Home / Romansa / Cinta Sepesukuan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Cinta Sepesukuan: Chapter 71 - Chapter 80

148 Chapters

Bab 71. Tekad Kuat Cinta Sejati

“Aku sedih dengan yang telah terjadi hingga membuat Uda menjadi korban harus pergi dari Kota Padang merantau ke Jakarta, padahal di Padang Uda udah memiliki pekerjaan tetap berpenghasilan lumayan besar walaupun kerja di pasar.” “Hemmm, nggak usah di ingat-ingat lagi semua yang telah terjadi itu Kintani. Mungkin sudah takdir perjalanan cinta kita seperti ini, aku iklas kok menerimanya. Saat Bang Randi mengajakku ke Padang, aku telah bertekad untuk melanjutkan dan memperjuangkan hubungan kita ini apapun resikonya, jujur aku tak bisa kehilangan kamu.” “Aku juga demikian Uda, berbulan lamanya aku jalani hari-hari penuh kehampaan. Aku nggak tahu harus bertanya pada siapa karena nomor kontak kita sama-sama diganti,” ujar Kintani tak ia sadari bergulir air matanya menetes di pipi. “Kamu pikir hanya kamu saja yang merasakan hal itu? Nggak Kintani. Aku juga merasakan hal yang sama, dan sekarang kita sudah bertemu kembali kamu nggak boleh bersedih lagi,” Ridwan mengusap air mata di pipi keka
last updateLast Updated : 2022-07-14
Read more

Bab 72. Berpisah Kembali

Menjelang magrib Randi mengantar Ranti pulang dari rumah kedua orang tuanya, begitu pula Ridwan pun mohon pamit dari kos-kosan itu pulang ke rumah orang tua angkatnya. “Aku antar Uda, ya?” “Nggak usah Kintani, aku naik angkot aja. Lagian dari di sini dekat kok, aku pamit ya Kintani, Dila, Eva.” “Iya Bang Ridwan,” ujar Eva dan Dila. “Hati-hati di jalan,” ucap Kintani mengantar kekasihnya itu hingga depan pagar pinggir jalan raya, Ridwan hanya menjawab dengan mengangguk dan tersenyum. 15 menit berselang tibalah Ridwan di rumah kedua orang tua angkatnya itu, karena waktu magrib hampir tiba ia pamit untuk mandi. Pak Hendra, Bu Indri dan Ridwan sholat magrib berjama’ah di rumah karena letak mushola atau masjid tidak memungkinkan mereka untuk menuju ke sana dengan waktu magrib yang sangat singkat. Baru saja mereka hendak makan malam selepas sholat magrib itu, tiba-tiba terdengar suara sepeda motor masuk hingga ke teras rumah, mereka menunda makan malam itu karena mengetahui jika Randi
last updateLast Updated : 2022-07-15
Read more

Bab 73. Oleh-oleh Khas Minang

Sebelum tengah hari Ridwan dan Randi telah tiba di rumah setelah di antar bus angkutan bandara sebuah maskapai penerbangan, di rumah itu hanya ada Bi Sari karena Gita dan si kecil Nisa berada di toko di pasar tanah abang, sementara Aldi masih di kantor perusahaan tempat ia bekerja. Setelah menikmati segelas teh hangat yang dibuat Bi Sari, Ridwan dan Randi memanggil pembantu rumah itu yang berada di ruang belakang. “Ada apa Mas Randi dan Mas Ridwan?” tanya Bi Sari yang telah tiba di ruangan depan rumah itu. “Aku dan Ridwan pamit dulu ke toko nemui Kak Gita dan Nisa, Bi Sari jaga rumah ya?” ujar Randi. “Iya Mas, hati-hati di jalan,” ucap Bi Sari, Randi dan Ridwan mengangguk dan tersenyum kemudian mereka menuju toko tempat biasa mereka bekerja di pasar tanah abang itu menggunakan mobil milik Randi. Suasana pasar siang itu sedang ramai-ramainya menjelang istirahat siang nanti di mana para karyawan toko Gita saling bergantian, kedatangan Ridwan dan Randi tentu saja membuat Gita senang
last updateLast Updated : 2022-07-15
Read more

