya keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Seruni lalu mengambil handuk kecil untuk Arya mengeringkan rambutnya. Arya sedikit menjaga gerakannya, saat mengambil handuk di tangan Seruni, tak ingin wudhunya batal karena bersentuhan dengan kulit istrinya. Padahal biasanya, dia yang selalu ingin merasakan kelembutan kulit itu. Bibirnya tentu. "Minum dulu, Sayang!" Seruni menunjuk pada gelas berukuran besar yang ditutup. "Nanti, sholat dulu udah telat." Arya tergesa memakai baju yang sudah disediakan istrinya. Biasanya dia selalu mengambil baju sendiri, tapi sekarang ada yang menyediakan apa yang akan dia pakai. Meski tidak selalu, tapi Arya menikmati semua yang Seruni lakukan untuknya. Seruni pun hanya memperhatikan Arya yang langsung sholat, melihat pada baju kotor Arya yang disimpan asal di atas tempat tidur. Di sebelahnya ada ponsel yang baru dia lihat sekarang. Mungkin ini yang tadi Arya maksudkan sebagai ponsel baru miliknya. Seruni merapikan baju kotor itu, deng
last updateLast Updated : 2022-11-17
Read more

bab 156

"Runi! Cepetan atuh jalannya! Lama amat sih di mobilnya?!" protes Maya pada Seruni yang berjalan sedikit tergesa setelah dipanggilnya. Maya pikir Seruni tidak akan lama turun setelah mobil Arya yang mengantar istrinya itu berhenti, jadi Maya berinisatif untuk menunggu. Namun ternyata dugaannya itu salah, karena sahabatnya itu lebih dari lima menit tetap berada di dalam kabin mobil. Ingin meninggalkan, tapi entah kenapa dia merasa sungkan. Akhirnya dia hanya berdiri menunggu di dekat gerbang kampus. Sedang Seruni menggerutu dalam hati karena Arya tidak mau melepasnya tadi, secara tadi subuh tanpa sepengetahuan Arya, istrinya itu sudah kembali melaksanakan sholat. Akhirnya Arya gemas dan tak mau membiarkan Seruni turun, sebelum Seruni memberinya ciuman. Rasanya Arya ingin sekali membawa Seruni pergi ke rumah mereka untuk melepas kerinduannya. Seminggu menunggu, dan akhirnya waktu itu terlewati juga. "Siapa juga yang minta kamu nungguin aku?!" balas Seruni membuat mulut Maya terngan
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

bab 157

Deringan ponsel Seruni menghentikan perdebatan mereka. Dengan cepat Seruni membuka tasnya yang disimpan di kursi sebelahnya yang kosong, tanpa harus melihat pun Seruni tahu siapa yang menghubunginya. Maya hanya memperhatikan, dan dari arah depan kedai, sosok yang sedang menghubungi Seruni datang, dengan membawa kantong plastik putih di tangannya. Seruni langsung memutuskan sambungan begitu melihat Arya datang, tersenyum manis menyambut kekasihnya, yang datang menggunakan kaos ketat di badan tegapnya. Topi warna hitam melengkapi penampilan Arya, yang membuat beberapa pasang mata menatap tanpa sungkan. Merasa jengah dengan tatapan yang mengikuti langkah Arya, Seruni berdiri dan menyongsong Arya mendekat. Dengan possesif dia memeluk lengan Arya dan membawanya duduk. Maya terkikik melihat cara Seruni melindungi miliknya. Tak berlebihan, karena Arya memang terlalu sempurna untuk dibiarkan, tanpa meninggalkan jejak pesona pada mata yang melihatnya. Benar-benar bodoh wanita yang sudah m
last updateLast Updated : 2022-11-19
Read more

bab 158

Lastri tersenyum menyambut kedatangan anak dan menantunya, si kembar Rara dan Robi nampak sedang beristirahat, sambil berselonjoran beralaskan karpet di depan TV."Baru pulang?""Iya, Bu." Seruni menyalami Lastri, lalu menoleh pada kedua adiknya yang seakan mengabaikan kedatangannya. "Ra, Bi, mau nggak?"Seruni mengangkat plastik yang dibawanya. Rara yang tadinya bersikap abai menoleh cepat, begitu juga dengan Robi. Arya tersenyum melihat tingkah kedua adik iparnya itu. "Aku ke kamar duluan ya, Sayang?!" pamit Arya tanpa menunggu persetujuan Seruni, beranjak menuju kamar mereka."Iya, A!""Apa itu, Teh?" tanya Rara mendekat."Mie ayam. Bawa mangkok sana. Itu yang buat bapak nggak pake saos," terang Seruni menjelaskan."Kok, cuman empat bungkus, Teh?" tanya Rara begitu melihat isi kantong plastik bening itu."Teteh sama aa sudah makan tadi. Itu buat orang rumah. Sudah ya, Teteh mau ke kamar dulu, belum sholat."Seruni mengusap kepala Rara yang tersenyum lebar. "Iya, makasih, Teh."Ser
last updateLast Updated : 2022-11-20
Read more

bab 159

Seruni menyeringai jahil. Ingin terbahak melihat Arya yang terlihat salah tingkah, namun tentu saja hal itu urung dilakukannya, saat mengetahui Arya sedang cemburu pada Aji tanpa sebab. Seruni pernah merasakan tidak nyamannya perasan itu. Iya, cemburu itu tidak menyenangkan. Kesal, dan ingin marah, seperti saat dia yang cemburu melihat Arya tersenyum manis untuk Karin. Itu jelas karena dia melihatnya langsung. Seruni tidak ingin Arya tersenyum pada Karin, yang jelas-jelas memperlihatkan bagaimana teman Aji itu terpesona pada suaminya. Dan itu terjadi karena dia memiliki perasan cinta yang besar pada Arya, harusnya dia bangga karena ternyata perasaan cinta Arya jauh lebih besar padanya, karena hanya dengan dia menanyakan Aji tanpa melihat lelaki itu saja, Arya sudah terbakar cemburu. Apalagi kalau dia tersenyum pada Aji di depannya? Manis banget kan suaminya?! Sangat manis malah. "Sayang!" Seruni menangkup wajah Arya, dipaksanya lelaki itu agar membalas tatapan matanya. "Lihat a
last updateLast Updated : 2022-11-20
Read more

bab 160

Soleh tersenyum tipis, seorang Arya yang selalu terlihat berwibawa, kini menunduk di depannya setelah mengungkapkan apa yang mengganjal dalam hatinya. Sama seperti saat lelaki keturunan orang kaya di desa itu, berkata ingin mempersunting Seruni saat anak gadisnya masih sekolah. "Pasti Seruni takut mengatakannya, karena ... Bapak bilang pada dia, kalau dia harus menikah dengan Aa karena hutang kami yang sudah sangat banyak," jujur Soleh tak enak hati. Meski tentunya kenyataan itu tidak sepenuhnya salah. Arya menatap Soleh tak percaya. Dalam hati menyesali alasan yang dibuat Soleh, agar Seruni rela hati untuk menjadi miliknya. Meski saat itu dia bilang tidak peduli dengan apapun alasan yang akan Soleh berikan, agar Seruni menuruti keinginannya. Tapi ... tidak harus dengan alasan itu juga kan? "Hutang?" "Iya." "Tapi bukankah Arya tidak pernah mengatakan, kalau semua uang yang Arya berikan untuk pendidikan Seruni bukan sebagai hutang, Pak?" "Bapak bingung, dan hanya alasan itu yang
last updateLast Updated : 2022-11-20
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
53
DMCA.com Protection Status