Home / Pernikahan / 100 Hari Bersamamu / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of 100 Hari Bersamamu: Chapter 91 - Chapter 100

116 Chapters

Chapter 91

Satu jam acara berlalu, tidak ada tanda-tanda perempuan itu akan datang ke acara reuni ini. Raja akhirnya bisa bernafas lega karena tidak perlu melihatnya, tapi ternyata rasa lega itu tidak diizinkan berlama-lama untuk singgah di hatinya. Perempuan itu muncul di tengah-tengah keramaian acara reuni ini, dengan gaun cantiknya dan parasnya yang tidak pernah berubah sejak dulu bahkan semakin cantik. Wajah manis dan imutnya yang selalu membuat hati Raja berdebar tidak karuan, suara lembutnya menyapa semua orang yang duduk di meja tim basket. "Lyora!" pekik Riza yang juga pernah menaruh hati padanya."Halo semua, maaf aku datang terlambat." ucapnya lembut. "Silahkan duduk Lyora," Bams menggeser posisi duduknya agar tersedia kursi untuk Lyora, lagipula ia datang ke acara ini sendirian karena istrinya sedang menginap di rumah orang tuanya. Raja mendadak gugup bukan main, tangannya berkeringat dingin dan enggan menatap Lyora secara langsung. Sedangkan Anggasta hanya melirik Lyora sekali, la
Read more

Chapter 92

Sejak selesai pertandingan hingga sampai di rumah, Aruna terus mendiamkan Anggasta dan berusaha menghindarinya. Setiap Anggasta mengajaknya bicara ia hanya menjawab seadanya dan singkat, setiap Anggasta berusaha menyentuhnya ia akan menghindar dengan seribu alasan. Anggasta mendengus kesal, tanpa basa basi ia langsung menggendong Aruna ke atas tempat tidur dan menguncinya agar tidak bisa kabur. "Mas awas, aku mau ke toilet." Aruna mendorong tubuh Anggasta menjauh, tapi bukannya menjauh tubuh Anggasta justru malah semakin mendekatinya."Mau apa ke toilet? nongkrong sambil liatin tulisan di botol shampoo? kamu udah tiga kali ke toilet loh," Aruna menghela nafas pelan, memang sudah tidak ada lagi alasannya untuk menghindar dari Anggasta. "Kenapa kamu diemin aku?" "Aku gak diemin mas kok, perasaan mas aja kali." sahut Aruna ketus. "Bohong," "Kalau aku emang lagi diemin mas, mas mau apa? ikut diemin aku?" "Enggak, aku cuma mau tau apa alasan kamu ngediemin aku kayak gini?" "Aku seb
Read more

Chapter 93

"Mas, aku masih gak nyangka loh kalau Alana udah meninggal." Ucap Aruna, tatapannya lurus ke depan seolah-olah sedang menggali memorinya saat masih ada Alana di kehidupannya kemarin. Anggasta hanya diam dan tidak menjawab ucapan Aruna, sebenarnya sejak kemarin malam Anggasta ingin menumpahkan kesedihannya tapi ia tidak mau melukai hati Aruna karena menangisi perempuan lain. Sesampainya di rumah, Anggasta terlihat lesu dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Di bawah kucuran air shower Anggasta menumpahkan tangisnya tanpa suara, mengingat memori indah dan perasaan miliknya untuk Alana. Sekalipun Alana pernah mengecewakan dan menipu dirinya, tetap saja sisi itu masih ada di hati Anggasta untuknya yang ia sembunyikan dari Aruna. Anggasta menyukai Alana sejak ia masih berusia belasan tahun, sulit baginya untuk melupakan Alana sepenuhnya. Meskipun Anggasta sudah sangat mencintai Aruna, tapi sisi untuk Alana tetap ada di sudut hatinya sampai kapanpun karena Alana adalah
Read more

