Beranda / Romansa / Dari Mantan Jadi Ipar / Chat dari Pacar Mas Athaar

Share

Chat dari Pacar Mas Athaar

Penulis: Nania Orchid
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-14 23:49:03

Dua hari telah berlalu. Suasana hati dan juga keadaan kakiku sudah mulai membaik. Rencananya, pagi ini aku dan Ibu berniat mendaftar haji. Aku juga sudah memesan taksi online sejak pukul tujuh tadi.

"Nduk, apa ndak sebaiknya nunggu kakakmu pulang? Ibu takut dia tersinggung," kata Ibu ketika menungguku bersiap-siap.

Aku menoleh ke arah Ibu. Kemudian melempar senyum pada wanita yang tak lagi muda itu. "Bu, udah, ya. Gak apa-apa, kok kita berdua saja. Lagian, Kak Dinda belum pasti kapan pulang ke sini."

Ibu mengembuskan napas pelan. Namun, raut wajahnya masih belum ceria. Aku paham bagaimana perasaan Ibu, tapi menunda-nunda pekerjaan untuk akhirat juga tak baik, kan? Apalagi, uangnya sudah cukup. Aku takut jika tidak disegerakan untuk mendaftar haji, Kak Dinda akan meminjamnya lagi.

"Ya, sudah. Semoga kakakmu ndak marah. Tapi, apa kamu sudah menghitung seluruh tabungan Ibu, Nduk? Kan, malu kalo sampe di sana ternyata uangnya kurang."

Ibu benar. Sebaiknya aku menghitung tabungan Ibu terle
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Seseorang yang Memeluk Tubuhku

    "Astaghfirullah, Ibu!" Aku berlari menghampiri Ibu yang kini berada tak jauh dariku. Wanita yang kini mengenakan hijab biru itu tergeletak lemah di lantai. Karena terus berdebat, aku sampai lupa jika Ibu harus segera minum obat.Bukannya bergegas menolong Ibu, Kak Dinda malah menggerutu tak jelas ketika melihat wanita yang melahirkannya itu. Sepertinya dia merasa disusahkan oleh Ibu. Padahal, sebagai anak harusnya dia prihatin. Ah, dia benar-benar tak punya hati."Nduk, kenapa kalian bertengkar lagi? Ibu ndak minta apa-apa sama kalian. Ibu cuma minta kalian akur dan saling menyayangi. Bagaimana kalau ibu sudah ndak ada?" Dengan suara lemah Ibu berkata-kata. Ya, Allah, hancur rasanya hati ini mendengar ucapan beliau. Maafkan anakmu ini, Bu."Makanya Ibu jangan manjain dia! Dia itu kurang ajar sama aku, makanya aku jadi kek gini! Kalau aja Ibu nggak rawat dia, sudah di panti asuhan, kan dia? Harusnya dia itu bersyukur ini malah gak tau diri!" Kak Dinda bicara dengan lantang. Sudah menja

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Lagi-lagi Azka Berulah

    Mataku melotot melihat pria yang paling aku hindari memeluk tubuh ini erat. Aku tak menyangka dia berani melakukan hal itu di hadapan Ibu dan istrinya. Padahal, tak perlu dia menolongku, karena sudah pasti akan membuat perseteruan semakin panjang.Dengan segera aku mendorong Azka agar melepaskan pelukannya. Sungguh, perbuatan pria itu sangat memalukan dan tak pantas dipertunjukkan."Kamu apa-apaan, sih, Mas?! Pake sok ngelindungi dia kek gitu! Jangan-jangan kamu memang suka, ya sama dia?!" Kak Dinda marah-marah pada Azka setelah tadi tak mampu melanjutkan kata-kata karena mungkin saking kagetnya."Kamu juga, suka, ya dipeluk Mas Azka? Ketahuan, kan kalo memang gatel!" Kini Kak Dinda memarahiku. Ah, kenapa dia hobi sekali menyebutku gatal? Seharusnya sebutan itu pantas ditujukan pada suaminya."Sudah! Sudah! Kenapa kalian tega bertengkar di depan ibu? Kalian anggap apa ibu ini?" Sambil memegangi kepala, Ibu menengahi perselisihan yang tengah terjadi.Aku heran, entah kenapa setiap ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-16
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Diusir Ibu

