Home / Romansa / Di Dalam Tubuh Bos Tampan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Di Dalam Tubuh Bos Tampan: Chapter 31 - Chapter 40

65 Chapters

31. Makan Malam Kekasih

Bagai sapi yang dicocok hidungnya, Hana mengikuti dengan patuh langkah Andra ke dalam restoran. Setelah memesan makanan, gadis itu membuka obrolan. “Andra yakin menjadikanku istri?” “Iya Sayang. Aku bahkan sudah mempersiapkan segalanya Han.” “Maksudnya?” Manik mata Hana kian berbinar mendengar pembicaraan tentang masa depan yang sedang dibahas Andra sekarang. “Aku akan membiayai pesta pernikahan kita, membeli rumah sekaligus membangun usaha,” jawab Andra masih dengan seulas senyum manis yang tak pudar sedari tadi dari bibirnya. Hana meneteskan air matanya, terharu. Lelaki di hadapannya mengusap pipi gadis itu seraya berkata, “jangan menangis Hana. Terima kasih telah bersabar dengan segala tingkahku selama ini, aku berjanji akan membahagiakanmu kedepannya. Tentang hutangku aku akan mentransfernya ke kamu setelah aku menjalankan proyek untuk dana masa depan kita, lusa ini, Hana.” “Ini proyek kantor?” tanya Hana, ia tiba-tiba merasa ada sesuatu yang ganjil. “TIdak ini adalah proye
Read more

32. Gadis yang sedang jatuh cinta.

Hana membubuhkan tanda tangannya di atas kertas kontrak. Di depannya Andra terlihat tersenyum lebar. “Demi masa depan kita, Hana,” ujar Andra seraya mengusap kepala gadis mungil di hadapannya kemudian meletakan map yang berisi kontrak kerja sama itu dengan hati-hati di dalam kopernya. “Pesawatku akan take off jam sembilan pagi, aku pergi dulu ya Sayang. Baik-baik tunggu aku di sini.” Pagi itu, Hana dan Andra ke kantor lebih pagi untuk menyelesaikan urusan proyek yang akan diambil oleh kekasihnya itu. Hana mengembuskan napas panjang ketika melihat taxi yang dinaiki Andra sudah meninggalkan kantor dan pergi menuju bandara. ‘Semoga tidak terjadi masalah kedepannya.’ “Tumben pagi banget elu ke kantor?” sapa Zidan yang muncul dari balik pintu divisi keuangan dengan setumpuk berkas di tangannya. Hana tertawa kecil. “Bukannya malah sebuah keajaiban seorang Zidan datang sepagi ini ke kantor?” “Dengar ya, Han. Hal ini dimulai pasca elu melemparkan tanggung jawab sebagai tangan kanan Raja
Read more

33. Berbuat Gila

Hana mengutak-atik ponselnya sedari tadi. Berulang kali menghubungi Andra tapi tak ada balasan bahkan tampaknya handphone lelaki itu tak hidup sedari tadi. ‘Bukannya ia akan menjemputku besok pagi, katanya kemarin?’ Hana bertanya-tanya dalam hati. Tapi sampai jam delapan malam tak ada sedikitpun lelaki yang merupakan kekasih gadis berambut panjang itu menjemput. “Hana, ada tamu,” panggil Lina dari luar kamar kos Hana. Senyum gadis itu kembali terkembang. Ia sudah mengabari kedua orang tuanya akan pulang ke rumah minggu ini, bahkan sudah meminta cuti dan diizinkan oleh pihak kepegawaian kantor. Hati siapa yang tak senang, akhirnya ia pulang kampung dengan lelaki yang ia cintai dan akan segera melamarnya. ‘Itu pasti Andra!’ Bergegas gadis itu turun ke lantai bawah sembari membawa kopernya. “Siapa?” tanya Hana dengan jantung mencelos melihat dua tamu pria yang sama sekali tak ia kenal. Tiba-tiba muncul seorang lagi yang sangat Hana kenal karena ia adalah orang kedua yang paling ditak
Read more

