Beranda / Romansa / PENJARA HATI MAFIA / 43. Tambatan hati yang baru

Share

43. Tambatan hati yang baru

Penulis: KINOSANN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Turun!" titah Ron begitu Ron dan Rin tiba di kediaman Ron yang berada di Roma.

"Kita akan tinggal di sini?" tanya Rin sembari menatap halaman rumah yang luas di kediaman Ron.

"Kau boleh tinggal di sini. Biaya satu malam, biaya akomodasi pesawat, mobil, kemudian biaya—"

"Biaya?"

Ron mendekat ke arah Rin, kemudian menarik telinga gadis cantik itu. "Kau pikir ini semua gratis? Aku bis bangkrut kalau terus beramal padamu," bisik Ron begitu menohok.

"Hei, bukankah kau bilang sendiri kalau kau mengajakku kencan?" protes Rin.

"Apa begini caramu mengajak kencan seorang wanita?" sungut Rin kesal.

"Kencan apanya? Anggap saja aku mabuk saat mengatakan hal itu! Aku pasti sudah tidak waras jika bermaksud mengajak kencan gadis tukang utang sepertimu!" ketus Ron dengan kalimat yang begitu kejamnya pada Rin.

"Kau pikir kalau kau punya uang, kau bisa seenaknya? Aku yang bodoh karena percaya dengan bualanmu mengenai kencan!" ketus Rin begitu kesal pada Ron yang telah mempermainkan dirinya mengenai ken
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PENJARA HATI MAFIA   44. Melibatkan Rin

    Rin duduk di salah satu kamar yang ada di rumah Ron sembari mengunyah makanan yang dibuatkan oleh Ron. Sesekali gadis itu melirik ke luar jendela, melihat Ron yang tengah menelepon seseorang di halaman rumah."Wajahnya serius sekali," gumam Rin saat melihat Ron yang mondar-mandir tidak jelas."Ternyata dia tidak bersungguh-sungguh mengenai kencan itu? Kau benar-benar naif, Rin. Bisa-bisanya kau mempercayai perkataan Ron?" gerutu Rin kesal pada dirinya sendiri."Jangan terbawa suasana, Rin! Ron hanya pria menyebalkan yang suka mempermainkanmu!" oceh Rin lagi."Lagi pula, Ron tidak mungkin semudah itu melupakan calon istrinya. Ron pasti masih akan mengejar kakak," gumam Rin kembali mengingat Ren."Bagaimana kabar kakak sekarang? Sebenarnya apa yang dilakukan oleh kakak di luar sana?" Sementara di negara kampung halaman Rin, sang kakak kini tengah dihajar habis-habisan oleh sekelompok pria berotot di sebuah gudang gelap yang berad

  • PENJARA HATI MAFIA   45. Senjata makan tuan

    Cklek! Pintu kamar Rin terbuka dan Ron masuk ke dalam kamar tempat gadis itu beristirahat.Rin langsung gelagapan menyembunyikan ponselnya, usai gadis itu berbincang dengan sang kakak. Ron yang sengaja menguping di luar kamar Rin, langsung menodong penjelasan pada gadis itu."Kau baru saja menghubungi kakakmu, kan?" ujar Ron langsung pada intinya."Hm? A-apa maksudmu?" tanya Rin pura-pura bodoh."Jawab 'ya' atau 'tidak'! Ren baru saja menghubungimu, kan? Mengaku saja, Rin!" sentak Ron."Kau menguping? Kau sengaja mengawasiku?"Tanpa basa-basi, Ron segera merebut ponsel Rin dan melihat nomor pada panggilan terakhir di ponsel Rin."Apa yang kau rencanakan dengan Ren? Ini yang kau bilang tidak akan mengkhianatiku? Ini yang kau bilang akan membantuku menangkap Ren? Kau ingin mencoba menipuku, Gadis Kecil?" Ron mulai kalap dan mencengkram bahu Rin dengan erat dan menatap gadis itu dengan sorot mata tajam."