    "Kek paling cantik aja kamu! Merasa keren gitu dikerubuti cowok-cowok? Udah tau mau Maghrib, bukannya masuk rumah malah ribut di luar. Nggak malu sama tetangga?!" Dengan berkacak pinggang, Kak Dinda memarahiku seperti anak kecil. Dia pikir, aku yang bersalah di sini. Padahal semua ulah suaminya yang selalu saja ikut campur."Maaf, Mbak. Jangan marahi Ayesha. Dia nggak salah. Semua karena saya yang nggak seharusnya bertamu di jam segini." Mas Athaar sepertinya tak enak hati. Pria itu kini melihatku dengan tatapan sendu."Bagus nyadar! Pulang sana!" Azka kembali mengusir Mas Athaar."Sudah stop! Kenapa, sih dengan kalian berdua? Urus ajalah urusan kalian. Dengar, ya Kak Dinda, tolong Kak Dinda jaga Mas Azka biar nggak gangguin kami. Jangan gara-gara dia, Kak Dinda salah paham terus sama aku. Mas Athaar tadi keknya cuma mampir, kok. Karena ngeliat aku lagi duduk di teras rumah sendirian." Aku ambil suara. Enak saja Kak Dinda menyudutkan aku dan Mas Athaar. Dia pikir, dia hebat?"Ayesha be

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Pria Gila!

    Setelah kejadian Ibu mengusir Kak Dinda dari rumah, hari-hari Ibu lewati dengan termenung. Terkadang, aku melihat beliau menangis, tapi ketika aku mendekat, Ibu dengan segera menyeka air matanya.Raga Kak Dinda memang tak ada di rumah ini. Namun, bayangannya pasti sangat melekat di hati Ibu. Sungguh, aku jadi merasa bersalah. Karena diri ini Ibu sampai mengusir anaknya sendiri.Meskipun Ibu tak mengatakan apa-apa, tapi aku yakin jika wanita itu merindukan Kak Dinda. Sudah tiga hari Kak Dinda angkat kaki dari rumah ini. Parahnya, dia membawa semua hal yang pernah dia beli. Termasuk pakaian milik Ibu. Luar biasa."Bu, kalau Ibu mau, Ayesha bisa minta Kak Dinda pulang. Ayesha nggak tega lihat Ibu sedih terus." Aku memulai pembicaraan. Semoga Ibu tidak tersinggung dengan ucapanku."Jangan, Nduk. Biarkan dia seperti itu. Ibu hanya kecewa dengan sikapnya. Ibu minta, kamu jangan merasa bersalah, ya. Ini bukan salah kamu." Ibu menggenggam tanganku. Wajah tua Ibu yang terlihat sendu, menghadir

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Ziarah Makam

    "Maaf, Ning. Aku juga ndak tau kenapa dia begini. Maaf banget, ya, Pak Handoko, mungkin lebih baik kita tunda dulu perundingan ini. Saya sekeluarga benar-benar minta maaf atas kejadian tak terduga ini." Ibu berbicara dengan nada sungkan. Entah bagaimana menghilangkan rasa itu karena kini pun aku merasakan hal yang sama.Pak Handoko dan Bu Wening saling pandang. Mereka pasti berpikir keluarga kami sangat aneh. Mungkin juga menyesal karena mau menjodohkan putranya denganku. Ah, entahlah jika semua praduga ini benar. Mungkin, aku harus siap menerima cap perawan tua lebih lama lagi."Begini saja, Bu Misnah. Menurut saya, akan sangat tidak adil kalau kita tunda lagi niat baik kita. Lagipula, Athaar sudah yakin dengan Ayesha. Hanya tinggal menunggu keputusan Ayesha saja, apakah dia setuju dijodohkan dengan Athaar." Pak Handoko berbicara dengan tegas, tapi tetap lemah lembut. Hal itu yang aku suka dari pribadi beliau.Sungguh aku tak menyangka Pak Handoko tetap melanjutkan rencana perjodohan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-19
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Terbentur Dinding

