Dua hari telah berlalu. Suasana hati dan juga keadaan kakiku sudah mulai membaik. Rencananya, pagi ini aku dan Ibu berniat mendaftar haji. Aku juga sudah memesan taksi online sejak pukul tujuh tadi."Nduk, apa ndak sebaiknya nunggu kakakmu pulang? Ibu takut dia tersinggung," kata Ibu ketika menungguku bersiap-siap.Aku menoleh ke arah Ibu. Kemudian melempar senyum pada wanita yang tak lagi muda itu. "Bu, udah, ya. Gak apa-apa, kok kita berdua saja. Lagian, Kak Dinda belum pasti kapan pulang ke sini."Ibu mengembuskan napas pelan. Namun, raut wajahnya masih belum ceria. Aku paham bagaimana perasaan Ibu, tapi menunda-nunda pekerjaan untuk akhirat juga tak baik, kan? Apalagi, uangnya sudah cukup. Aku takut jika tidak disegerakan untuk mendaftar haji, Kak Dinda akan meminjamnya lagi."Ya, sudah. Semoga kakakmu ndak marah. Tapi, apa kamu sudah menghitung seluruh tabungan Ibu, Nduk? Kan, malu kalo sampe di sana ternyata uangnya kurang."Ibu benar. Sebaiknya aku menghitung tabungan Ibu terle
Last Updated : 2022-07-14 Read more