Home / Romansa / PENJARA HATI MAFIA / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of PENJARA HATI MAFIA: Chapter 11 - Chapter 20

64 Chapters

11. Beban

"Ceburkan saja aku!" tantang Rin pada Ron.Ron sontak melotot ke arah Rin dan beradu pandang dengan gadis yang tengah tergantung di tiang jembatan itu."Aku juga sudah bosan hidup! Ceburkan saja aku!" ujar Rin tanpa rasa takut."Kau yakin? Air di bawah sana bisa membuatmu membeku dan kehabisan nafas. Kau ingin mencobanya?" sergah Ron, kemudian mengendurkan tali yang mengikat Rin hingga membuat gadis itu turun beberapa centi dari tempat dirinya digantung."Aakkhh!" Gadis itu sontak memekik kencang saat dirinya hampir terjun bebas ke bawah jembatan."Masih ingin mencobanya?" ledek Ron sembari menampakkan tawa jahatnya di depan Rin."Dasar pengecut! Kau sebut dirimu pria, hah?! Lebih baik kau ganti saja pakaianmu dengan rok sana! Beraninya menindas gadis kecil yang lemah!" gerutu Rin tak merasa takut pada Ron meskipun hidupnya sudah terancam."Pengecut kau bilang?"Ron yang sudah terlahap oleh amarah, tanpa sadar menjatuhkan Rin ke dalam sungai besar di bawah jembatan begitu saja tanpa s
Read more

12. Malaikat

Ron berlari secepat mungkin menuju jalan raya dan menarik tubuh Rin untuk menepi."Kau ini sudah gila, ya?" sentak Ron pada gadis kecil yang hampir saja bunuh diri itu."Aku hanya mengabulkan keinginanmu! Ini yang kau mau, kan?" sungut Rin tanpa takut."Tundukkan pandangan matamu! Berani sekali kau melotot padaku! Kau tidak tahu siapa aku?" sentak Ron hampir saja mencolok manik mata bening milik Rin yang menatapnya tanpa berkedip."Memangnya kau siapa?" cibir Rin dengan nada meremehkan."Aku adalah -@$#_@&!"Perkataan Ron menjadi terdengar tidak jelas karena tiba-tiba sebuah truk besar dengan suara bising melintas di dekat mereka."Apa? Aku apa?" tanya Rin lagi."Aku seorang 1?@€"Ucapan Ron kembali terdengar samar-samar karena mendadak sebuah bus besar membunyikan klakson yang bersuara nyaring."Kau ini berbicara apa sebenarnya?" tukas Rin mulai lelah berdebat dengan Ron."Sial! Aku hanya Ingin mengatakan kalau aku &@_?7%√¢!"Kesabaran Ron hampir habis karena ucapannya selalu saja t
Read more

13. Haus belaian

"Sudah berapa hari kau bekerja di sini? Bisakah kau bawa aku keluar dari sini? Bisa kau beritahu aku pintu keluar yang biasa digunakan pelayan?" cecar Rin.Mungkin dengan adanya Linda, Rin bisa kabur dengan mudah dari cengkeraman Ron. Terlebih lagi, saat ini Rin sudah tidak dikurung dan dapat berkeliaran dengan bebas di area rumah Ron."Pintu keluar ada di belakang, di dekat dapur. Pelayan biasa keluar masuk lewat pintu itu," tukas Linda santai."Terima kasih!"Rin langsung berlari menuju dapur yang dimaksud oleh Linda. Senyum gadis itu mulai mengembang begitu Rin berhasil menemukan dapur yang memiliki pintu kecil menuju halaman belakang kediaman Ron.Rin membuka pintu kecil itu dengan penuh suka cita tanpa menduga ada seorang pria yang berdiri tepat di gerbang halaman belakang dan melambaikan tangan dengan ekspresi wajah mengejek pada Rin.Siapa lagi pria yang berdiri di depan pintu gerbang itu jika bukan sang pemilik rumah, Malveron.'Sial! Kenapa pria itu ada di sana?' jerit Rin da
Read more