34. Balik Kampung

“Eh?” Hana terkejut mendengar jawaban Axel. “Bapak mau mengantarkan saya pulang kampung, Pak? Kampung saya cukup jauh dari ibu kota dan apa hal itu enggak merepotkan Bapak?” Hana tiba-tiba tersadar, keadaannya sekarang bukanlah hal yang biasa. ‘Ah! Tentu saja ia harus mengawal tersangka penggelapan uang di kantornya!’ “Baik, Pak! Tentu! Ayo ke kampung halaman saya, Pak!” ajak Hana dengan semangat dan langsung berdiri dari tempatnya duduk sambil hendak menarik tangan Axel. “Eh malam ini langsung Pak? Jadwal kereta paling pagi ke kampung saya itu jam enam pagi,” jelas Hana. “Pakai mobil saya saja. Berapa jauh memangnya?” “Sekitar delapan jam, Pak. Bapak yakin enggak capek?” tanya Hana khawatir. “Kamu bisa gantiin saya nyetir memang? Sudah biar saya saja yang nyetir, besok juga masih libur,” tandas Axel, kemudian langsung berdiri dan jalan menuju meja kasir. “Pak, saya saja yang bayar,” ucap Hana sembari menyusul Axel yang menuju ke meja kasir. “Han, kalau kamu punya kelebihan uan
Read more

35. Kisah yang sama

Hana mengembuskan napasnya. “Sudah lama sih, Pak. Saya dahulu selalu mengelak dan berharap Andra segera melamar saya, agar bisa terhindar dari perjodohan ini. Tapi sepertinya takdir berkata lain. Tampaknya saya memang berjodoh dengan bandot tua itu.” “Hah! Kamu akan dinikahkan dengan hewan?” tanya Axel benar-benar terkejut, ia bahkan sampai mengerem kendaraannya hingga berhenti di tengah jalan raya yang sepi. ‘Wah setidaknya keluargaku masih lebih baik, yah walaupun mereka berniat menikahkanku dengan wanita yang gilanya minta ampun.” Hana yang tadinya begitu sedih langsung tercengang mendengar pertanyaan bosnya. “Ya kali Bos! Masa enggak pernah dengar istilah bandot tua sih?” Kali ini Hana benar-benar kesal, air matanya langsung menyusut dengan cepat. “Oh. Maksudmu istilah ‘bandot tua’,” ujar Axel sambil nyengir. “Iya kali aja kamu dinikahkan dengan hewan, karena kudengar orang desa sering membuat pesugihan gitu, Han.” “Bapak, please dah! Keluarga saya juga enggak setega itu kali.
Read more

36. Pernikahan siapa?

Hana menjerit panik, ia mengkhawatirkan nasib ibunya yang akan di madu. ‘Abah tak mungkin membiarkan adik-adikku untuk menikah melangkahi aku? Kemungkinan besar jadi Abah yang menikah. Kecuali Dulila, Setiara, Neta atau salah satu dari mereka hamil duluan? Amit-amit!’ Axel menepikan mobilnya, dengan segera Hana melompat keluar dari kendaraan mewah itu. Beberapa orang yang berada di dalam tenda acara tampak tersenyum lebar melihat kedatangan Hana. “Hana!” jerit seorang wanita dengan panik dan menghambur berlari keluar memeluk anak gadisnya itu. “Ayo cepat!” “Hah? Ada apa Mak?” balas Hana tak kalah panik dan ikut pasrah mengikuti ibunya yang menarik tangannya. “Kenapa kamu lama sekali datang?” tanya ibu Hana, Atun. “Mak, itu. Teman Hana, dia-,” ujar Hana berusaha menghentikan langkah ibunya karena ia nyaris saja lupa kalau tadi ke desa ini diantar oleh Axel, karena terlalu panik jika ayahnya menikah lagi. “Nanti, dia diurus sama Abah,” sambar Dulila yang juga muncul dari dalam r
Read more

37. Pernikahan siapa? (2)

Axel tak dapat bergerak sedikit pun, dua orang saksi yang merupakan pacar dan tunangan dari adik-adik Hana menahan lelaki itu. Walau postur Axel lebih besar dari kebanyakan pria di ruangan itu tapi melihat mereka semua membawa senjata tajam berupa keris, mau tak mau lelaki tampan itu berpikir dua kali jika harus melarikan diri. Sementara itu di kamar Hana. “Oh jadi bukan Abah yang menikah. Syukurlah,” ucap Hana lega. Sekarang ia sedang duduk sambil dirias secara kilat oleh salah seorang make up artist kondang di kampung itu. ‘Eh tapi siapa dong yang nikah?’ Belum sempat Hana menanyakan hal itu, Bariah, penata rias yang bertugas mendandaninya pagi itu sibuk membubuhkan lipstik di bibir tipis milik Hana. ‘Mungkin pernikahan Dulila. Pacaranya sudah niat sekali membawa adikku pindah ke luar pulau. Mereka tidak mengabari acara ini pasti karena takut aku sedih dilangkahi oleh adikku,’ simpul Hana dalam hati sambil tersenyum setelah Bariah selesai mendandaninya. “Duh, ayu sekali pengant
Read more

