Home / Romansa / Di Dalam Tubuh Bos Tampan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Di Dalam Tubuh Bos Tampan: Chapter 41 - Chapter 50

65 Chapters

41. Pertama

Hana menengadahkan kepalanya agar bisa melihat manik abu cerah milik Axel, terlihat seringai tampan terpatri di wajah tegas milik bosnya itu mampu membuat Hana seakan kehabisan oksigen. Gadis itu kemudian mendorong perlahan Axel ke arah kasur sambil balas berbisik. “Aku tahu apa yang harus kita lakukan untuk mengisi malam ini.”Axel tercengang dengan keberanian dan inisatif Hana. ‘Oh okay, toh kami juga sudah sah walau hanya pura-pura.’ Begitulah pikiran lelaki itu, bagaimana pun Axel adalah lelaki normal. Satu-satunya hal yang membuat ia menolak Salia kemarin karena wanita itu berhasil menginjak-injak harga dirinya. Sedangkan Hana, adalah seorang wanita dan dirinya pria, di sebuah kamar dengan suasana yang mendukung dan hal "itu" merupakan kebutuhan seorang pria.“Bapak tunggu di sini dulu ya, saya mau menyiapkan suatu yang hangat,” ujar Hana setelah Axel merebahkan diri diatas kasur malam pengantin mereka. Setelahnya gadis itu menghilang dari balik pintu.Axel langsung bersandar pa
Read more

42. Pulang

Sebelum bibir mereka nyaris saja bersentuhan, setetes air mata lolos dari balik kelopak mata Hana."Andra…," gumam gadis itu dalam tidurnya.Axel langsung tertegun. 'Ternyata seperti itu, diam-diam ia bersedih dan menutupinya.'Axel mengusap pelan kepala Hana. "Tidurlah, Hana. Kamu tak pantas menangisi pria brengsek seperti itu."Kemudian malam terasa panjang bagi Axel, selama Hana tertidur di pangkuannya, lelaki itu juga mencoba terlelap tanpa merubah posisinya. Ia tak ingin gadis itu terbangun.Pagi tiba, Hana menggeliat sembari membalik badan dan matanya langsung terbuka lebar saat melihat ada sesuatu yang menonjol tepat di depan mukanya. "Aaa-!" Hana langsung menyumpal mulutnya dengan kedua tangan. Sosok tampan yang tertidur dalam keadaan duduk sekarang berada di hadapannya. Gadis itu kemudian menarik napas panjang. 'Ah benar, kami sudah menikah kemarin.'Mau tak mau gadis itu melihat sesuatu yang menonjol di antara kaki bosnya itu. 'Ya ampun besar amat itu tongkat sakti Sun Go
Read more

43. Pindah

"Eh dianter suami ya, Mbak?" celetuk anak kos lain dan mulai melihat ke arah mobil yang berada tepat di depan gerbang. Untung saja kaca mobil Axel gelap, jadi sosok tampan di dalamnya tak terlalu tampak. Dan kali ini General Manager perusahaan Harrison Food menggunakan mobil yang berbeda dari terakhir kali ia mampir ke kos-kosan Hana."Itu-." 'Aduh bagaimana ini?' Hana mulai panik. "Eh kok ibu dan yang lainnya tahu?" tanya Hana mengembalikan topik pembicaraan."Abah dan Mamamu tadi telepon. Katanya kamu sudah enggak ngekos di kosan ini lagi, melainkan tinggal bareng sama suamimu," jelas ibu kos yang masih mencoba melihat ke dalam mobil milik Axel"Loh kok gitu. Aku masih mau ngekos di sini, Bu," rengek Hana."Wah enggak bisa Han, tahu kan peraturan kos-kosan ini? Selain yang berbatang, yang sudah enggak perawan juga enggak boleh ngekos di sini.""Tapi Bu, saya masih perawa-."Mulut Hana langsung ditutup oleh sebuah tangan besar dan kekar. "Saya akan membawa istri saya sekarang," ucap A
Read more