  • PENJARA HATI MAFIA   46. Hasrat

    Sepanjang malam, Rin tak dapat tidur dan terus merasa gelisah di dalam kamarnya. Sangat wajar jika gadis itu merasa cemas dan ketakutan atas ancaman yang didapatkannya.Rin keluar dari kamarnya dan berdiri tepat di depan pintu kamar Ron. Gadis itu ingin sekali memanggil nama Ron dan meminta Ron untuk menemaninya, tapi Rin agak takut akan mengganggu Ron dan membuat pria itu marah."Ron, bisa tolong kau temani aku? Aku tidak bisa tidur," lirih Rin di depan pintu kamar Ron.Tentu sang pemilik kamar tak akan bisa mendengar suara kecil Rin yang hanya terdengar samar-samar di luar kamar."Ayolah, Rin! Keraskan suaramu! Mana mungkin Ron bisa mendengar suara kecilmu ini?" gerutu Rin sebal."Apa yang kau lakukan di sini?" tegur Ron saat melihat Rin berdiri di depan kamarnya.Rin refleks menoleh dan menatap Ron yang sudah berdiri di belakangnya. Gadis itu segera memalingkan wajah dan bersiap untuk melarikan diri dari Ron."A-aku .

  • PENJARA HATI MAFIA   47. Melayani hasrat

    "Bermain apanya, Pria Brengsek?" omel Rin sembari menjedotkan dahinya ke hidung mancung Ron.Dugh!"Aww!"Ron memegangi hidungnya yang menjadi korban yang hampir berdarah akibat ulah Rin yang mengayunkan kepalanya secara sembarangan."RIN!""Kenapa? Sakit? Kau pikir aku akan menyerahkan diriku dengan mudah padamu?" cibir Rin sembari membenarkan pakaiannya yang compang-camping akibat ulah Ron.Gadis itu bangkit dari ranjang tanpa menghiraukan hidung Ron yang berdarah karena dirinya. Rin bergegas melarikan diri dari kamar, sebelum gadis itu gelap mata mengiyakan keinginan Ron yang hendak melakukan sesuatu pada tubuhnya."Sadarlah, Rin! Tinggal berdua dengan pria memang berbahaya. Jangan mudah terlena oleh ucapan Ron! Anggap saja dia tembok! Anggap saja dia tembok!" oceh Rin mengomel pada dirinya sendiri.Sementara, Ron masih berada di dalam kamar Rin, mengusap hidung malangnya yang terluka."Apa yang kau lakukan, Ron? Apa tidur semalam bersama Rin saja sudah membuatmu terangsang? Kau ha

  • PENJARA HATI MAFIA   48. Ungkapan isi hati

    Rin mulai berhenti meronta saat Ron mengecupnya dengan brutal dan menggerayangi tubuhnya tanpa ampun.Gadis itu sadar tubuh mungilnya tak akan mampu melawan badan kekar Ron. Rin pun hanya bisa pasrah dan membiarkan Ron berbuat semaunya.Terus memberontak juga justru hanya akan membuat Rin kesakitan karena sentuhan Ron yang kasar. Perlahan, kecupan Ron pun mulai berubah lembut dan jamahan tangannya pun mulai terkendali. Pria itu lekas menikmati kecupannya dengan Rin hingga gadis itu ikut terbawa suasana dengan sentuhan Ron."Kau tidak lagi menolak?" bisik Ron usai pria itu menyudahi ciuman panasnya."Apa aku bisa menolak?" "Bisa ... kita lanjutkan di kamar?" tanya Ron, kemudian membopong tubuh Rin dan melangkah menuju kamar tempat Rin beristirahat."La-lanjut apanya?" tanya Rin balik dengan gugup."Aku akui ... bertemu denganmu membuatku hampir lupa dengan Lilian," ungkap Ron.Pria itu mendudukkan Rin di ranjang, kemudian menatap netra sang gadis lekat-lekat."Aku bukan siapa-siapa,