    Ibu memijat pelipis kiri, wajah tuanya terlihat sekali tengah menahan sakit. Namun, beliau menolak dibawa ke rumah sakit. Katanya, itu hanya sekadar masuk angin saja. Padahal, aku tahu betul jika itu terjadi akibat faktor pikiran yang berlebihan.Beruntung jarak antara rumah kami dan makam dekat, jika jauh mungkin Ibu terlambat mendapat pertolongan pertama. Beruntungnya lagi ada Mas Athaar. Ya, pria itu yang menggendong Ibu hingga ke rumah."Sekali lagi terima kasih, ya, Mas. Lagi-lagi, kamu bantuin aku," kataku ketika mengantarkan Mas Athaar ke depan pintu. Ya, pria itu baru saja hendak pulang setelah memastikan Ibu susah siuman."Iya, Sha. Selagi aku bisa bantu, aku pasti bantu, kok. Jangan sungkan," sahutnya sambil merapikan kemeja yang dia kenakan.Mataku kini tertuju pada kemeja yang Mas Athaar kenakan. Terlihat ada seekor semut yang menempel di bagian bahu kanan. Aku bingung, apakah aku harus memberitahunya saja? Atau langsung membuang hewan kecil itu?Akhirnya, aku inisiatif me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-20
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Kecurigaan Mas Athaar

    Aku mengerjap berulang kali ketika merasakan sesuatu menyilaukan mata ini. Sebelumnya, aku mendengar seseorang memanggil-manggil namaku. Namun, suaranya tidak jelas, seperti jauh.Setelah beberapa menit, akhirnya aku bisa membuka mata meski rasanya berat sekali. Seketika pening kembali menjalari kepala. Tubuhku rasanya juga sakit semua. Mungkin karena hal itu, sekarang aku berada di hotel putih ini."Ayesha ... alhamdulilah, akhirnya kamu sadar." Mas Athaar berkata sambil tersenyum senang. Dialah orang yang pertama kali aku lihat. Apa dia yang sejak tadi memanggilku? "Mas panggilkan dokter, ya?"Aku menggeleng cepat, karena merasa tak perlu diperiksa dokter sekarang. "Mas, kok kamu di sini?" tanyaku sambil melihat sekeliling. Aku tak mendapati Ibu berada di sini."Mas nungguin kamu sadar, Sha. Sudah dua hari kamu pingsan." Mas Athaar berkata dengan suara berat.Dua hari aku pingsan? Pantas saja tubuh ini rasanya kaku semua. Ternyata benturan keras itu membuatku jadi seperti ini. Mengi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-21
  • Dari Mantan Jadi Ipar   Perasaan Mas Athaar Padaku

    "Sha, kok bengong? Kenapa?" Mas Athaar bertanya seperti itu karena aku tak kunjung menjawab pertanyaannya tadi."A-aku, nggak apa-apa, kok," jawabku gugup.Mas Athaar memandangi wajahku dengan sedikit aneh. Pasti sikapku sudah membuatnya semakin curiga. Namun, aku tak tahu bagaimana bersikap biasa-biasa saja di hadapannya."Ayesha, kamu kenapa? Pertanyaan mas nggak sopan, ya? Ya, udah nggak perlu dijawab."Harusnya aku senang mendengar ucapan Mas Athaar. Namun, aku malah gundah karena merasa menyembunyikan sesuatu darinya. Memang tak ada ikatan di antara kami, tapi sebagai orang yang berniat serius padaku, Mas Athaar pasti kecewa jika ada yang diri ini tutupi.Nyatanya, aku kecewa dengan diri sendiri. Aku terlalu takut untuk jujur. Padahal, mungkin lebih baik semuanya diungkap sekarang daripada di kemudian hari. Karena sebaik apa pun aku tutupi, suatu saat pasti akan terbongkar jika Azka masih terus-menerus mendekati diri ini."Emm ... Mas, aku minta maaf sebelumnya. Mungkin kamu akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22

