Home / Romansa / Di Dalam Tubuh Bos Tampan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Di Dalam Tubuh Bos Tampan: Chapter 51 - Chapter 60

65 Chapters

51. Ya, Sayang!

Axel memutar manik matanya sembari mengembuskan napas menanggapi tingkah Hana. “Apa sih yang kamu pikir Han, reaksimu berlebihan sekali,” ucap Axel seraya menoyor kepala anak buahnya itu. “Ayo makan,” ajak Axel lagi. “Aku sudah lapar.” “Eh, tapi saya belum sempat masak, Pak!” teriak Hana panik lagi. Kedatangan Miranda tadi membuat Hana lupa niatnya untuk memasak makan malam. “Untunglah kamu punya bos pengertian dan baik hati sepertiku,” ujar Axel memuji diri sendiri. Hana mendelikan pandangannya sebagai reaksi dari perkataan pria tampan berambut coklat gelap itu. “Kenapa enggak terima? Keberatan?” tanya Axel dengan nada mengejek. “Tapi memang Bapak baik sekali. Jika tidak mengenal Bapak mungkin orang mengira Bapak adalah tipe yang suka semena-mena,” ucap Hana jujur. “Eh, orang berpikir begitu?” “Iya,” jawab Hana sambil menyodorkan ayam panggang beserta nasinya ke hadapan Axel. “Sudahlah aku juga tak terlalu peduli,” ucap lelaki itu sembari menaikan pundaknya kemudian makan ayam
Read more

52. Gossip Baru

“Kalau nyetir yang benar dong!” teriak seorang lelaki sebelum melihat kendaraan yang nyaris mencelakai dirinya. “Kamu enggak apa-apa?” tanya Axel sembari menurunkan jendela. “Eh Pak Bos-,” ucap Zidan terkejut. Ia baru sadar mobil yang nyaris menabrak dirinya adalah mobil milik atasan tertinggi perusahaan tempatnya bekerja. “Wah, enggak apa-apa Pak! Tubuh saya kuat, tulang saya sehat, walau dihantam buldoser juga saya juga masih baik-baik saja!” kilah Zidan sambil membungkuk sembilan puluh derajat, seperti anak buah mafia yang memberikan jalan pada bos besarnya. “Maaf ya. Kamu cek aja ke klinik-.” “Baik, Pak! Sekarang saya berangkat ke klinik,” ujar Zidan dengan semangat karena melihat sebuah celah untuk kabur dari jam kantor di hari ini. Tapi manik lelaki tambun itu langsung terkunci pada sosok wanita di samping Axel. Mulutnya nyaris jatuh dari tempatnya sebelum Axel melanjutkan instruksinya ke Zidan. “Entar saja Dan ke kliniknya, saat istirahat kantor. Banyak kerjaan yang harus
Read more

53. Siapa gadis itu?

“Hana! Ngapain sih? Biasa aja kali!” protes Zidan.“Ya kali biasa, Bos separah itu soalnya,” ujar Elira. “Mana masih pagi loh ini!”“Tapi kamu yakin kan, Dan?” tanya Jennie meminta kepastian.“Iya, benar Mbak. Yang ceweknya itu rebahan di kursi bawah, sementara wajahnya tertutup rambut panjangnya sendiri. Enggak duduk normal seperti orang biasanya, terus pak Axel sampai mau nabrak gue loh karena enggak konsen. Menurut kalian lagi ngapain coba?”‘Tuhan, kenapa temanku tukang gibah semua?’ Hana membatin. “Bisa saja si ceweknya nyari anting yang lagi jatuh,” kilah Hana.“Eiii, ngapain kok antingnya sampai jatuh segala? Lehernya juga dihisap kah?” tanya Zidan sambil mengibas-ibaskan tangannya, seakan kepanasan. “Waw, pagi-pagi sudah kecupan ganas ya.”Hana mengembuskan napasnya perlahan. “Atau bisa saja bolpoinnya jatuh, atau-.”“Gue loh Han ada di TKP langsung,” tembak Zidan merasa kesal karena kesaksiannya diragukan.“Memang Pak Bos kelihatan semesum itu ya menurut kalian?”“Iya!” jaw
Read more

