Home / All / My Darling is Online / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of My Darling is Online: Chapter 41 - Chapter 50

60 Chapters

41. Rumor Baru di Sekolah

Ketika Della turun untuk berangkat ke sekolah keesokan harinya, langkah kakinya sempat tersedat di tengah jalan saat suara berisik yang berasal dari ruang makan sampai ke telinganya. Tanpa perlu diberi tahu, Della sudah tahu bahwa sang kakak kemungkinan besar pulang secara mendadak lagi dan tengah asik berbicara dengan orang tua mereka. Della mengepalkan tangannya saat tubuhnya selalu bereaksi begini tiap kali dia mendengar suara kakaknya. Tangannya jelas-jelas bergetar. Tidak. Seluruh tubuh Della bergetar hanya karena dia mendengar suara kakaknya di pagi hari. Dihadapkan dengan penolakan berkali-kali, Della tanpa sadar tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi tiap kali dia bertemu dengan kakaknya. Ingin sekali, Della pergi dari rumah tanpa bertemu dengan kakaknya. Namun peraturan untuknya sudah sangat jelas. Dia harus berpamitan pada orang tuanya, tiap kali dia akan berangkat sekolah dan orang tuanya berada di rumah. Dengan langkah berat, Della tetap membawa kakinya ke ruang maka
Read more

42. Nasihat yang Bodoh

Di lain sisi, dari kejauhan Austin sudah tersenyum saat dia melihat Della berjalan dengan cepat ke arahnya. Setelah mereka jujur satu sama lain, Austin benar-benar berharap hubungan mereka akan membaik mulai saat ini. Mereka bahkan banyak mengobrol kemarin. Namun dari ekspresinya saja, Austin sudah tahu bahwa sesuatu yang salah terjadi pada Della semakin dekat gadis itu menghampirinya. "Della-""Ikut aku."Austin terkejut saat suara Della terdengar bergetar saat tanpa persetujuannya, gadis itu segera menyeretnya ke tempat sepi. Dari cengkeramannya saja, Austin sudah bisa tahu bahwa Della tengah marah padanya saat ini. Namun dia benar-benar tidak tahu apa yang salah. Mereka masih baik-baik saja kemarin, mereka bahkan berpisah sambil tersenyum setelah saling betukar nomor telepon. "Della, apa yang-"Ucapan Austin terpotong saat Della tiba-tiba menghempaskan tangan yang sebelumnya dicengkram oleh gadis itu erat-erat. "Aku seharusnya tahu ...," bisik gadis itu pelan. "Aku seharusnya t
Read more

43. Semuanya Akan Baik-baik Saja

Della berjalan dengan lunglai setelah dia selesai meninggalkan Austin. Dengan mata memerah karena habis menangis ditambah ekspresi yang berantakan, Della tahu dia tidak bisa kembali ke kelas. Tujuan keduanya adalah ruang kesehatan. Lagipula karena ini hari pembagian hasil ujian, tidak akan ada pelajaran apa pun lagi setelah ini. Della berusaha menghindari semua orang untuk sampai ke ruang kesehatan. Dia mengetuk pintu ruangan itu tiga kali, sebelum seorang wanita berumur membuka pintunya dan menampakan wajah terkejut saat melihat ekspresi Della. Wanita itu buru-buru mengijinkan Della masuk, sebelum menutup pintu ruang kesehatan lagi. Setelah diijinkan masuk, Della langsung duduk di salah satu ujung ranjang sakit yang ada di sana. Gadis itu menutup wajahnya sendiri dengan kedua tangan, ketika dia membuang napas panjang yang terdengar lelah. Wanita itu tahu ada sesuatu yang salah jika Della sampai mendatangi ruang kesehatan dengan kehendaknya sendiri seperti ini. Wanita itu duduk di s
Read more