Bab terbaru

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Semua yang Manis

    Jantungku serasa copot ketika seorang wanita itu masuk dan mendekati Mas Athaar. Bukankah kamar adalah privasi dan haram dimasuki orang luar? Namun, kenapa wanita itu begitu biasa dan tak canggung sama sekali.? Bahkan ketika dia tahu jika Mas Athaar tengah video call dengan istrinya. Parahnya lagi, wanita itu malah menyapaku. Aku memasang wajah masam ketika Mas Athaar kembali fokus ke layar handphone. Pria itu tersenyum simpul seperti berpura-pura bodoh. Sepertinya dia sengaja agar aku tak lagi marah padanya."Sejak kapan kamu punya pembantu, Mas? Kenapa, nggak bilang aku dulu?" Aku bertanya dengan wajah yang masih masam."Sayang ... santai. Jangan marah, dong. Nanti cantik kamu ilang gimana?" Mas Athaar malah menggodaku."Mas!" kesalku dan langsung disambut tawa oleh Mas Athaar. Andai saja dekat, pasti sudah aku cubit pinggangnya."Sebenarnya Bulek Hanum bukan pembantu, Sayang. Dia cuma kebetulan lagi berobat di Malang. Dan dia di sini sama Mbak Asri dan Mas Agung juga. Kamu lupa ka

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Diduakan Ketika Berjauhan

    Sebuah perjalanan cinta indah telah aku rasakan nikmatnya. Menggapai puncak nirwana juga telah aku tempuh bersama pria bergelar suami. Kini, aku tengah berbadan dua, mengandung buah cintaku dengan Mas Athaar setelah delapan tahun pernikahan kami.Layaknya wanita hamil, aku merasakan berbagai hal tak mengenakkan sekaligus menyenangkan. Ada tawa tiap janin yang kini berusia empat bulan merespon suara dan sentuhan kami orang tuanya.Mas Athaar semakin sayang padaku. Begitu juga dengan Mama dan Papa Mertua. Namun, akhir-akhir ini sikap Kak Dinda agak aneh. Mungkin dia merasa jika aku sangat beruntung ketimbang dia yang kurang perhatian mertua.Azka sekarang banyak berubah, tapi aku merasa jika dia masih saja memperhatikan diri ini. Namun, tentunya tak seperti dulu. Pria itu kini sangat berhati-hati. Mungkin, karena kini dia sudah memiliki tiga buah hati dengan Kak Dinda. Jadi, pikirannya lebih dewasa.Meskipun sedang hamil, aku tetap sibuk menjalani hari-hari. Mulai menjadi istri hingga w

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Bercinta Penuh Gelora (area 21++)

    "Kenapa kamu bertanya seperti itu, Sha? Apa ada yang mengganjal di hati kamu?"Aku mengangguk mendapat pertanyaan seperti itu dari Mas Athaar. Karena memang kenyataannya ada beberapa hal yang masih mengganjal pikiran."Katakanlah. Mas akan coba jawab sejujurnya." Mas Athaar mengedipkan mata sambil membelai rambutku yang panjang terurai. Wajahnya menenangkan dan itu mampu membuat hatiku berbunga-bunga.Sepersekian detik aku hanya bergeming dan menatap wajah Mas Athaar lekat. Berusaha untuk menyusun kalimat yang tepat agar tak ada hati yang tersakiti."Mas, sekarang kita, kan sudah menikah. Dan, sesuai kesepakatan di awal, tidak ada kebohongan yang kita sembunyikan di antara kita." Mas Athaar menganggukkan kepala sebagai tanda ingat akan janji yang pernah terucap."Mas, siapa, sih anaknya Bu Broto? Apa ada hubungannya dengan kamu?" Dengan to the point, akhirnya aku menanyakan hal yang memang ingin aku ketahui jawabannya.Mas Athaar sedikit kaget. Namun, dia tetap tenang. Sebuah senyuman