14. Hari berwarna

Ron segera mengambil handuk dan melemparnya tepat ke kepala Rin. Pria itu nampak salah tingkah di depan Rin dan terus berusaha mengalihkan pandangan dari pakaian basah gadis itu."Lepas baju basahmu itu! Kau bisa membuat lantai kamarku banjir!" omel Ron, kemudian meninggalkan Rin yang masih mematung di dalam kamar mandi."Apa yang kau pikirkan, Ron? Singkirkan pikiran kotormu itu!" gerutu Ron pada dirinya sendiri.Pria itu duduk dengan gelisah di dalam kamarnya hingga akhirnya Rin keluar dari kamar mandi dengan berselimutkan handuk dan pergi meninggalkan kamar Ron."Aku pergi," pamit Rin sekenanya."Pergi ya pergi saja! Jangan lupa bawa keluar baju basahmu!" sungut Ron."Aku tahu!"Gadis itu membuka pintu kamar, tempat dirinya dikurung sebelumnya. Rin segera membuka lemari pakaian yang terpajang di kamarnya, namun sayangnya tak ada satupun pakaian yang menggantung di sana."Apa-apaan ini?" gerutu Rin kesal saat tak menemukan satu pakaian pun yang bisa ia kenakan.Gadis itu pun keluar
Read more

15. Nyonya Helena

"Han!" panggil Nyonya Helena pada asisten putranya yang sejak tadi berlalu lalang di rumah putranya."Ada yang bisa dibantu, Nyonya?" sahut Han dengan sopan."Siapa sebenarnya gadis yang dibawa Ron kemari? Apa Ron mempunyai pacar baru?" tanya Nyonya Helena penuh harap."P-pacar? Bos terus mengurung diri di dalam rumah setelah pemakaman Nona Lilian. Mana mungkin Bos memiliki waktu untuk berkencan," terang Han."Kalau begitu, siapa gadis yang tengah dipeluk Ron? Kau yakin Ron tidak memiliki pacar baru?" tanya Nyonya Helena."Pasti bukan pacar, Nyonya. Bos tidak membawa gadis manapun ke rumah," "Benarkah? Tapi aku melihat sendiri Ron memeluk seorang gadis di dalam kamar. Apa mungkin Ron memeluk pelayan?" bisik Nyonya Helena."Memeluk apanya?" sahut Ron tiba-tiba muncul dan ikut menyela pembicaraan sang ibu dengan asisten."M-memeluk apa? Ibu hanya sedang membicarakan drama dengan Han. Iya 'kan, Han?" tukas Nyonya Helena."I-iya, Bos. Benar! Hanya membicarakan drama," dukung Han."Kalian
Read more

16. Bukan simpati

"Duduk diam di kamarmu dan jangan keluar! Jangan menyapa ataupun berbicara pada ibuku! Kau hanya boleh keluar pukul tujuh sampai pukul sepuluh pagi untuk membersihkan kamarku! Selain itu kau tidak diperbolehkan menginjakkan kaki di manapun!" titah Ron panjang lebar pada Rin yang berdiri menunduk di hadapan Ron."Kau mengerti, kan?" sentak Ron pada gadis kecil tawanannya itu."Hm," jawab Rin singkat."Jangan kau pikir kau sedang berlibur di hotel! Aku tidak sedang memberimu tumpangan gratis di sini! Selesaikan pekerjaanmu dengan baik jika kau tidak ingin jatah makanmu dikurangi!" Rin hanya diam tanpa merespon ocehan Ron. Gadis itu hampir saja lupa jika dirinya masih menjadi tawanan dari pria garang yang tengah mengejar sang kakak."Jangan coba-coba untuk kabur atau aku akan mematahkan kakimu!" pungkas Ron pada sang tawanan.Pria itu berbalik badan dan mulai melangkah meninggalkan Rin yang masih mematung di dalam kamar tempat gadis itu dikurung."Tunggu sebentar!" cegah Rin sebelum Ron
Read more

17. Kekacauan

Tengah malam, Rin terbangun karena suara riuh yang menggema di kediaman Ron.Gadis itu bangkit dari ranjang sembari menguap lebar, kemudian mengintip suasana di luar kamarnya dari jendela."Gelap sekali? Tapi kenapa berisik sekali di luar sana?" gumam Rin mulai penasaran dengan suara ribut yang sudah membangunkan tidurnya.Gadis itu pun iseng membuka pintu kamarnya dan anehnya pintu ruangan yang mengurungnya itu tidak terkunci."Kenapa pintunya bisa terbuka?" gumam Rin bingung.Rin melangkah keluar dari kamar dengan penuh hati-hati, menuju ke ruang tengah yang gelap tanpa cahaya lampu.Baru saja gadis itu keluar beberapa langkah, namun tiba-tiba mulut gadis itu dibekap oleh lengan kekar pria berpakaian serba hitam yang entah muncul dari mana."Rin!" Terdengar suara yang begitu familiar di telinga gadis cantik itu.Jantung Rin berdegup kencang dan manik matanya sontak menoleh ke asal suara.Meskipun pria di hadapannya mengenakan topeng dan hanya memperlihatkan bola matanya saja, namun
Read more

