Semua Bab Bukan Aku Tak Setia : Bab 41 - Bab 50

215 Bab

Kembali Pulang

Yusuf segera berlalu dari tempatnya mencuri dengar pembicaraan telepon Cahaya, begitu gadis itu terlihat berdiri. Hatinya berdesir merasakan sakit dan cemburu, ternyata benar Cahaya sudah benar-benar melupakan semua tentangnya. Berbeda dengannya yang masih terpuruk dengan cinta saat memakai seragam putih abu-abu, bahkan dengan kembali menjadi single pun tak bisa membuatnya menarik perhatian Cahaya lagi. Gadis itu benar-benar sudah tak terjangkau.Cinta mereka yang dulu digadang-gadang akan selamanya, ternyata hanya bertahan sesaat saja. Kepergian Cahaya jauh ke negeri orang karena luka yang sengaja ditoreh sang ibu, membuatnya kehilangan cinta yang begitu dia harapkan akan bersama sepanjang hidupnya. Dan kini, kenyataan kalau sang pujaan bersiap menyongsong hidup baru, akankah dia diam dan menerima kekalahan? Atau justru kembali berjuang dengan harapan cinta bukan sekedar khayalan. Cahaya kembali memasuki ruang rawat Rosita, ibunya kini tengah disuapi oleh Hadi. "Sama Aya saja, Pak?
Baca selengkapnya

Lelaki Dari Masa Lalu

"Alhamdulillah, bisa tidur di kasur sendiri juga, nyaman." Rosita membaringkan tubuhnya perlahan dibantu Cahaya, wajahnya terlihat begitu bahagia, rasa perih yang kadang terasa di bekas luka yang dideritanya, seakan hilang sudah. "Iya alhamdulillah, sekarang Ambu harus banyak makan, dan istirahat biar cepat pulih, minum obat yang teratur juga. Bilang sama Aya, Ambu mau makan apa sekarang? Biar Aya belikan. Karena di rumah tidak ada makanan."Rosita tersenyum menatap wajah cantik anaknya. "Ambu tidak ingin apa-apa. Ambu hanya ingin cepat hari minggu," kekeh Rosita membuat rona di wajah Cahaya, dan membuat Epon yang mendengar percakapan keduanya langsung bertanya. "Mau apa gitu hari Minggu, Ita?" tanya Epon penasaran, apa yang sudah terlewat olehnya mengenai kabar keluarga iparnya itu. Rosita menoleh pada kakak iparnya itu, lalu tersenyum penuh rasa bahagia. "Aya mau dilamar, Teh."Cahaya langsung menundukkan kepala, menyembunyikan wajahnya yang semakin merona merah, bukti rasa malu
Baca selengkapnya

Kisah Tentangnya

Mengusap pelan wajahnya, Kim kembali melihat penunjuk waktu yang semakin mendekatkannya pada kemarahan seseorang itu, lima menit lagi. Dan dia masih memerlukan waktu sekitar lima belas menit untuk sampai, dia juga yakin sebentar lagi ibunya pasti menghubungi membawa kabar. "Ah, mianhe." Dan tepat dugaannya, ponselnya berdering mengantarkan nama sang ibu tertera di layar. "Bersiaplah, Kim." memasang headset pada telinga kirinya, Kim mengisi rongga dadanya sebentar sebelum mendengar lengkingan kemarahan. "Yoboseo, Mah!" sapa Kim setelah merasa siap dengan segala kemungkinan. "Young Jin, kamu di mana? Apa kamu lupa dengan janjimu hari ini?" suara lembut Hana terdengar, namun itu sarat peringatan untuk Kim, karena dia tau ada sepasang telinga yang ikut mendengarkan pembicaraan mereka. Sepasang telinga dengan wajah dipasang cemberut, menunjukkan kekesalan karena dia kembali tidak tepat waktu. "Sepuluh menit lagi sampai, Mah. Tolong bilang padanya." "Baiklah. Kamu dengarkan, Sa
Baca selengkapnya

