Home / Romansa / Aku Bukan Pelakor / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Aku Bukan Pelakor: Chapter 71 - Chapter 80

85 Chapters

70. Pilihan Aska

Nada dan Niken kini berada di luar ruangan ICU, tepatnya di depan ruangan ICU di mana Alva masih dirawat. Keduanya berdiri di lorong dengan saling berhadapan. "Kamu bisa kok sembunyi sambil nunggu. Aku berharap gitu juga sih agar kamu percaya dan akhirnya mau melepaskan Aska. Terkadang, kan memang seseorang itu butuh bukti untuk memutuskan suatu hal," ujar Niken dengan senyum tipis.Nada hanya mengangguk. Dia pun memilih ke sudut lain tembok sebuah ruangan di mana di sana ada tanaman hias yang memang sudah ada sebelumnya. Cukup untuk membuat tubuh Nada tidak terlihat. "Oke." Hanya itu kata yang dikeluarkan Nada.Perempuan itu pun berlalu dari hadapan Niken, Nada mendekati tanaman itu dan berniat bersembunyi di belakangnya. Anggap saja Nada ingin mencari tahu ketulusan Aska terhadap dirinya. Menikah bukan hal mudah, bukan? Dia tidak ingin menikah dengan pria yang mana hatinya masih menyimpan nama orang lain yang tak lain masa lalunya.Beruntung sekali ternyata di balik tanaman itu ada
Read more

71. Keluarga Benalu

Semua yang ada di dalam ruangan ICU terduam, di mana Alva yang juga masih tediam menatap papanya. Dia seolah terkejut dan tak bisa mengeluarkan satu kata pun untuk jawaban dari pertanyaan yang baru saja dillontarkan oleh Aska.Tak jauh berbeda dengan Alva, tampak Niken dan Nada yang saat ini menunjukkan ekspresi syok mendengar pertanyaan Aska. Bahkan dua perempuan itu saling pandang dengan ekspresi kebingungan.Niken kembali menatap Aska. "Aska. Apa maksud pertanyaan kamu itu?" tanya Niken tidak suka.Aska menegakkan tubuh, pria itu menatap Niken dan Alva secara bergantian. "Mau dibahas di sini, atau di tempat lain?" tanya Aska. Pria itu melipat tangan di depan dada dengan ekspresi menantang ke arah Niken.Niken sendiri malah memperlihatkan ekspresi ketakutan. Perempuan itu menatap Nada dan Aska secara bergantian. "Apa yang ingin kamu bahas sebenarnya? Apa maksudnya ini?" tanya Niken sekali lagi.Aska menggeleng dengan senyum sinis. Dia masih tak habis pikir dengan Niken yang masih ke
Read more

72. Ajakan Menikah Cepat

Selepas keluar dari rumah sakit tadi, Aska dan Nada meninggalkan Niken dan sosok pria yang tak lain adalah kekasih dan ayah kandung dari Alva. Pasangan itu menaiki mobil dan pergi dari sana. Tampak keadaan mobil yang hanya ada keheningan. Nada hanya bisa menatap dalam diam tunangannya itu, dia tak ingin jika dia membuka suara nanti itu akan membuat Aska semakin merasa marah atau apa.Sampai akhirnya mobil Aska memasuki halaman rumah pria itu, masih tak ada kata yang diucapkan oleh keduanya. Bahkan Aska langsung memasuki rumah dan pergi menuju kamarnya.Nada yang melihat itu hanya menghela napas dalam. Dia menduga kalau apa yang dialami oleh Aska pasti sangat berat, apalagi dirinya sempat berpikiran buruk pada Aska. Kalau mengingat hal itu dia menjadi merasa bersalah."Non," panggil seorang perempuan yang tak lain adalah asisten di rumah ini. Dia tersenyum ke arah Nada."Saya asisten rumah tangga di sini. Non Nada mau minum?" tanyanya kemudian.Nada sempat mengerutkan kening kala mende
Read more