38. Tamparan

“Pak,” ucap Hana sambil ikut duduk di sebelah Axel. “Kamera sebelah mana yang harus kita lambaikan tangan Han kalau enggak kuat?” tanya Axel lagi. Tatapan matanya masih kosong.“Pak,” lirih Hana. “Ini kenyataan. Kita sudah menikah.”“Bukan prank?” tanya Axel dengan suara serak.Hana menggeleng menjawab pertanyaan Axel kali ini.“Kamu jebak saya Han? Kan sudah saya bilang saya mau melajang seumur hidup enggak mau terikat!” Kali ini Axel berteriak frustasi. Untunglah musik dan keramaian pesta bisa menutupi suara Axel.“Saya juga enggak tahu apa-apa, Pak! Bapak juga kenapa mengucap ijab kabul sih!” balas Hana tak kalah sengit, gadis itu juga frustasi dengan kenyataan yang ada.“Ya menurut kamu, saya harus gimana? Tadi itu pilihannya, saya kehilangan nyawa atau kehilangan status bujang, Hana. Saya diancam sama pacar-pacar adikmu berikut teman-temannya!” Air mata Hana mulai membanjiri pelupuk matanya. Disisi lain ia merasa bersalah pada Axel. “Maaf, Pak. Harusnya tidak seperti ini.”“Jan
Read more

39. Unboxing

“Maaf, Pak, karena kebodohan saya, Bapak jadi ikut terjerumus dan terpaksa menikahi saya yang tak memiliki kelebihan apapun ini. Wanita yang berkualitas rendah, gampang dibodohi-.” “Stop!” desis Axel. “Jangan terlalu menganggap dirimu rendah seperti itu, Han. Setiap orang melakukan kesalahan, tak ada satupun orang yang selalu benar.” “Maaf,” gumam Hana lagi. “Berhenti meminta maaf, sekarang saatnya kamu belajar dari kesalahan. Kamu yakin maumu seperti ini?” Hana mengangguk mantap. “Setelah empat bulan saya akan ajukan perceraian. Sementara itu status Bapak dan saya sekarang ini, akan saya tutupi rapat-rapat. Bapak boleh dekat dengan wanita manapun atau pria manapun selama empat bulan ini.” “Heh! saya masih normal. ‘Wanita manapun’ yang benar,” koreksi Axel. “Kan kamu juga yang membuat kesalahpahaman aneh seperti itu.” “Iya, Pak. Maaf! Saya akan membersihkan nama baik Bapak juga,” tawar Hana lagi. “Raja Neraka mau kamu ganti sama apa?” Hana nyengir. “Kaisar surga? Pangeran tampa
Read more

40. Malam

Lelaki yang mengenakan kaos putih serta celana pendek selutut itu, tampak sangat tampan dengan rambut coklat gelapnya yang masih basah“Oh…,” gumam wanita-wanita di keluarga Hana. Tampak meleyot melihat penampakan pria dengan rahang tegas dan hidung mancung itu.‘Sial tampan sekali. Belum tahu saja kalian kelakuan Raja Ner- eh Yang Mulia ini di kantor,’ umpat Hana dalam hati. “Makasi pinjaman bajunya ya,” lanjut Axel begitu sampai di lantai bawah dan tersenyum pada keluarga Hana yang sedang berkumpul.‘Ini outfit Abah kenapa jadi jauh beda jatuhnya kalau Axel yang pakai ya?’ tanya Hana dalam hati.“Tampannya kakak iparku,” puji Neta. “Jaga baik-baik, Kak Hana. Takutnya ada yang niat menikung,” lanjutnya sambil mengedipkan sebelah mata ke arah Axel. “Aduh!” erang Neta tiba-tiba, tanpa ia sadari Baskoro sudah ada di belakang mereka. “Abah apaan sih sakit.”“Kalian kok belum pergi? Itu sudah ditunggu sama Bu Kades,” usir Baskoro pada ketiga putri dan istrinya itu. “Dan Nak Axel, Abah ma
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status