Masih Tentangnya

"Aya!" bisik Su Ni lirih, namun Kim masih bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Su Ni. "Apa? Apa yang ingin kamu katakan Su Ni?" tanya Kim heran, dia belum paham dengan maksud perkataan Su Ni di ambang batas kesadarannya. Dia terus menderap langkah, membawa tubuh Su Ni keluar dari apartemennya. "Berikan nama Aya pada anak kita, Oppa. Dia perempuan. Anak kita berjenis kelamin perempuan. Berikan nama Aya, seperti gadis yang menjadi impianmu selalu. Aya. Kim A ya." Dan Su Ni pun pingsan setelah mengatakan itu, membiarkan Kim yang tersentak sendiri merenungi semua perkataannya tadi. Kim hanya bisa menunggu dengan rasa khawatir yang begitu besar, sambil menunggu kedatangan orang tuanya juga orang tua Su Ni. Pikirannya melayang pada apa yang diucapkan Su Ni tadi, sebegitu abainya dia pada istri sekaligus sepupunya itu, hingga dia baru mengetahui kalau calon anaknya seorang perempuan. Belum lagi nama yang disebutkan Su Ni untuk dia sematkan pada putri mereka nanti. Aya. Kim A Ya.
Baca selengkapnya

Kebohongan Dan Harga Diri

Dan untuk menyelamatkan harga dirinya, tentu menutupi kebenaran adalah jalan keluarnya. Lagi pula, Baek tidak mungkin bertemu Cahaya lagi, seperti dirinya yang entah bisa bertemu lagi atau tidak. "Iya, dia anakku. Kim A Ya." Kim menjawab seperlunya, memang benarkan A Ya anaknya? Walau bukan Cahaya ibunya. Tidak ada yang tau juga kalau saat ini dia sedang berbohong. 'Terserah!'"Wah, saking cintanya kamu sampai menamai anakmu dengan nama panggilan ibunya." Baek tertawa, mengingat panggilan Cahaya dulu. Baek ikut duduk di sebelah Kim dengan terus mengawasi A Ya yang terlihat begitu menggemaskan. "Cahaya kemana? Kenapa tidak ikut?" Baek mengalihkan perhatian pada Kim, kembali berbincang dengan Kim. "Tidak." "Kenapa?""Dia … di Indonesia." Kim tak berani menatap mata Baek, dia lebih memilih melihat A Ya agar kebohongannya tidak terbuka. "Ah, sedang pulang ternyata. Sendiri? Kenapa kalian tidak ikut?" Baek semakin penasaran, mencoba menggali tanpa bermaksud mencari informasi, hanya s
Baca selengkapnya

Sebuah Kejutan

Raja terkejut begitu pulang kerja menemukan kedua orang tuanya ada di rumah Khadijah. Apalagi Mukta--sang ibu-- malah memukul punggungnya berkali-kali saat mereka berpelukan, terlihat gemas dengan apa yang sudah dilakukan anak sulungnya. "Aww! Ummi sakit!" rajuk Raja manja, selalu seperti itu. Saat dia berada dalam pelukan Mukta, maka Raja akan berubah menjadi sosok yang sangat jauh berbeda. "Biarin! Biarin! Kenapa tidak bilang-bilang kalau kamu punya rencana seperti itu? Apa Ummi sudah tidak kamu anggap perlu pendapatnya? Hingga berniat melamar gadis itu pun kamu tidak bilang, A?" cecar Mukta berang, walau sebenarnya dia sangat senang mendengar kabar dari Khadijah, kalau Raja berniat untuk melamar Cahaya. Dan Raja tentu saja tau siapa tersangkanya. Khadijah. Dan tatapan tajam pun Raja layangkan, pada wanita hamil yang tengah puas tersenyum tanpa merasa bersalah sama sekali. Raja memang sudah melarang Khadijah untuk memberitahukan hal itu pada ibunya, karena Raja yang akan mengata
Baca selengkapnya

Kedatangan Keluarga Raja

"Kepo!" Raja pun menderap langkah meninggalkan ruang tengah rumah Khadijah menuju kamarnya, sementara Khadijah dan Mukta bertukar pandangan meminta jawaban. Syena yang masuk bersama Denni, tangannya penuh dengan barang belanjaan yang baru dibelinya, celoteh riang dari bibirnya tak henti menanyakan apa saja, pada sang kakek yang begitu sabar memberikan jawaban yang bisa dipahami gadis kecil itu. "Banyak sekali belanjaan Syena? Ingat loh, nggak boleh makan coklat terlalu banyak. Nanti giginya sak... ""Kittt!" Syena langsung melengkapi perkataan Khadijah, begitu membongkar kantong plastik yang dia bawa, dan coklatlah kebanyakan yang dibeli Syena. "Bapak dituruti saja Syena beli coklat segini banyaknya?" Mukta sedikit menyalahkan suaminya, yang terlihat santai saja melihat istri dan anaknya protes karena dia memanjakan Syena dengan membelikan begitu banyak coklat. "Syena sudah janji ya, sama Abah tidak langsung dimakan semua?" Denni malah bertanya pada Syena yang meminta Khadijah unt
Baca selengkapnya