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Terbuai Cinta dalam Curiga

    Curiga yang aku rasakan bukan tanpa alasan. Tatapan mama mertua padaku kini seperti salah tingkah. Jelas, ada yang disembunyikan olehnya. Tapi apa?Mas Athaar juga menghindari kontak mata denganku. Rasanya, hari bahagia ini menjadi hambar karena hal ini. Seharusnya, kan sekarang aku happy, tapi malah curiga dan sakit hati.Menyalami para tamu pun sudah tak fokus lagi. Ingin sekali acara ini segera usai agar apa yang sedang mengganjal di hati ini segera enyah. Pokoknya, aku harus mempertanyakan siapa itu anaknya Bu Broto pada Mas Athaar."Nduk, kamu kenapa? Senyumnya, kok ilang? Itu Bude Miah mau salim, kok kamu malah cemberut. Piye, to?" Ibu menepuk pundakku dan berkata demikian padaku.Ah, ternyata curiga ini sudah membuat semuanya kacau. Suasana hati yang tak enak nyatanya sudah mengubah diriku. Bahkan orang lain pun terkena imbasnya. Fokuslah, Ayesha!"Sayang, kamu nggak apa-apa? Kamu capek, ya?" Kini, Mas Athaar yang berbicara. Wajahnya terlihat khawatir. Sebegitu pedulikah dia? A

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Rasa Curiga di Hari Bahagia

    Suara Mas Athaar terdengar mengancam. Mungkin, Ibu juga mendengarnya karena posisi dapur dan ruang tamu tidaklah jauh. Namun, entah di mana Ibu. Wanita itu tak muncul sama sekali. Apa iya jika Ibu sudah malas ikut campur dan mendamaikan kami seperti biasanya?Langkahku terhenti. Entahlah, seperti sudah terprogram untuk menuruti perkataan Mas Athaar. Namun, sebenarnya lebih dari itu. Ya, aku takut hubungan kami semakin hancur jika aku menuruti ego diri tetap pergi.Aku memutar badan. Memasang wajah setenang mungkin padahal hati sudah dongkol sekali. Sesak merajai. Andai aku bisa berontak, tapi bagaimanapun aku harus tetap memikirkan hati Ibu."Ayesha, menikahlah dengan mas. Maaf untuk semua yang telah terjadi. Mas hanya kalap, takut kehilangan kamu. Asal kamu tau, mas sudah beberapa hari nggak pulang ke rumah. Mas mencari ketenangan sendiri dan mohon petunjuk Allah. Sekarang, mas sudah yakin, jika dengan menikah dengan kamu, adalah pilihan yang terbaik. Kamu mencintai mas, kan?" Mas At

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Ancaman dari Mas Athaar

    Beberapa detik berlalu begitu saja tanpa dialog di antara aku dan Mas Athaar. Bahkan, aku tak sedikit pun menoleh ke arah pria itu. Diriku hanya mematung dan kebingungan harus berbuat apa.Sementara, suara desah napas Mas Athaar terdengar panjang. Mungkin, pria itu merasa kecewa dengan sikapku yang terkesan cuek."Sha ... kamu beneran udah benci, ya sama mas?" Mas Athaar akhirnya buka suara. Nada bicaranya terdengar parau.Aku menoleh, rasanya tak enak hati jika terus-terusan berdiam diri dan tak merespon ucapan Mas Athaar. Pria itu tak bersalah sama sekali. Hanya terkadang dia terlalu berlebihan cemburu.Aku kikuk berhadapan dengan Mas Athaar. Seperti saat pertama jumpa. Degup jantung pun mulai tak keruan. Ah, kenapa aku jadi berlebihan? Harusnya aku biasa-biasa saja.Mas Athaar mendekat. Aroma parfum pria itu begitu menyengat hingga menusuk rongga penciumanku. Dia pasti sengaja memakai banyak wewangian agar aku terkesan. Padahal, aku adalah tipe orang yang kurang suka parfum dengan

