Beranda / Romansa / PENJARA HATI MAFIA / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab PENJARA HATI MAFIA: Bab 41 - Bab 50

64 Bab

41. Kakak kesayangan

Rin dan Ron saling diam tanpa bersuara selama mereka berada di dalam pesawat. Gadis itu tak berani lagi bercicit di depan Ron setelah mendengar kata "kencan" yang keluar dari mulut Ron.Rin dan Ron saling terus mencuri pandang, hingga akhirnya kedua orang itu menjadi salah tingkah di depan satu sama lain."Berapa jam lagi kita akan sampai?" tanya Rin memecah keheningan."Kau tidur saja. Penerbangan masih lama," tukas Ron datar.Pria itu mencoba bersikap sok keren dan menanggapi Rin setenang mungkin, meskipun sebenarnya Ron mengalami kegugupan parah setelah menggoda Rin dengan kata "kencan"."Aku tidak bisa tidur," ungkap Rin sembari mengusap perban yang membalut lukanya."Kenapa? Lukamu masih sakit?"Ron mendekat ke arah Rin dan mengusap lembut lengan Rin yang terkena sayatan pisau darinya."Ini masih sakit?" tanya Ron begitu mencemaskan Rin yang kesakitan karena dirinya.Terlalu merasa bersalah, membuat Ron lebih memperhatikan Rin dan mengurangi sikap judesnya pada gadis tawanannya
Baca selengkapnya

42. Kencan di Roma

"Bisakah kau saring kata-katamu? Sejak tadi kau membuatku merinding," protes Rin."Merinding kenapa?""Aku tidak terbiasa digoda oleh om-om," cetus Rin secara tak langsung mengatai Ron sebagai om-om yang menggodanya."Om-om apanya? Kau tidak lihat kalau aku masih sangat muda?" protes Ron."Muda apanya?" cibir Rin."Kau tidak merasa terkesan sedikit pun pergi berkencan denganku? Aku bahkan menyewa jet untukmu," cetus Ron."Ron, berhenti menyebut kencan!" omel Rin dengan pipi memerah.Ron terdiam sejenak, kemudian pria itu meraih tangan Rin dan menggenggamnya erat."Rin ... kalau pendapatku tentangmu mulai berubah, bagaimana?" tanya Ron tiba-tiba."Pendapat apa?" Rin menoleh ke arah Ron dengan kedua alis terangkat tinggi."Bagaimana pendapatmu tentangku?" tanya Ron lagi."Kau ingin aku mengatakan apa?" tanya Rin malas."Apa kau menyesal bertemu denganku?" tanya Ron sembari menatap manik mata bening milik Rin dengan sorot mata tajam yang begitu menusuk."M-menyesal? Tentu aku tidak akan
Baca selengkapnya

43. Tambatan hati yang baru

"Turun!" titah Ron begitu Ron dan Rin tiba di kediaman Ron yang berada di Roma."Kita akan tinggal di sini?" tanya Rin sembari menatap halaman rumah yang luas di kediaman Ron."Kau boleh tinggal di sini. Biaya satu malam, biaya akomodasi pesawat, mobil, kemudian biaya—""Biaya?"Ron mendekat ke arah Rin, kemudian menarik telinga gadis cantik itu. "Kau pikir ini semua gratis? Aku bis bangkrut kalau terus beramal padamu," bisik Ron begitu menohok."Hei, bukankah kau bilang sendiri kalau kau mengajakku kencan?" protes Rin."Apa begini caramu mengajak kencan seorang wanita?" sungut Rin kesal."Kencan apanya? Anggap saja aku mabuk saat mengatakan hal itu! Aku pasti sudah tidak waras jika bermaksud mengajak kencan gadis tukang utang sepertimu!" ketus Ron dengan kalimat yang begitu kejamnya pada Rin."Kau pikir kalau kau punya uang, kau bisa seenaknya? Aku yang bodoh karena percaya dengan bualanmu mengenai kencan!" ketus Rin begitu kesal pada Ron yang telah mempermainkan dirinya mengenai ken
Baca selengkapnya