54. Mas Axel.

Jennie, Elira dan Zidan menatap Hana dengan tatapan janggal. “MAS AXEL!” gumam teman-teman Hana itu bersamaan, mempertanyakan apa yang baru saja keluar dari mulut gadis berambut panjang itu.“Eh! Kalian salah dengar,” kilah Hana dengan ekspresi santai padahal jantungnya berdegup kencang. 'Duh, sialan ini mulut pakai kelepasan lagi.'“Han, enggak mungkin kami bertiga ini salah denger ya,” selidik Jennie. “Sejak kapan kamu sebagai pencetus panggilan buruk untuk Raja Neraka tiba-tiba manggil dia ‘Mas Axel’?”“Salah dengar kalian! Eh balik yuk aku banyak kerjaan nih.” Gadis berkelopak mata monolid itu mencoba mengalihkan pembicaraan. Hana kemudian bangkit dari kursinya sebelum tangannya ditahan oleh Zidan.“Elu serius enggak ada apa-apa 'kan, kamu sama Pak Bos? Gue enggak mau ada duri dalam daging alias tukang cepu.” Zidan kali ini angkat bicara sambil menyipitkan matanya menatap Hana. Mencoba mengintrogasi gadis berkulit putih itu.“Apa sih, salah sebut saja, Dan. Jangan lebai deh. Aku
Read more

55. Jus jeruk?

"Aaa! Pak Bos! Apa-apain sih?" Sontak Hana mengambil bra nya dari tangan Axel dengan wajah semerah tomat. Hana semakin terkejut saat melihat isi lemari Axel sudah penuh dengan baju dan dalamannya yang tergantung di sela-sela pakaian bos besarnya itu. “Yang merah berenda atau yang totol-totol macan mau dipakai sekarang Han,” tanya Axel jahil. Tampak kedua dalaman Hana itu paling menonjol diantara tumpukan baju Hana dalam lemari Axel. “Ya, ampun!” Hana otomatis menutup lemari milik Axel. “Ish! Bapak apa-apan sih?” gerutunya kesal, Axel masih tertawa-tawa di sampingnya. “Jangan keras-keras panggil ‘Bapak’ nanti nenek protes,” ucap Axel akhirnya setelah tawanya reda. Miranda hanya tahu kalau Hana memanggil Axel dengan sebutan Pak atau Mas Axel bukan ‘Bos’. Wanita tua itu tentu akan curiga jika Hana memanggil Axel dengan menyebut kedudukannya sebagai ‘Bos’. “Iya, karena itu Bapak- eh Mas Axel jangan jahil deh,” ucap Hana sambil memukul pelan lengan Axel. “Wah sudah main pukul nih, KDRT
Read more

56. Semalam

Gelombang panik mulai menyerang pria tampan itu melihat Hana semakin kepanasan. Gadis itu terus mengibas-ibaskan kerah kaos yang ia kenakan. “Kamu enggak apa-apa, Han?” tanya Axel lagi. Lelaki itu kemudian duduk tepat di sebelah Hana. “Pak Bos, saya boleh buka baju?” “Hah? Tu-tunggu! Jangan mancing-mancing, Han!” seru Axel sembari melihat AC nya yang bersuhu enam belas derajat celcius. ‘Ini kan tidak panas? Malah ACnya paling kecil. Astaga apa obat dari Nenek benar-benar mengandung obat perangsang. “Mas Axel,” panggil Hana masih dengan tatapan menggoda gadis itu kemudian melepaskan kaos bajunya. “Hana!” teriak Axel dan langsung membopong gadis itu ke kamar tidur. *** Hana mengerjapkan kelopak mata monolidnya berkali-kali ia juga menggeliat di atas kasur sebelum benar-benar terbangun. Hana menguap sembari menendang selimut yang membungkus tubuhnya. “Hah?” Tiba-tiba kesadaran menghampiri Hana. ‘Aku tidur di kamar Pak Bos, lagi? Kesepakatannya aku akhirnya akan tidur di walk in c
Read more

57. Ngapain?

Zidan langsung berlari panik ke tempat Axel berada. Kemudian pemandangan pria tambun itu tampak sangat menyedihkan dimarahi sebegitu rupa oleh General Manager Harrison Food. Sembari tertunduk-tunduk Zidan dengan langkah gontai mengikuti Axel, sedangkan lelaki itu menatap Hana dengan tatapan tajam sebelum berpaling naik ke ruangannya yang berada di lantai atas. “Raja Neraka kenapa dah? Makin hari makin serem saja,” celetuk Jennie sambil bergidik. “Dia enggak marah sama kita juga kan? Tatapannya membunuh banget tadi.” Hana menggeleng menjawab pertanyaan Jennie. ‘Kenapa ia harus marah sama kita? Tepatnya aku? Aku enggak salah kan? Apa semalam aku yang malah memaksanya meniduriku? Lagipula ini kan karena minuman dari Nenek? Masa aku yang salah? Itu kan Neneknya!' Hana menggeram kesal karena pikirannya sibuk dengan berbagai macam pertanyaan. Akhirnya ia memutuskan akan berbicara dengan Axel sesegera mungkin, karena hanya lelaki itu yang bisa menjawab segala pertanyaan di kepalanya. “Mau
Read more