44. Apartemen Axel (2)

Jam tangan rolex yang melingkar di pergelangan Axel sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam, saat Hana dan dirinya sampai di sebuah komplek apartemen. Hana mengenali komplek apartemen mewah itu yang iklannya sering muncul silih berganti di televisi lokal, dengan kalimat pamungkas dari si pembawa acara yang merupakan seorang artis terkenal; “Senin harga naik, maka beli sekarang! Cicilan cuma tiga miliar sebulan.” Ini memang bukan pertama kalinya Hana ke apartemen Axel. Sebelumnya ia bahkan sempat tidur di apartemen lelaki itu saat mereka bertukar tubuh setelah Salia memberikan obat bius pada Axel. Tapi mengapa rasanya kali ini berbeda bagi Hana. Entahlah, mungkin karena waktu itu ia begitu tegang untuk menyelamatkan Axel hingga menyebabkannya dirinya lupa kalau berada di sebuah apartemen mewah berdua saja dengan bosnya. Begitu memasuki apartemen itu Hana disuguhi pemandangan ibu kota dari jendela besar. Bagian dalam dari apartemen milik Axel merupakan ruang terbuka luas tanpa
Read more

45. Ranjang

“Ya, terserah. Pilihannya di kamarku apa kamar mandi,” ucap Axel cuek kemudian berlalu masuk ke kamarnya tanpa mengunci pintu. Baru saja Hana mau kembali melangkah ke arah sofa, Axel kembali berteriak dari arah kamar. “Jangan tidur di sofa Hana, aku enggak mau sofanya bau iler.”Hana langsung cemberut. Gadis itu kemudian memutar haluan ke arah kamar mandi luar yang terakhir ditunjuk Axel tadi. Hana kembali terpesona begitu membuka pintu kayu berwarna putih tulang itu. ‘Ini sama sekali bukan kamar mandi,’ batin Hana. Ruangan itu memiliki pagar pembatas berupa kaca tebal yang langsung terhubung dengan balkon yang tepat berada di samping ruang bersantai apartemen Axel. Terdapat kolam atau lebih tepatnya jacuzzi di tengah sana, dan sofa rotan untuk berjemur di sudut ruangan. Hana berjalan pelan mengitari jacuzzi itu yang sekarang kosong tanpa air. Seulas senyum muncul di bibirnya begitu melihat beanbag yang juga berada di sudut lain ruangan itu. “Ah aku bisa tidur dengan beanbag di dal
Read more

46. Sarapan Pasangan

Axel langsung menatap datar Hana. Ia mendekatkan diri wajahnya ke wajah Hana yang mulai memucat. Gadis itu bahkan bersandar pada kepala kasur, karena Axel masih terus mendekatkan diri kepadanya. Tepatnya ke wajah Hana. “Ha ha ha,” ucap Axel seolah tertawa tapi dengan nada datar. “Han, ngaca coba. Mukamu masih muka bantal,” sembur lelaki tampan itu kemudian beranjak ke luar seraya membawa pakaian gantinya. ‘Sialan, pagi-pagi malah kena tampar. Aku juga ngapain sih?’ Hana duduk dengan raut wajah kebingungan. “Lah Bos terus mau ngapain tadi?” Segera gadis itu menggelengkan kepalanya. “Aku juga mikir apa sih?” Hana kemudian turun dari kasur dan mengikuti bosnya keluar kamar. Hana sempat tertegun begitu keluar kamar mendapati Axel mengenakan kemeja putih dengan lengan digulung hingga sesiku, lengkap dengan celana bahan warna capucino. Sesuai dengan warna kopi yang ada di cangkir tangannya. Axel hanya melihat sekilas pada Hana sebelum duduk di kursi dengan model stool bar minimalis berwa
Read more

47. Kecurigaan

Akhirnya setelah sarapan, Axel berangkat ke kantor. Sedangkan Hana yang masih cuti menghabiskan waktunya membersihkan apartemen bosnya itu. Suara dering ponsel membuat Hana menghentikan aktivitasnya mengelap perabotan di apartemen Axel. Panggilan video call dari grup ‘kerak neraka’, otomatis Hana langsung menggeser icon berwarna hijau di gawainya. “Woiii liburan kemana lu, Han?” jerit Zidan di seberang sana dengan semangat. Hana sampai menjauhkan ponselnya karena teriakan itu. “Apa sih kamu Dan, berisik tahu!” protes Jennie. “Emang lu enggak dimarahi Raja Neraka video call sambil teriak-teriak begitu.” “Tenang Bos lagi pergi sama Pak Bambang dan pengawas internal lainnya.” “Emang ada apa Mas Zidan? Kok Pak Bos pergi sama pengawas internal?” tanya Elira penasaran. Hana yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan teman-temannya di grup itu, langsung merasa tegang. Ia tahu apa yang akan mereka bicarakan. “Nah ini gossip yang mau gue beberin sampai nelpon elu elu pada,” ucap Zidan.
Read more