18. Pinjam ponsel

"Rin! Kau sudah sadar?" Ron nampak girang bukan main begitu ia melihat gadis tawanannya itu membuka mata.Rin mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan dengan wajah linglung saat menatap langit-langit ruangan pasien."Apa aku sudah berada di neraka? Kenapa kau harus mengikutiku sampai ke neraka?" rengek Rin begitu kesal melihat wajah Ron yang terpampang jelas di hadapannya begitu dirinya membuka mata."Syukurlah! Sepertinya otakmu juga tidak rusak," gumam Ron begitu lega melihat Rin sudah sadar sepenuhnya."Kenapa kau tidak langsung menguburku saja?" gerutu Rin lirih."Aku tidak akan membiarkanmu mati dengan mudah!" cetus Ron dengan ketusnya."Kau sudah benar-benar sadar, kan? Ini angka berapa?" tanya Ron sembari memperlihatkan jarinya pada Rin.Gadis itu melirik Ron dengan wajah malas dan menjawab dengan asal. "Tiga," sahut Rin lesu."Apa bola matamu bermasalah?" tanya Ron mulai panik saat Rin menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang salah."Dua kali tiga berapa?" tanya Ron lagi
Read more

19. Dalang kericuhan

“Kau ingin menghubungi siapa?” sentak Ron pada Rin begitu pria itu membawa gadis tawanannya kembali ke kamar pasien.“Tidak ada!”sahut Rin cepat.“Apa kau ingin menghubungi kakakmu? Kau ingin menghubungi pria brengsek itu, kan? Coba saja hubungi dia kalau kau bisa! Suruh dia datang kemari sekarang juga!” sungut Ron dengan suara bentakan yang begitu menggelegar di telinga Rin.“T-tidak ada! Aku tidak tahu kakakku berada di mana. Kalau aku bisa menghubungi kakakku, tentu aku sudah kabur sejak lama darimu!” kilah Rin dengan gugup.“Awas saja kalau kau ternyata merencanakan sesuatu di belakangku bersama kakakmu itu! Aku akan mengulitimu hidup-hidup jika kekacauan yang terjadi di rumahku semalam berhubungan denganmu!” sentak Malveron.Rin menelan ludah kasar dengan mulut terkunci rapat. Gadis itu tak berani lagi bercicit di depan Ron, begitu dirinya mengingat kedatangan sang kakak semalam di kediaman Ron dan membuat keributan. “Jangan banyak bergerak dan jangan tinggalkan kamar ini lagi!”
Read more

20. Mengintai

"Bisa jalan cepat sedikit tidak?" sentak Ron pada Rin yang berjalan seperti keong di lorong rumah sakit. Rin sudah diperbolehkan pulang setelah mendapatkan perawatan medis selama beberapa hari akibat luka tusukan yang diterimanya saat terjadi kekacauan di rumah Ron.Kini gadis itu harus kembali ke rumah pria yang menawannya dan kembali menjadi tahanan di rumah Ron."Sshh ...." Rin berjalan sepelan mungkin sembari meringis kesakitan dan memegangi perban luka tusukan di perutnya.Gadis itu tak menanggapi omelan Ron sama sekali, dan sibuk menahan sakit pada luka tusuk yang belum sembuh benar di tubuhnya.Ron menoleh ke arah Rin, dan mulai tak tega melihat gadis itu berjalan pincang seraya memegangi perut.Pria itu pun melangkah menghampiri Rin, kemudian membopong tubuh kurus gadis itu agar mereka bisa cepat pulang."A-apa yang kau lakukan?" sentak Rin begitu dirinya masuk ke dalam dekapan pria yang mengangkat tubuhnya."Apa lagi? Tentu saja membantu gadis kecil yang berjalan seperti keo
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status