  • PENJARA HATI MAFIA   49. Liburan bersama kekasih

    Siang hari, Ron benar-benar mengajak Rin menghabiskan waktu bersama di luar.Pria itu membawa sang gadis mengunjungi sebuah tempat wisata terkenal yang pasti dikunjungi oleh para wisatawan saat berkunjung ke Roma, yaitu Colloseum."Ini ... Colloseum yang biasa aku lihat di buku pelajaran sekolah?" tanya Rin dengan mata membulat lebar saat dirinya menatap bangunan besar yang berdiri kokoh di hadapan matanya."Kau benar-benar norak!" ejek Ron sembari menoyor kepala Rin.Pria itu menggandeng tangan Rin dan mengajak sang gadis berkeliling area Colloseum yang ramai dengan wisatawan."Bisa tolong kau potret aku untuk kenang-kenangan?" pinta Rin sembari menyodorkan ponsel pada Ron."Foto apa?" tanya Ron malas."Ayolah, Ron! Satu foto saja untuk kenang-kenangan!" rengek Rin pada Ron."Merepotkan!" gerutu Ron sembari meraih ponsel milik Rin.Pria itu menatap sejenak ponsel jadul milik Rin yang memiliki kamera bu

  • PENJARA HATI MAFIA   50. Tempat kencan khusus

    Rin duduk di sebuah bangku taman seorang diri sembari memandangi Ron yang tengah sibuk membelikan minuman untuk di minimarket yang berada tepat di seberang tempatnya duduk.Gadis itu terus menatap ke arah Ron yang tengah mengotak-atik isi dompet untuk membayar minuman dan camilan yang dibelinya untuk Rin."Apa saat ini aku benar-benar sedang berkencan?" gumam Rin masih tak percaya dirinya menghabiskan waktu dengan pria yang sempat menculiknya dan hampir membunuhnya.Hubungan mereka berubah begitu cepat, dari tawanan hingga sekarang berubah menjadi pujaan.Ron keluar dari minimarket, kemudian berjalan menghampiri Rin dengan senyum sumringah."Rin!"Hati Rin langsung berdebar tak karuan saat dirinya melihat Ron menampilkan senyuman manis padanya. 'Rin, kau benar-benar sudah tidak tertolong lagi!' batin Rin berkecamuk."Kau mau minuman apa? Aku membelikan air mineral, soda, dan susu," ucap Ron mengeluarkan berbagai macam kaleng minuman untuk Rin."Minuman apa ini?" tanya Rin dengan dahi

  • PENJARA HATI MAFIA   51. Bagian dari masa depan

    "Rin, bagaimana kabarmu sekarang?" gumam Ren cukup cemas memikirkan sang adik yang kini tengah berada jauh darinya.Pria itu kini tengah disekap oleh klien yang memerintahkan dirinya memburu Ron.Tak lagi menjadi kaki tangan, kini Ren telah berubah menjadi tawanan yang menunggu untuk diselamatkan oleh sang adik.Brak!Pintu tempatnya disekap pun terbuka lebar dan muncullah seorang pria berwajah seram yang datang membawa nampan makanan."Hari ini kau mendapatkan menu spesial," ujar pria itu dengan senyum sinis."Apa lagi? Kau ingin mematahkan tulangku yang lain?" ketus Ren."Makanlah, Ren." Pria itu duduk di samping Ren, menemani sang tawanan yang sudah babak belur karena dihajar oleh kumpulan orang yang sempat menjadi rekannya dalam mengejar Ron."Kau pikir saat ini aku masih bisa menelan makanan?" sinis Ren."Aku tahu kau pasti mengkhawatirkan adikmu," ujar pria itu."Aku tidak butuh belas kasihan darimu!" "DIA sudah tahu kalau adikmu saat ini berada di Roma bersama dengan Ron," un