Chapter 94

Di pagi hari, Aruna bangun terlebih dulu dan membuatkan beberapa sarapan untuk Anggasta. Setelah berpikir semalaman Aruna akhirnya memilih untuk mengalah saja, Aruna akan membiarkan perasaan itu tetap berada di hati Anggasta karena biar bagaimanapun cinta memang tidak bisa dipaksakan.Aruna merasakan panas dingin di sekujur tubuhnya saat memasak, juga rasa pusing dan mual yang datang secara bersamaan tiap beberapa menit sekali tapi Aruna tahan itu semua sampai selesai memasak. Karena Aruna tidak bisa menahannya lagi, akhirnya mbok Jum yang menghandle sisanya sedangkan ia hanya bisa duduk dan memperhatikan dari meja makan. Pukul tujuh tepat, Anggasta keluar dari kamar dan duduk di meja makan tanpa menegur Aruna. Mata dan tangannya sibuk pada ponselnya, entah apa yang sedang ia lakukan tapi itu membuat Aruna terganggu karena Aruna merasa tidak di anggap keberadaannya disini. "Mas, jangan main ponsel kalau lagi sarapan." tegur Aruna. Anggasta mengehela nafas pelan dan meletakkan ponse
Read more

Chapter 95

Malam sudah mulai menjelang larut, namun saat Anggasta sampai di rumah keadaan rumah masih gelap gulita tanpa ada satupun lampu yang menyala. Saat Anggasta hendak membuka pintu pagar, tiba-tiba seorang tetangga datang menghampirinya dengan tergesa-gesa. "Mas! mas Anggasta!" panggilnya dengan setengah berlari. "Pak Bandi? kenapa pak?" "Mas, mbak Aruna masuk rumah sakit. Tadi mbok Jum nitip pesan buat ngabarin mas kalau mas sudah pulang," ucapnya. Setelah mendengar kabar Aruna masuk rumah sakit, Anggasta segera pergi ke tempat Aruna di rawat yaitu RS Harapan. Sejak seharian ini Anggasta memang tidak menjawab panggilannya sama sekali, Anggasta larut dalam kesedihannya sendiri dan mengabaikan semuanya. Anggasta berjalan tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit sampai akhirnya ia menemukan kamar tempat Aruna di rawat, namun saat sampai di sana ia malah melihat pemandangan yang sangat menyakitkan hatinya. Raja ada di sana, menunggui Aruna yang tengah tertidur pulas dengan selang infus
Read more

Chapter 96

Saat Rajasa kembali ke kamar, semua pasang mata langsung menatapnya dengan penuh tanda tanya terutama Aruna. Mereka semua mendengar ucapan Rajasa dan Anggasta di telepon karena Rajasa kelepasan membentak Anggasta, sekarang Rajasa cuma bisa mematung dengan wajah pucat karena bingung harus bagaimana menjelaskannya kepada Aruna. "Mas Anggasta ke Kalimantan yah?" tanya Aruna.Rajasa mengangguk pelan, "Iya Aruna," "Untuk apa?" "Anggasta bilang, dia mau menuntut keadilan atas kematian Alana yang tidak wajar." jawab Rajasa apa adanya. Aruna tertunduk sedih, ia kini tengah sakit dan dokter memberitahukan kalau kehamilannya ini cukup lemah karena stress dan kelelahan yang di deritanya. Tapi Anggasta tetap lebih mementingkan urusan kematian Alana, apa kematian Alana membuat Anggasta begitu terpukul hatinya sampai ia lupa kalau ada perempuan yang masih membutuhkan perhatiannya. Aruna hanya bisa pasrah, ia membaringkan tubuh dan memunggungi semua orang yang ada di kamar rawatnya. "Ayah, lebi
Read more

Chapter 97

Aruna keluar dari kamar dengan mata sembab dan menghitam karena tidak tidur semalaman, langkahnya lunglai seakan tidak memiliki semangat untuk melakukan apapun. Kastara yang sedang bermain game di dekat balkon sampai terkejut saat melihat penampilannya, kakak iparnya yang biasanya selalu terlihat cantik kini tampil menyeramkan seperti makhluk dari alam lain apalagi Aruna juga mengenakan dress tidur panjang berwarna putih satin. "Kak, kaget aku!" ucapnya seraya mengelus pelan dada bidangnya."Loh Kastara, kamu gak ke Yvaine?" tanyanya, lalu ikut duduk di sebelah Kastara menikmati pemandangan pagi hari dari lantai dua."Enggak, siang nanti aku harus terapi lagi buat mulihin ingatan aku. ngomong-ngomong mata kakak kenapa sembab gitu?" "Gak apa-apa kok, cuma gak bisa tidur aja semalam." Aruna malas menjelaskan penyebab mata sembabnya ini ke Kastara, toh kastara juga tidak ingat apapun kalau Aruna menceritakan masalahnya."Turun yuk kak, kita sarapan bareng." ajaknya, lalu memasukkan pon
Read more