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Rindu yang Hampa

    Menikah kemudian membina rumah tangga adalah impian setiap orang termasuk aku yang kini sudah layak berada di fase itu. Akan tetapi, halangan dan cobaan datang silih berganti untukku mencapai tujuan.Entahlah, mungkin memang belum saatnya Allah meridhoi aku berumah tangga. Padahal akad sudah hampir terucap. Bagaimanapun jika Allah tak berkehendak, semua tak mungkin terjadi.Sudah hampir seminggu Ibu pulang dari rumah sakit. Kondisi beliau juga semakin membaik. Alhamdulillah, Ibu tak mempermasalahkan dan menyalahkan diri ini atas kejadian yang menimpanya. Namun, juga tak sepenuhnya rela aku batal nikah.Persiapan pernikahan yang sudah sangat matang nyatanya tak menjamin sepasang kekasih akan bersanding di pelaminan. Nyatanya, kini aku harus mengikhlaskan batal nikah karena berbagai masalah yang datang.Pihak keluarga Mas Athaar nyatanya masih keberatan menerimaku jadi mantu yang katanya sudah membuat keluarga besar mereka malu. Terlalu berlebihan, nggak, sih? Kan, aku tidak melakukan h

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Siapa yang Egois?

    "Stop! Diam!" teriakku sembari membantu Mas Athaar berdiri. Pria yang sebentar lagi menjadi suamiku itu tadi jatuh terjengkang karena tiba-tiba Azka mendorong dirinya.Azka seperti lupa sedang berada di penjara. Seharusnya dia bisa menahan dan menempatkan dirinya. Jika sudah seperti ini, bisa-bisa hukuman yang dia terima jadi bertambah berat.Melihat keributan yang terjadi, seorang petugas sipir langsung berusaha mengamankan Azka. Pria yang selalu memegang tongkat itu sigap memborgol Azka dan mengatakan jangan membuat keributan di tahanan. Namun, Azka malah berontak dan membuat petugas sipir itu sedikit kewalahan."Dasar Pecundang!" bentakku pada Azka. "Aku datang ke sini rupanya untuk melihat seperti ini? Mulai hari ini, aku nggak akan mau jenguk kamu ataupun peduli tentang diri kamu. Nikmatilah hari-hari kamu di sini. Masalah Aira, aku yang akan membesarkan dia." Aku berujar dengan penuh emosi. "Ayo, Mas, kita pergi dari sini. Buang-buang waktu aja kita di sini," ajakku pada Mas Ath

  • Dari Mantan Jadi Ipar   Pertengkaran di Rutan

    "Sha, alhamdulilah, akhirnya kamu sadar." Saat mata ini terbuka, Mas Athaar yang pertama kali terlihat. Wajahnya terlihat cemas dan ada jejak basah yang masih jelas di sana."Mas," sapaku padanya. "Aku di mana sekarang, Mas? Kamu lihat Aira nggak" tanyaku setelahnya."Kamu dan Aira sekarang ada di tempat yang aman, Sha." Alhamdulillah, aku bisa nyelametin kalian dari Mbak Dinda."Aku merasa agak ganjal dengan ucapan Mas Athaar. Bagaimana ceritanya dia yang menyelamatkan aku dan Aira? Bukankah di saat kejadian, pria itu tak ada di tempat."Kamu nyelametin aku dan Aira, Mas? Tapi, kan kamu—""Tadi aku putar balik ke rumah kamu, Sha. Karena aku pikir, secepatnya kita harus bicara. Makanya aku mutusin kembali ke sini. Pas aku baru nyampe halaman, aku denger suara Aira nangis dan teriakan Mbak Dinda, aku buru-buru masuk dan ternyata ada kejadian seperti ini," jelas Mas Athaar dengan penuh keseriusan.Aku bahagia Mas Athaar yang menyelamatkan aku dan Aira. Namun, juga cemas, karena takut Dok

DMCA.com Protection Status