Bab terbaru

  • PENJARA HATI MAFIA   64. Kecurigaan yang menumpuk

    "Kami sudah mencari gadis yang ada di foto itu, tapi kami tidak menemukan satu pun gadis yang mirip, Bos!" ujar anak buah kiriman Han pada Han yang tengah menunggu kabar.Pria yang tadinya yakin dapat menculik Rin itu, justru harus dibuat kesal, karena target yang ia kejar ternyata berhasil melarikan diri sebelum ia mulai mengejar. "Apa aku tidak salah dengar? Memangnya ada perubahan jadwal penerbangan? Atau mereka menggunakan maskapai lain?" tanya Han bingung.Han berhasil dibuat kesal karena rencananya yang gagal total. Para anak buahnya nampak sibuk mencari keberadaan Rin, disaat Rin dan Ron telah lama meninggalkan bandara dan menuju ke tempat yang tidak diketahui oleh Han."CARI LAGI SAMPAI KETEMU! Aku yakin mereka ada di dalam pesawat!" titah Han.Pria itu langsung membanting ponsel dan mengamuk di dalam mobil begitu target yang ia kejar ternyata dapat meloloskan diri dengan mudah."Apa yang terjadi dengan mereka? Kenapa Rin dan Ron bisa menghilang?" gumam Han dibuat bingung.Seme

  • PENJARA HATI MAFIA   63. Antisipasi

    “Sudah siap?” tanya Ron pada Rin yang tengah menyeret koper keluar dari kamarnya. Setelah berminggu-minggu tinggal bersama Ron di Roma, Rin mulai terbiasa dan mulai tak rela meninggalkan kota tempatnya berlibur itu.“Aku sudah siap!” cetus Rin dengan wajah lesu.Ron menangkap dengan jelas wajah muram Rin, kemudian mengacak gemas rambut panjang gadis cantik itu. “Aku akan mengajakmu kembali lagi kemari nanti. Aku janji!” hibur Ron pada Rin yang terlihat jelas sekali, tidak rela meninggalkan tempat liburan mereka.“Siapa juga yang ingin kembali kemari bersamamu? Aku bisa kembali ke sini sendiri,” timpal Rin sinis.“Memangnya kau punya uang?” cibir Ron begitu menohok pada gadis miskin yang memang tidak memiliki banyak uang itu.Ron merebut koper yang diseret oleh Rin, dan mengajak gadis itu pergi meninggalkan rumah yang mereka tempati. Bersama dengan taksi yang mereka tumpangi, Ron dan Rin memulai perjalanan mereka untuk pulang ke negara asal. Kedua orang itu pulang dengan wajah tenang,

  • PENJARA HATI MAFIA   62. Bukan beban

    “Tempat apa ini?” gumam Rin begitu ia dan Ron tiba di sebuah taman kecil yang berada di pusat kota. Ron tidak berencana melakukan banyak hal untuk hari terakhir liburannya bersama dengan Rin. Pria itu hanya ingin mengajak Rin menikmati kencan ringan dengan bersepeda dan berolahraga bersama di taman.“Kuburan!” celetuk Ron dongkol mendengar pertanyaan tidak penting dari Rin.“Ah, kau berencana untuk menguburku hidup-hidup di sini?” sergah Rin dengan wajah masam.“Benar! Aku akan menggali makam untukmu!” tukas Ron sembari menyeret Rin untuk berlari bersama dengan dirinya mengelilingi taman kecil itu. Ron mengambil sepeda yang disewakan di taman, sementara Rin harus berlari dengan susah payah mengejar Ron, karena Ron tidak begitu tega menaiki sepeda seorang diri, tanpa mengajaknya.“Ron, aku juga ingin sepeda!” rengek Rin sembari menyeka keringat yang bercucuran di dahiny.“Kejar aku dulu kalau bisa! Kau terlalu kurus dan lembek, Rin! Sebaiknya kau lebih rajin berolahraga!” cibir Ron den