44. Teman yang Menusuk dari Belakang

Ketika waktu pembagian rapot telah tiba, Della segera berpamitan pada perawat sekolahnya dan pergi menuju gerbang sekolah seperti janjinya pada sang Ibu. Karena orang tuanya memang jarang sekali memiliki kesempatan untuk datang ke sekolah Della, setiap kali mereka bisa datang, Della harus menjemput mereka untuk mengantar mereka di sekolahnya yang sangat luas. Della tahu orang tuanya itu memiliki kebiasaan tiba tepat waktu. Tidak lama Della menunggu, dan ibunya telah datang bersama supir perusahaannya. Sejak masih muda, ibunya telah memiliki perusahaannya sendiri. Mungkin karena pengalamannya berbisnis selama bertahun-tahun, ekspresinya tidak bisa ditebak ketika dia turun dari mobil dan langsung mencari Della. Bicaranya juga masih setegas biasanya, ketika dia langsung meminta Della untuk menuntunnya ke ruang kelas begitu dia bertemu dengan anaknya. Sepanjang jalan, Della terus saja berdoa agar ibunya tidak kebetulan mendengar bahwa dia senang bermain game dari seseorang di tengah jal
Read more

45. Marah

"Terima kasih atas kopinya, Della!"Della tersenyum lalu melanjutkan langlahnya untuk kembali ke kelasnya setelah dia memberikan kopi pesanan ibunya pada supir perusahaan wanita itu. Della kembali secepat yang dia bisa karena dia tidak tahu apa yang akan dilakukan ibunya saat dia tidak ada di sana. Perasaannya semakin tidak enak semakin dekat dia ke ruang kelasnya. Della berusaha tetap tenang, saat dia berharap ibunya tidak akan terlalu marah kali ini. Karena antrian di kedai kopi tadi lumayan panjang, Della terlambat untuk kembali dan hanya bisa diam di luar kelas saat wali kelasnya mulai bicara di depan kelas. Della menatap ibunya dengan khawatir. Ekspresi wanita itu tidak terlalu baik, menandakan bahwa sesuatu yang buruk terjadi ketika dia keluar sebelumnya. Tidak. Della sudah tahu apa yang menyebabkan ibunya sampai bermuka masam begitu. Ibunya sudah tahu dia suka bermain game, semuanya sudah tamat baginya. " ... La!"" ... Della!""Della!"Della terhenyak saat Tamara memanggiln
Read more

46. Rencana Pergi Bersama

Della berbaring lelah di kamarnya setelah lelah menangis seorang diri. Sekarang dengan larangan ibunya untuk menginstal game apa pun, Della hanya bisa menatap ke arah langit-langit kamarnya ketika dia sedih atau kesepian. Della bahkan tidak bisa mengadu pada siapa pun. Della merasa dia bisa gila kapan pun saat ini. Sendirian, di kamar besar miliknya. Ting!Della melirik lelah ponselnya. Melihat tingkah ibunya, Della khawatir teman-temannya bertanya tentang apa yang terjadi pada hari ini. Della tidak ingin bicara tentang itu. Namun ketika notifikasi pesan tersebut tidak berhenti juga, Della dengan kesal bangkit untuk mengecek ponselnya. [Austin: Della, apa kamu sudah pulang? Aku mencarimu sejak tadi.][Austin: Tolong maafkan aku. Aku memang salah, aku seharusnya tidak bicara seakan aku paling mengetahui posisimu. Apa kamu baik-baik saja? Aku ingin memberi tahumu sesuatu, tetapi tampaknya aku terlambat.][Austin: Bisakah kamu membalas pesan ini? Aku benar-benar khawatir sekarang. Haru
Read more

47. Game Center

"Ah, kamu juga datang lebih cepat ternyata."Di dekat gerbang sekolah, Austin ternyata sudah menunggunya dengan pakaian yang cukup santai. Celana jins dan kaus hitam. Bagi Della yang selalu diatur ibunya, Della tidak akan pernah diijinkan untuk menggunakan pakaian seperti itu. Namun tidak diijinkan bukan berarti Della tidak tertarik. Matanya sedikit berbinar, saat dia melihat penampilan tampan Austin. "Aku biasa datang lebih cepat lima belas menit ke pertemuan apa pun," ujar Della menjelaskan. Austin mengangguk. "Aku juga sama," jawabnya. Jika Della di masa lalu yang mendengarnya, dia mungkin tidak akan percaya perkataan itu sama sekali. Namun kini Della sudah lebih mengenal Austin. Gadis itu tahu, Austin sebenarnya pria yang cukup bisa diandalkan dalam berbagai situasi. "Jadi, kamu akan membawaku ke mana? Aku sudah menggunakan waktu liburku yang langka untuk ini."Austin mengusap lehernya dengan perasaan malu saat dia memergoki Della menatapnya dengan senyuman samar di bibirnya. Au
Read more