73. Kriminal

"Mas. Gimana ini? Kita udah nggak bisa bohongin Aska lagi," ujar Niken pada pria di hadapannya yang tak lain adalah suaminya ini.Pria yang berpenampilan seperti preman itu tampak kebingungan. Dia berkacak pinggang dengan menatap ke arah ruang ICU yang ada di depannya di mana anak mereka masih ada di sana. "Aku juga tidak tahu, Sayang," ujar pria bernama Danu itu.Niken menjambak rambutnya dengan keras. "Bagaimana ini? Dua hari lalu adalah pemberian obat terakhir yang dibayarkan Aska kemarin, sekarang hanya ruangan yang tersisa pembayarannya. Setelah itu Alva tidak akan mendapatkan apa-apa lagi. Bahkan dia bisa dikeluarkan dari rumah sakit. Apalagi dia juga masih harus melakukan operasi." Niken membanting tubuhnya pada sofa yang ada di sana, menatap nanar putranya yang berada di ujung tanduk.Danu menatap ke arah Niken. "Bagaimana kalau misalnya kamu coba untuk meminta bantuan Aska? Bicara secara langsung."Niken yang mendengar hal itu terkejut. Dia langsung mendongak menatap suaminya
Read more

74. Hadiah Dari Kakak Ipar

Nada sedang memeriksa catatan mengenai apa saja yang harus dia Persiapkan dalam menuju hari pernikahannya. Dia tengah mencentang beberapa list yang sudah selesai dilakukan, dikerjakan dan dipersiapkan.Nada melakukan itu dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibirnya. Dia seperti sedang kasmaran. Ya. Bisa itu. Padahal, ini bukan kali pertamanya Nada mempersiapkan acara pernikahannya.Tiba-tiba saja dia mendengar orang yang berdehem. Nada menoleh, dia melihat sosok Tina yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Kebetulan, memang Tina sedang berkunjung ke sini karena perempuan itu juga sedang membantu persiapan pernikahan dirinya.Rina tersenyum. Dia mendekati adik iparnya. "Apa kakak mengganggu?" tanya Rina kemudian.Nada langsung menggeleng. "Tidak. Nada juga sudah selesai kok." Dia menunjukkan buku yang mana beberapa listnya sudah dicentang.Rina mengangguk beberapa kali. "Kakak perhatikan, kamu sepertinya bahagia sekali. Dari tadi ngurus semuanya, senyum kamu nggak pernah berhent
Read more

75. Kepergian Alva

"Bagaimana?" Danu memasuki kamar rawat putranya. Dia menatap Niken dan juga anaknya yang masih terbaring di atas brankar."Masih menunggu hasil dari operasi kemarin." Niken menjawab. Detik kemudian dia menatap Danu dari atas kepala sampai ujung kaki."Kamu dari mana, Mas?" tanya Niken kemudian."Ada." Danu tak menjawab jujur. Pria itu memilih untuk duduk di sofa yang sama dengan Niken lalu menyandarkan kepala pada dinding di belakang tubuhnya.Niken hanya menatapnya sesaat. Detik kemudian dia bangkit dari tempat duduknya. "Aku minta kamu tungguin Alva dulu. Aku ada urusan sebentar." Dia mengambil tas dan berjalan ke arah pintu."Kamu mau ke mana?" tanya Danu tiba-tiba.Tangan Niken yang sudah memegang handle urung untuk menariknya. Perempuan itu menoleh dari balik bahu lalu menjawab pertanyaan suaminya. "Harus kamu tahu?"Danu berdiri menatap Niken dengan melipat tangan di depan dada. "Ya." Dia menjawab singkat.""Bukankah kamu selalu pergi dan tidak pernah memberitahu aku ke mana? Ap
Read more

76. Pemakaman

Danu berjalan santai menyusuri lorong rumah sakit dengan tangan kanannya yang memegang sebuah pisang. Dia menikmatinya sepanjang perjalanan sembari sesekali bersiul dan bersenandung. Pria itu tampak menunjukkan wajah yang bahagia.Asal kalian tahu saja, Danu baru saja pergi meninggalkan rumah sakit untuk melakukan hal yang biasanya dia lakukan. Kali ini Danu mendapatkan uang yang cukup banyak sehingga itulah dia tampak bahagia. Namun, dia tidak tahu apa yang telah terjadi di ruangan putranya.Ketika berjalan, dia tampak kebingungan dengan beberapa petugas medis yang berlari-lari. "Mereka kenapa?" tanyanya pada diri sendiri namun memilih acuh pada keadaan.Sampai akhirnya kala keberadaan pria itu sudah di dekat ruangan yang di mana anaknya dirawat, Danu mendengar suara teriakan dari sana. "Itu suara Niken?" Keningnya mengerut, menandakan kalau pria itu tengah kebingungan."Ngapain dia teriak-teriak begitu? Pakai acara nangis segala." Danu masih melangkah dengan santai menuju ruangan. Sa
Read more