Calon Mertua

Namun belum juga Binar meninggalkan Cahaya, sebuah mobil memasuki pekarangan rumahnya yang memang tidak di pagar, diikuti mobil lain di belakangnya, membuat Binar dan Cahaya saling pandang dengan wajah semakin terlihat panik. "Nar, mereka sudah datang!" kata Cahaya dengan mata menatap pada mobil yang dia kenali sebagai milik Raja. "Bagaimana ini?" "Nggak tahu, Teh." Binar juga tidak kalah kalutnya seperti Cahaya, apalagi melihat dua mobil yang datang. "Kita belum sedia apa-apa." "Gimana atuh, Teh?" Keduanya hanya saling pandang sampai Raja keluar dari dalam mobil, dan tersenyum manis pada kekasih hati. "Bapak! Cari bapak, Binar! Cepetan!" akal sehat Cahaya kembali, setelah melihat senyuman Raja. Dan secepat dia bisa, Binar bergerak meninggalkan Cahaya menuju rumah Epon yang bersebelahan, dengan hanya terhalang pagar hidup setinggi setengah meter. Raja yang baru turun merasa heran dengan Binar, yang dia kira akan menghampiri malah beranjak pergi. "Nar? Mau kemana?" tany
Baca selengkapnya

Perkenalan Keluarga

"Pak! Bapak?!" tergesa Binar memasuki rumah Epon yang pintunya terbuka lebar, Hadi yang tengah berbincang dengan Ade langsung berdiri begitu mendengar Binar memanggilnya dengan panik, terbayang keadaan Rosita yang melintas di benaknya. "Kenapa, Nar? Ada apa?""Pulang, Pak ... cepat!"Dan Hadi langsung beranjak bangun dan berlari menuju rumahnya. Begitu pun Epon dan Ade, mereka menyusul para orang tua itu keluar dari rumah, tak lupa menutup pintu. Hadi terdiam begitu melihat dua mobil, dan beberapa orang yang sedang disambut Cahaya di pekarangan, dengan salah seorang darinya sudah dia kenal, Raja. Begitu pula Ade dan Epon, yang langsung menghentikan langkah di belakang Hadi yang mematung. "Di, mereka?" Hadi menoleh pada Ade, lalu kembali melihat ke arah Raja yang kini sudah menyadari keberadaannya. Tersadar kalau yang datang adalah keluarga Raja, Hadi mengajak Ade dan Epon untuk menyambut kedatangan mereka. "Mereka keluarganya Raja, Kang! Ayo, temani menyapa."Raja yang melihat k
Baca selengkapnya

Pertemuan Yang Hangat

Mereka memasuki ruang tamu dan dipersilahkan duduk, tak lama Binar menyusul dengan tangan kerepotan, membawa segala macam oleh-oleh dalam kantung plastik, dan kotak makanan. "Ummi, ini apa? Kenapa jadi tamu yang membawa sajian bukan tuan rumah?" Cahaya bertanya Pada Mukta, yang tersenyum menanggapi kecanggungannya. "Kami bukan tamu. Tapi keluarga.""Eh, iya. Tapi ....""Sudahlah, jangan merasa tidak enak seperti itu, Sayang." Mukta mengusap tangan Cahaya. "Duh, kami merepotkan jadinya Pak, Bu. Bukannya menjamu," kata Hadi yang juga merasakan canggung. "Tidak apa-apa, Pak." Denni menjawab kecanggungan Hadi, yang masih berdiri memperhatikan barang bawaan yang diangkut masuk. "Hanya oleh-oleh ala kadarnya.""Pak! Teteh!" suara Rosita terdengar dari ruang tengah yang hanya tersekat Bufet pajangan, menghentikan percakapan mereka serempak. Cahaya dan Hadi saling tatap, bertanya siapa yang akan memenuhi panggilan Rosita. Dan Hadi mengisyaratkan Cahaya untuk menemui ibunya. Cahaya menga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
22
DMCA.com Protection Status