44. Melibatkan Rin

Rin duduk di salah satu kamar yang ada di rumah Ron sembari mengunyah makanan yang dibuatkan oleh Ron. Sesekali gadis itu melirik ke luar jendela, melihat Ron yang tengah menelepon seseorang di halaman rumah."Wajahnya serius sekali," gumam Rin saat melihat Ron yang mondar-mandir tidak jelas."Ternyata dia tidak bersungguh-sungguh mengenai kencan itu? Kau benar-benar naif, Rin. Bisa-bisanya kau mempercayai perkataan Ron?" gerutu Rin kesal pada dirinya sendiri."Jangan terbawa suasana, Rin! Ron hanya pria menyebalkan yang suka mempermainkanmu!" oceh Rin lagi."Lagi pula, Ron tidak mungkin semudah itu melupakan calon istrinya. Ron pasti masih akan mengejar kakak," gumam Rin kembali mengingat Ren."Bagaimana kabar kakak sekarang? Sebenarnya apa yang dilakukan oleh kakak di luar sana?" Sementara di negara kampung halaman Rin, sang kakak kini tengah dihajar habis-habisan oleh sekelompok pria berotot di sebuah gudang gelap yang berad
Baca selengkapnya

45. Senjata makan tuan

Cklek! Pintu kamar Rin terbuka dan Ron masuk ke dalam kamar tempat gadis itu beristirahat.Rin langsung gelagapan menyembunyikan ponselnya, usai gadis itu berbincang dengan sang kakak. Ron yang sengaja menguping di luar kamar Rin, langsung menodong penjelasan pada gadis itu."Kau baru saja menghubungi kakakmu, kan?" ujar Ron langsung pada intinya."Hm? A-apa maksudmu?" tanya Rin pura-pura bodoh."Jawab 'ya' atau 'tidak'! Ren baru saja menghubungimu, kan? Mengaku saja, Rin!" sentak Ron."Kau menguping? Kau sengaja mengawasiku?"Tanpa basa-basi, Ron segera merebut ponsel Rin dan melihat nomor pada panggilan terakhir di ponsel Rin."Apa yang kau rencanakan dengan Ren? Ini yang kau bilang tidak akan mengkhianatiku? Ini yang kau bilang akan membantuku menangkap Ren? Kau ingin mencoba menipuku, Gadis Kecil?" Ron mulai kalap dan mencengkram bahu Rin dengan erat dan menatap gadis itu dengan sorot mata tajam."
Baca selengkapnya

46. Hasrat

Sepanjang malam, Rin tak dapat tidur dan terus merasa gelisah di dalam kamarnya. Sangat wajar jika gadis itu merasa cemas dan ketakutan atas ancaman yang didapatkannya.Rin keluar dari kamarnya dan berdiri tepat di depan pintu kamar Ron. Gadis itu ingin sekali memanggil nama Ron dan meminta Ron untuk menemaninya, tapi Rin agak takut akan mengganggu Ron dan membuat pria itu marah."Ron, bisa tolong kau temani aku? Aku tidak bisa tidur," lirih Rin di depan pintu kamar Ron.Tentu sang pemilik kamar tak akan bisa mendengar suara kecil Rin yang hanya terdengar samar-samar di luar kamar."Ayolah, Rin! Keraskan suaramu! Mana mungkin Ron bisa mendengar suara kecilmu ini?" gerutu Rin sebal."Apa yang kau lakukan di sini?" tegur Ron saat melihat Rin berdiri di depan kamarnya.Rin refleks menoleh dan menatap Ron yang sudah berdiri di belakangnya. Gadis itu segera memalingkan wajah dan bersiap untuk melarikan diri dari Ron."A-aku .
Baca selengkapnya

47. Melayani hasrat

"Bermain apanya, Pria Brengsek?" omel Rin sembari menjedotkan dahinya ke hidung mancung Ron.Dugh!"Aww!"Ron memegangi hidungnya yang menjadi korban yang hampir berdarah akibat ulah Rin yang mengayunkan kepalanya secara sembarangan."RIN!""Kenapa? Sakit? Kau pikir aku akan menyerahkan diriku dengan mudah padamu?" cibir Rin sembari membenarkan pakaiannya yang compang-camping akibat ulah Ron.Gadis itu bangkit dari ranjang tanpa menghiraukan hidung Ron yang berdarah karena dirinya. Rin bergegas melarikan diri dari kamar, sebelum gadis itu gelap mata mengiyakan keinginan Ron yang hendak melakukan sesuatu pada tubuhnya."Sadarlah, Rin! Tinggal berdua dengan pria memang berbahaya. Jangan mudah terlena oleh ucapan Ron! Anggap saja dia tembok! Anggap saja dia tembok!" oceh Rin mengomel pada dirinya sendiri.Sementara, Ron masih berada di dalam kamar Rin, mengusap hidung malangnya yang terluka."Apa yang kau lakukan, Ron? Apa tidur semalam bersama Rin saja sudah membuatmu terangsang? Kau ha
Baca selengkapnya