48. Tamu Istimewa

“Kamu siapa?” tanya wanita itu dengan nada mendesak. “S-saya.” Lidah Hana tiba-tiba kaku tak tahu harus menjawab apa, ia takut dianggap penyusup atau pencuri di apartemen Axel oleh wanita itu. “Pe-pegawai kantornya Axel,” cicit Hana akhirnya. Suaranya terlalu kecil hingga wanita yang sudah berumur tujuh puluh tahun itu tak terlalu mendengar perkataan gadis berambut panjang itu. Miranda, nenek dari Axel Harrison hanya memperhatikan Hana dengan seksama sebelum senyum wanita itu mengembang. ‘Wah, cucuku nakal juga! Ia sama sekali tak pernah menceritakan tinggal dengan seorang wanita di apartemennya,’ batin Miranda senang. Tampak keterkejutan di mukanya mulai menghilang berganti dengan rasa penasaran. Wanita tua itu langsung berjalan secepat kakinya yang ditopang oleh tongkat itu ke arah Hana. “Jadi sudah berapa lama dengan Axel?” “Sudah tiga tahun, Bu,” jawab Hana spontan. Menjawab berapa lamanya ia bekerja di perusahaan Axel. “Sudah lama ya. Pintar juga anak itu menyembunyikan k
Read more

49. Kata Nenek

[Bapak makan di rumah nanti malam? Mau dimasakin apa nanti?] “Cih, kenapa ia masih memanggilku Bapak sih di luar kantor. Aku juga tidak tua-tua amat sih untuk jadi Bapaknya,” protes Axel pada layar komputernya. Sebuah pesan singkat dari Hana tadi siang kembali dibuka oleh Axel. Lelaki dengan manik abu cerah itu terus memperhatikan pesan ponsel yang terhubung dengan layar komputernya sambil tersenyum-senyum sendiri tanpa berniat membalasnya. ‘Kalau aku enggak balas, pasti dia masak nasi goreng. Itu sepertinya makanan favoritnya.’ Kemudian Axel melihat jam tangannya, sudah menunjukkan pukul lima sore. ‘Sudah waktunya pulang kantor.’ Tak seperti biasanya ini sudah kali keberapa Axel melihat jam tangannya, biasanya ia malah tak menyadari matahari sudah tenggelam di ufuk barat walau hal itu terlihat jelas dari jendela ruang kerjanya. Lelaki bersurai coklat gelap itu tampak enggan menanggapi pembicaraan para kliennya melalui layar komputer. Meeting virtual, hal yang biasa dilakukan
Read more

50. Deal?

“Aku berjanji akan memperlakukan Hana dengan baik dan sayang,” lanjut Axel yang membuat bulu kuduk Hana meremang dan bergidik. Gadis itu terkesiap mendengar pernyataan terakhir Axel. Tapi kembali sebuah tamparan mendarat di pipi pria itu, pelakunya wanita tua yang duduk di sofa, sedangkan si korban adalah cucu lelakinya yang bersimpuh di bawahnya. Miranda menatap Axel lebih berang kali ini. “Kau bahkan beraninya menggilir wanita yang kau nikahi dengan teman sekantor mu. Apa itu tidak keterlaluan, AXEL!” “HAH?” seru Hana dan Axel berbarengan. “Tidur dan digilir ramai-ramai?” tanya Axel, kemudian ia menatap tajam ke arah Hana seolah mengatakan, ‘kamu cerita apa ke Nenek?’ Hana membalas dengan tatapan yang tidak kalah bingung. “Sa-saya enggak-.” “Nek! Axel enggak pernah sebejat itu,” bantah lelaki tampan itu dengan rahang mengeras. Tak lama, masih dengan murka, Miranda menjelaskan apa yang ia tangkap dari pembicaraannya dengan Hana sebelum Axel datang. Rahang tegas lelaki itu seaka
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status