77. Pencarian Nada

Bu Mila tidak bisa diam. Sejak tadi perempuan itu duduk, berdiri dan berjalan tiada henti dengan perasaan gelisah. Kabar mengenai penculikan Nada tentu saja menggemparkan keluarganya. Semua dibuat panik dan khawatir.Tari yang melihat ibunya terus menerus seperti itu menggeleng. Dia merasa kasihan. "Ibu. Ibu duduk dulu. Ibu yang tenang." Tari mendekati ibunya. Dia memegangi pundak Bu Mila lalu mengajaknya duduk bersama."Yang tenang, Bu. Jangan sampai kegelisahan Ibu ini membuat Ibu menjadi sakit nantinya," lanjut Tari."Gimana ibu bisa tenang, Tar kalau kakak kamu diculik orang?" tanya Bu Mila dengan perasaan sedih. Entah sudah berapa kali dia menangisi Nada."Maafin, Salsa ya Bu Mila. Salsa nggak bisa jagain Nada," ujar Salsa yang merasa bersalah."Tidak, Nak. Ini bukan salah kamu." Pak Baron berujar. Sejak tadi temannya Salsa itu terlihat sangat bersalah dengan kejadian yang menimpa Nada.Rina keluar dari dalam rumah. Dia membawa beberapa gelas minuman untuk semua yang ada di sana.
Read more

78. Penyelamatan Nada

"Akh! Sakit!" teriak Nada kala rambut panjangnya ditarik secara kasar. Wajahnya kini mendongak dengan tangan yang terikat ke belakang tubuh. Perempuan itu kini tengah duduk di sebuah kursi dengan tangis yang terus mendera sedari tadi karena penyiksaan yang dia dapat.Wajah Nada tampak penuh lebam dengan sudut bibir yang mengeluarkan darah karena sobek. Penampilan Nada begitu kacau."Sakit. Tolong hentikan," ujar Nada dengan tangis. Kepalanya terasa perih kala pria di hadapannya ini mencengkeram rambutnya dengan sangat kuat."Apa? Apa?" Danu. Pelaku itu mendekatkan telinga ke wajah Nada. "Menghentikan?" tanyanya kemudian."Mimpi," ujarnya dengan keras dan kasar mendorong kepala Nada. Dia melepaskan sesaat rambut perempuan itu sebelum akhirnya kembali menariknya secara kasar."Apa kau bilang tadi? Sakit?" Danu bertanya dengan tatapan tajam. Detik selanjutnya dia tertawa dengan nada yang sangat menyeramkan."Rasa sakitmu ini tidak setara dengan sakit hati yang aku rasakan karena aku kehil
Read more

79. Perawatan Nada

Sejak Nada memasuki rumah sakit dan tak sadarkan diri, Aska tak pernah sekalipun meninggalkan kekasihnya itu. Duduk pada kursi di samping brankar, Aska terus menggenggam tangan Nada dan menempelkan di pipinya. Pandangan Aska terus tertuju pada Nada seolah pria itu tak ingin lagi kehilangan kekasihnya."Bangun, Sayang. Bangun. Kamu harus segera sadar," ujar Aska. Salah satu tangan pria itu harus diperban karena luka akibat terlalu banyak memukul Danu sampai lepas kendali."Sayang. Setelah ini kita harus mengadakan pernikahan. Aku tidak mau ditunda lagi apa pun alasannya nanti," ujar Aska. Pria itu seperti sedang berbicara secara langsung pada Nada. Tatapannya penuh ancaman dan nada bicaranya penuh penekanan.Aska mencium tangan Nada dengan penuh cinta. "Bangun lah. Bukankah kau sudah mendapat perawatan? Kau pernah di posisi yang lebih berbahaya dari ini dan kau bisa melewatinya. Kau cepat bangun tapi kenapa rasanya lama sekali bangunnya. Kau tahu? Aku sampai mengantuk," ujar Aska sedik
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status