  • PENJARA HATI MAFIA   61. Musuh dalam selimut

    Ren nampak tengah berguling-guling di ranjang hotel dengan santainya tanpa melakukan banyak hal. Pria itu masih diperlakukan seperti raja untuk sementara waktu, sampai Ren tidak akan lagi berguna. Ren masih belum memikirkan rencana lain untuk ke depannya. Pikiran pria itu masih dipenuhi dengan kecemasan mengenai Rin yang kini masih berada di luar negeri bersama Ron.“Apa sebaiknya aku menghubungi Rin saja? Mereka masih akan menargetkan Rin atau tidak, ya?” gumam Ren tenggelam dalam pikiranya sendiri dan membuat pria itu tak dapat tidur nyenyak.Akhirnya, Ren pun memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar hotel sejenak sembari mengirup udara segar. “Rin pasti juga sedang menginap di hotel mewah sekarang, kan? Bukan aku saja yang tengah menikmati ranjang empuk di sini, kan?” oceh Ren sedikit merasa bersalah pada adiknya yang entah sekarang dapat beristirahat dengan nyenyak atau tidak.Pria itu berjalan di lorong hotel dengan langkah gontai dan tanpa sengaja berpapasan dengan salah seora

  • PENJARA HATI MAFIA   60. Kelemahan

    "Sebelum kita pulang ... bagaimana kalau kita pergi berlibur bersama? Berkeliling kota untuk yang terakhir mungkin?" ajak Ron ragu-ragu pada Rin.Ron sudah membulatkan tekad akan pulang ke negara asal bersama dengan Rin. Pria itu sudah tak ingin lagi melarikan diri dari teror, dan akan berusaha menangkap dalang dari peneroran yang dialaminya selama ini."Berlibur?" tanya Rin dengan dahi berkerut."Em, anggap saja ini sebagai ... kenang-kenangan perjalanan pertama kita. Kita tidak bisa mengunjungi banyak tempat karena kau masih diganggu oleh peneror itu, kan?" cetus Ron. "Sekarang kau sudah tidak lagi diganggu oleh orang itu. Kau bisa menikmati waktu liburan kita sejenak dengan nyaman."Setidaknya Ron ingin memberikan kenangan yang berkesan bagi Rin di liburan pertama gadis itu di luar negeri. Ron juga ingin menjadi bagian dari ingatan yang menyenangkan bagi Rin selama mereka bisa menghabiskan waktu untuk bersama."Kapan kita akan pulang?" tanya Rin mengalihkan pembicaraan."Lusa mungk

  • PENJARA HATI MAFIA   59. Kecurigaan

    "Akhir-akhir ini kau terus melamun," tegur Ron pada Rin yang tengah duduk termenung seorang diri di bangku halaman rumah.Rin sontak menyadarkan diri dari lamunan, kemudian menoleh ke arah Ron yang tengah memegang dua kaleng soda. "Minumlah! Kau sepertinya perlu menyegarkan pikiran," cetus Ron.Rin mengulas senyum tipis, kemudian menyambut minuman dingin yang diberikan oleh Ron. "Terima kasih!" ucap Rin."Apalagi yang kau cemaskan? Ada yang mengganjal di pikiranmu?" tanya Ron menemani Rin berbincang di malam yang dingin itu.Rin meneguk minuman kaleng soda itu, kemudian mulai membuka suara. "Aku hanya merasa aneh saja. Pria itu tidak lagi menghubungiku. Dia tidak lagi membahas mengenai mengenai Ren dan informasi yang dia inginkan darimu. Aku takut ... terjadi sesuatu pada Ren," terang Rin dengan perasaan kalut."Ren sudah menghubungimu kemarin, kan? Dia baik-baik saja, kan?" tukas Ron."Memang benar kalau Ren baik-baik saja," ujar Rin. "Tapi tetap saja ... aku takut ada sesuatu yang t