48. Ungkapan isi hati

Rin mulai berhenti meronta saat Ron mengecupnya dengan brutal dan menggerayangi tubuhnya tanpa ampun.Gadis itu sadar tubuh mungilnya tak akan mampu melawan badan kekar Ron. Rin pun hanya bisa pasrah dan membiarkan Ron berbuat semaunya.Terus memberontak juga justru hanya akan membuat Rin kesakitan karena sentuhan Ron yang kasar. Perlahan, kecupan Ron pun mulai berubah lembut dan jamahan tangannya pun mulai terkendali. Pria itu lekas menikmati kecupannya dengan Rin hingga gadis itu ikut terbawa suasana dengan sentuhan Ron."Kau tidak lagi menolak?" bisik Ron usai pria itu menyudahi ciuman panasnya."Apa aku bisa menolak?" "Bisa ... kita lanjutkan di kamar?" tanya Ron, kemudian membopong tubuh Rin dan melangkah menuju kamar tempat Rin beristirahat."La-lanjut apanya?" tanya Rin balik dengan gugup."Aku akui ... bertemu denganmu membuatku hampir lupa dengan Lilian," ungkap Ron.Pria itu mendudukkan Rin di ranjang, kemudian menatap netra sang gadis lekat-lekat."Aku bukan siapa-siapa,
Baca selengkapnya

49. Liburan bersama kekasih

Siang hari, Ron benar-benar mengajak Rin menghabiskan waktu bersama di luar.Pria itu membawa sang gadis mengunjungi sebuah tempat wisata terkenal yang pasti dikunjungi oleh para wisatawan saat berkunjung ke Roma, yaitu Colloseum."Ini ... Colloseum yang biasa aku lihat di buku pelajaran sekolah?" tanya Rin dengan mata membulat lebar saat dirinya menatap bangunan besar yang berdiri kokoh di hadapan matanya."Kau benar-benar norak!" ejek Ron sembari menoyor kepala Rin.Pria itu menggandeng tangan Rin dan mengajak sang gadis berkeliling area Colloseum yang ramai dengan wisatawan."Bisa tolong kau potret aku untuk kenang-kenangan?" pinta Rin sembari menyodorkan ponsel pada Ron."Foto apa?" tanya Ron malas."Ayolah, Ron! Satu foto saja untuk kenang-kenangan!" rengek Rin pada Ron."Merepotkan!" gerutu Ron sembari meraih ponsel milik Rin.Pria itu menatap sejenak ponsel jadul milik Rin yang memiliki kamera bu
Baca selengkapnya

50. Tempat kencan khusus

Rin duduk di sebuah bangku taman seorang diri sembari memandangi Ron yang tengah sibuk membelikan minuman untuk di minimarket yang berada tepat di seberang tempatnya duduk.Gadis itu terus menatap ke arah Ron yang tengah mengotak-atik isi dompet untuk membayar minuman dan camilan yang dibelinya untuk Rin."Apa saat ini aku benar-benar sedang berkencan?" gumam Rin masih tak percaya dirinya menghabiskan waktu dengan pria yang sempat menculiknya dan hampir membunuhnya.Hubungan mereka berubah begitu cepat, dari tawanan hingga sekarang berubah menjadi pujaan.Ron keluar dari minimarket, kemudian berjalan menghampiri Rin dengan senyum sumringah."Rin!"Hati Rin langsung berdebar tak karuan saat dirinya melihat Ron menampilkan senyuman manis padanya. 'Rin, kau benar-benar sudah tidak tertolong lagi!' batin Rin berkecamuk."Kau mau minuman apa? Aku membelikan air mineral, soda, dan susu," ucap Ron mengeluarkan berbagai macam kaleng minuman untuk Rin."Minuman apa ini?" tanya Rin dengan dahi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status