Chapter 98

"Telepon dari siapa Ngga?" tanya Handoyo yang baru kembali dari toilet."Dari Aruna pak," "Dia nyuruh kamu pulang?" Anggasta menjawab pertanyaannya dengan anggukan kepala. "Kalau kamu mau pulang, pulang aja Ngga. Kasus ini gak akan selesai dalam waktu cepat, biar saya saja yang mengurus semuanya." "Tapi pak, saya ingin Bastian dan keluarganya mendapatkan balasan atas perbuatan mereka pak." Handoyo merangkul bahu Anggasta dan menepuknya pelan, "Iya saya paham Anggasta, tapi Aruna juga butuh kamu. Lagipula disini ada Bima yang membantu saya, pulanglah Anggasta. Jangan buat saya jadi merasa bersalah sama istri kamu,""Baik pak, saya akan pulang besok pagi." Anggasta kembali melanjutkan makan siangnya yang tertunda dan mungkin memang lebih baik ia pulang saja besok, biar bagaimanapun Aruna juga membutuhkannya apalagi kemarin ia meninggalkan Aruna dalam keadaan di rawat di rumah sakit. *****Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, mereka akhirnya sampai di kediaman Takahiro tepat puk
Read more

Chapter 99

Anggasta menjejakkan kakinya di loby bandara setelah sekembalinya ia dari Kalimantan, ia sengaja tidak memberitahukan kepulangannya kepada Aruna karena ia ingin membuat surprise untuknya. Sebelum sampai di rumah ia mampir dulu ke rumah Alana untuk mengambil motornya yang ia titipkan disana, lalu pergi ke toko kue untuk membeli sepotong cake strawberry. Tidak hanya kue, Anggasta juga membeli sebuah buket bunga untuk Aruna sebagai permintaan maafnya. Anggasta masuk ke dalam rumah secara mengendap-endap untuk mengejutkan istri tercintanya, ia yakin sekali Aruna ada di rumah karena mobilnya masih terparkir rapih di carport. Anggasta membuka pintu kamarnya perlahan, namun ternyata kamar itu kosong dan rapih. Anggasta mencari lagi ke setiap ruangan yang ada di rumah ini, tapi yang ia temukan hanyalah mbok Jum yang sedang merawat bunga kesayangan Aruna di halaman belakang. "Mbok Jum," panggil Anggasta, Mbok Jum terkejut setengah mati karena Anggasta tiba-tiba ada di hadapannya. "Den, kapa
Read more

Chapter 100

Esok hari, semua keluarga dan kerabat Takahiro datang dari Jepang untuk menghadiri pemakaman Takahiro. Awalnya mereka ingin menguburkan jasad Takahiro di tanah kelahirannya, namun Takahiro sudah memberi wasiat kepada Ayara sebelumnya jika beliau meninggal dunia ia ingin di makamkan di dekat makam anak dan istrinya. Semuanya menyalami Aruna dan menyampaikan ucapan belasungkawa atas kepergian Takahiro, untuk pertama kalinya Aruna akhirnya bertemu dengan kerabat dan keluarga Takahiro. Anggasta tidak bisa mendampinginya karena Aruna masih marah padanya, bahkan saat keluarga dokter Hirawan datang Anggasta tidak bisa berbuat apa-apa meskipun Anggasta tidak ingin Aruna berinteraksi dengan Raja. Detik terakhir sebelum jasad Takahiro di bawa ke pemakaman, seorang lelaki berwajah oriental Jepang datang dengan setelan formalnya. Souta Shinichi, lelaki itu langsung menjadi pusat perhatian saat menginjakkan kakinya di rumah ini karena ketampanannya.Lelaki itu berjalan menghampiri Aruna, dan dudu
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status