  • PENJARA HATI MAFIA   58. Ganti target

    Di sebuah kamar hotel mewah, nampak seorang pria dengan kaos polos tengah duduk di ranjang besar sembari menatap sendu sebuah foto yang terpampang di layar ponsel.Pria itu mengusap lembut layar ponselnya, menatap sesosok gadis cantik yang tersenyum manis, yang tak lain ialah Rin.Ya, pria itu adalah Ren, kakak dari Rin. Sesuai dengan dugaan Ron, Ren yang tadinya seorang tawanan dan tinggal di sebuah gudang, kini beralih mendapatkan perhatian istimewa dari pria misterius yang menawan dirinya.Selaras dengan perkiraan Ron, Ren memang menyimpan banyak rahasia besar dari klien-klien berbahaya yang menggunakan jasanya sebelumnya.Tok, tok! Waktu bersantai pria itu pun tak berlangsung lama, karena gangguan yang tiba-tiba muncul. Seorang pria bertopeng masuk ke dalam kamar Ren dan menyapa pria itu dengan sopan."Kau menyukai kamar barumu? Setelah tidur di gudang, tentu tidurmu bisa kembali nyenyak di sini, kan?" cetus seorang pria bertopeng yang menawan Ren.Tak lagi tidur di gudang, kini p

  • PENJARA HATI MAFIA   57. Gundah

    "Sial! Aku tidak bisa mendengar apa pun!" gerutu Ron yang kini tengah berdiri di depan pintu kamar Rin, sembari menempelkan telinganya ke pintu untuk mencuri dengar pembicaraan Rin dengan sang kakak.Pria yang masih berselimutkan handuk itu tengah berusaha keras "menguping" dengan konsentrasi penuh, tapi sayangnya Ron tak dapat mendengar informasi apa pun dari pembicaraan Rin di telepon."Awas saja kalau kau merencanakan hal yang tidak-tidak dengan pria brengsek itu!" oceh Ron sembari meremas handuk yang melilit tubuhnya.Cklek! Tiba-tiba Rin membuka kunci pintu kamar disaat Ron masih berdiri di depan kamar Rin. Pria itu langsung kalang kabut melarikan diri sebelum Rin membuka pintu kamar dan melihat dirinya."Dari mana Ren tahu kalau aku dan Ron cukup dekat? Pria itu juga tahu kalau aku dan Ron memiliki sesuatu," gumam Rin bingung. "Apa mereka mengawasiku dan Ron dari jauh? Atau ada orang dalam yang menjadi mata-mata dan memberikan informasi pada pria itu?" oceh Rin.Rin berjalan men

  • PENJARA HATI MAFIA   56. Telepon rindu

    Tring! Hari damai Rin pun kembali terusik oleh panggilan telepon dari pria yang mengancamnya. Usai memberikan informasi mengenai Ron padanya, Rin langsung dihubungi oleh pria misterius yang mencoba memperalat dirinya menggunakan Ren sebagai tawanan."Nomor tidak dikenal. Pasti ini dari orang itu," gumam Rin kemudian berlari mencari Ron sebelum mengangkat panggilan telepon."Ron? Kau di dalam? Boleh aku masuk?" Rin menggedor-gedor pintu kamar Ron, tapi sayangnya tak ada jawaban terdengar dari kamar Ron."Apa Ron tidak ada di kamar? Atau dia sedang tidur?" gumam Rin menerka-nerka.Rin menarik gagang pintu kamar Ron, dan memaksa masuk ke dalam ruangan pribadi pria dingin itu. "Ron? Kau di dalam?" Terdengar suara gemericik air yang menandakan kalau Ron tengah berada di kamar mandi. Rin pun segera melangkah menuju kamar mandi dan mengetuk pintu kamar kecil itu."Ron, kau di dalam, kan? Ada telepon penting yang masuk! Aku membutuhkanmu!" pekik Rin di luar kamar mandi.Ron mengusap wajahnya

DMCA.com Protection Status