58. Kambing

“Kita ngapain semalam?” Tampak lipatan di antara kedua alis Axel sebelum laki-laki itu tersenyum samar. “Menurut kamu ngapain?” "Saya nanya. Kenapa malah Bapak balik nanya?" Hati Hana sudah dongkol maksimal kali ini. Ia lupa lelaki lawan bicaranya merupakan bos besar, kreditur, juga suami sahnya. "Bukannya kamu sudah bisa simpulin sendiri kita ngapain semalam? Bahkan kamu kan sudah cerita dengan leluasa masalah ranjang sama rekan kerja." "Maksudnya?" Hana kebingungan. "Tadi saya dengar kamu bahas masalah ini sama Zidan, bahkan dia juga ngasih testimoni buat kamu kan? Kamu bisa naikin nafsu dia," jelas Axel. “Enggak nyangka saja sih pembahasan karyawan perusahaan ini semenjijikan itu, bahkan bisa membahas masalah ranjang dengan santai. Yah walau kamu hanya wanita yang menikah di atas kertas tapi kenapa itu menjijikan sekali, ya. Apa kamu biasa membahas hal itu dengan lelaki?” Suasana langsung hening dan canggung sesaat setelah Axel berkata seperti itu. Mereka berdua masih menatap d
Read more

59. Tamu lainnya.

“Bapak tahu kan maksud kiasan itu,” bantah Hana kesal. “Kamu pikir saya suka sama siapapun bahkan kambing? Wah, saya tersinggung jika kamu berkata seperti itu Han!” “Ya, menurut Bapak, apa lebihnya saya yang membuat Bapak tertarik? Enggak ada kan?” tanya Hana dengan kesal menatap bosnya. “Jadi kamu kambing?” Zidan yang dari tadi ingin masuk ke ruangan Axel jadi menarik ulur niatnya karena mendengar Hana dan Axel di dalam teriak-teriak perkara kambing. ‘Ini mau akikahan apa bagaimana? Kenapa bahas kambing sampai segitunya?’ “Permisi Pak,” ucap Zidan akhirnya memberanikan diri untuk masuk. “Ada Pak-.” “Kambing! Siapa suruh kamu masuk?” hardik Axel yang malah melemparkan kemarahan pada Zidan. Ah, bukan. Ia juga kesal sedari tadi pada lelaki tambun yang merupakan sekretarisnya itu. “Ma-maaf, Pak,” ucap Zidan ketakutan sambil tertunduk-tunduk. “Ada tamu, Pak.” “Kenapa enggak bilang dari tadi!” ucap Axel dengan nada ketus. ‘Yeu, belum juga gue ngomong sudah dipanggil kambing, bias
Read more

60. "APA!"

“Dia tidak ada kaitan dengan hal ini,” geram Axel dengan tatapan tajam. Zidan saja yang berada di samping pria tampan itu bergidik ketakutan.“Luar biasa, kau yang ku kenal selalu hati-hati sekarang malah kecolongan seperti ini,” ucap Gerrard kemudian tertawa meremehkan. “Aku akan tetap mengusut hal ini Axel, kau terlalu cepat sepuluh tahun untuk menggurui ku hanya karena ibuku berpihak padamu.”“Bukankah kau sudah melihat sendiri laporan keuangan itu? Bersih!”Gerrard menaikkan sebelah alisnya. “Hanya ada satu syarat Axel agar aku tidak lagi membahas hal ini. Kau tahu kan bagaimana aku mengusut sesuatu hingga aku mendapatkan apa yang aku inginkan? Lubang semut pun akan ku gali.”“Bahkan lubang pantat pun akan kau masuki jika perlu,” ejek Axel. Zidan nyaris tertawa saat mendengar bosnya membalas perkataan Gerrard seperti itu.Axel kemudian menyerahkan laporan keuangan itu ke pangkuan Zidan. “Kembalikan pada tempatnya,” perintah Axel, hal itu sekaligus sebuah bentuk pengusiran halus pa
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status