48. Keberanian

"Bagaimana, menyenangkan bukan?"Della dengan cepat mengangguk setelah dia puas memainkan permainan apa pun yang dia inginkan bersama dengan Austin. Keduanya kini menutup perjalanan mereka dengan pergi ke taman yang letaknya di depan game center, dan menikmati makanan lezat yang mereka beli di sana. "Berbelanja di food truk, makan di luar, dan bersenang-senang di game center. Semua ini benar-benar pengalaman pertamaku yang berharga."Sambil menikmati makanannya sendiri, Della berucap dengan suara lembut. Austin pasti berusaha keras untuk menghiburnya hari ini. Semua perasaan sedih yang menggerogotinya, hilang sempurna khusus untuk hari ini. Walaupun Della sendiri tidak yakin apakah perasaan bahagianya akan tetap sama saat dia kembali, Della bersyukur setidaknya dia bisa menghabiskan waktu menyenangkan bersama dengan Austin. "Terima kasih Austin. Aku benar-benar bersyukur aku pergi denganmu hari ini."Dibalut dengan cahaya senja, Della tampak sangat cantik saat dia tersenyum lebar s
Read more

49. Rusaknya Hubungan

"Selamat pagi Della!"Ketika Della tiba di sekolah ke esokan harinya, teman-temannya segera menyambutnya seperti biasa. "Pagi juga untuk kalian," balas Della sambil tersenyum kecil. Matanya sedikit menggelap saat dia melihat Adam dengan wajah tidak berdosa tetap menyambutnya seperti biasa. Sekarang semuanya telah menjadi jelas bagi Della. Dengan bukti rekaman video yang Austin rekam, misteri tentang dari mana ibunya bisa tahu apa pun yang dia lakukan di sekolah akhirnya bisa terpecahkan dengan sangat mudah. Della tidak pernah tahu bahwa Adam tega melakukan semua itu padanya, bahkan ketika pria itu tahu betapa pengaturnya sang Ibu pada Della selama ini. Jika bukan karena mereka telah berteman sejak keduanya duduk di bangku sekolah menengah pertama, Della tidak akan mau repot berteman dengannya lagi setelah ini. Selama bertahun-tahun, Adam sama sekali tidak terlihat bersalah setelah dia mengadukan segala hal yang Della lakukan pada ibunya. Della pikir Adam adalah teman terdekatnya. Na
Read more

50. Bicara Berdua

"Austin, Della mencarimu!"Pada jam istirahat, Austin benar-benar terkejut saat salah satu teman sekelasnya berteriak saat dia mencapai pintu keluar dari kelas tepat setelah jam istirahat berdering di seluruh penjuru sekolah. Mereka memang cukup dekat sekarang ini. Namun sampai ke titik di mana Della dengan terbuka mendatangi ruang kelasnya, Austin tidak pernah menyangka hubungannya dengan gadis itu akan berkembang sampai secepat ini. Saat Austin bangkit dari tempat duduknya untuk mengkonfirmasi keberadaan Della, pria itu menemukan bahwa gadis itu tengah berdiri di sebelah pintu ruang kelasnya. Della ikut mendongkak saat dia menyadari keberadaan Austin. Saat mata mereka bertatapan, bahkan jika Della terus berusaha terlihat baik-baik saja, gadis itu tetap tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya di hadapan Austin. "Ingin bicara berdua?" ujar Austin menawarkan dengan suara yang lebih lembut dari biasanya. Della tanpa mengatakan apa pun langsung mengangguk. Keduanya berjalan menyusu
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status