Bab 74. Menjelaskan Pada Yoga

5 hari sudah Kintani di tinggal kembali oleh Ridwan ke Jakarta, hari-hari yang ia lalui memang terlihat berbeda dari sebelumnya. Baik di kampus maupun di kos-kosan mahasiswi cantik itu tampak lebih bersemangat dan penuh keceriaan, Dila dan Eva juga ikut senang melihat sahabatnya itu. Sore sabtu itu kembali Iptu Yoga datang bertamu ke kos-kosan, Kintani yang ditemani Dila dan juga Eva menerimanya di ruangan terbuka di sebelah kanan halaman kos-kosan itu. “Minggu sore yang lalu aku ke sini, Eva dan Dila bilang kamu pergi ke luar dengan cowokmu. Benarkah begitu, Kintani?” Iptu Yoga mengawali obrolan di ruang tamu itu. “Iya Bang, dia lah Uda Ridwan yang datang sabtu sore kemarin ke sini lalu pergi begitu saja setelah melihat kita ngobrol di ruangan ini,” jawab Kintani. “Jadi dia itu cowokmu? Kenapa kamu nggak pernah cerita jika udah punya cowok?” Iptu Yoga merasa kecewa walaupun dia tak menunjukan sikap itu pada Kintani dan kedua sahabatnya. “Maaf Bang, aku memang tak pernah cerita p
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 75. Paman Ramli Berkunjung

“Wew, gombal..!” seru Kintani mencibir pada Ridwan. “Gombal?” Nisa bertanya karena dia tak mengerti apa yang dikatakan Kintani itu. “Tuh, Om Ridwan Nisa gombal,” tambah Kintani. “Gombal apaan sih, Om?” Nisa bertanya dengan polosnya, ditanya seperti itu Ridwan bingung harus jawab apa, beberapa saat ia hanya garuk-garuk kepala mencari kata-kata untuk menjawab. “Gombal itu sama dengan tampan atau ganteng, Nisa ngerti kan?” jawab Ridwan sekenanya saja. “Oh jadi Tante Kintani tadi bilang Om Ridwan tampan?” Ridwan anggukan kepalanya, sementara Kintani tak mampu lagi menahan tawanya melihat tingkah lucu Nisa yang dengan polosnya bertanya dan percaya dengan yang dikatakan Ridwan. Melihat Kintani tertawa di layar handphone Ridwan, Nisa pun ikut tertawa riang. Mereka bertiga tertawa bersama di teras rumah itu, hingga Gita yang duduk di ruang depan penasaran lalu berdiri dari duduknya menuju teras ingin mengetahui apa yang ditertawakan Ridwan dan putrinya itu. “Gembira sekali anak Mama, a
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

Bab 76. Merasa Bersalah

“Ya Kak, sebentar aku ngomong dulu sama Bang Randi.” “Ya udah, ditunggu di rumah. Assalamualaikum,” ucap Gita. “Waalaikum salam,” balas Ridwan menutup panggilan di ponselnya. “Ada apa ya? Kok Paman Ramli datang ingin bertemu denganku?” gumam Ridwan dalam hati sambil melangkah menghampiri Randi di bagian belakang ruang toko itu. “Bang barusan Kak Gita nelpon, kita diminta pulang sekarang,” Ridwan memberitahu Randi perihal pembicaraannya dengan Gita di telpon barusan. “Disuruh pulang sekarang?” Randi pun merasa heran. “Ya Bang, kata Kak Gita Paman Ramli sekarang ada di rumah.” “Oh, ya udah sebentar aku beresin ini dulu setelah itu kita pulang,” ujar Randi membereskan buku-buku catatan dan lainnya yang dianggap penting, Ridwan pun membantunya. Selang beberapa menit mereka berdua pun tiba di rumah, setelah mengucap salam Ridwan dan Randi duduk bergabung di ruang depan itu. “Tumben Paman datang, sepertinya ada hal yang penting ya yang ingin Paman Ramli sampaikan?” tanya Ridwan. “N
last updateLast Updated : 2022-07-17
Read more

Bab 77. Paman Ramli Pulang Kampung

Sepeninggal Paman Ramli pulang ke rumahnya setelah di jamu makan malam oleh keluarga Gita, mereka kembali ngobrol di ruang depan menjelang waktu istirahat malam. “Aku tadi kuatir kalau-kalau di antara kita keceplosan bicara pada Paman Ramli soal hubunganku dengan Kintani yang sekarang berlanjut secara diam-diam,” ujar Ridwan. “Hemmm, nggaklah Ridwan. Kami ngerti kok hal itu musti dirahasiakan, untung tadi kamu alihkan bicara ke arah lain kalau sampai Nisa ikut pasti bakal ketauan,” tutur Gita. “Ikut apaan Ma?” Nisa langsung bertanya karena namanya di sebut-sebut. “Tadi Mama bilang takutnya Nisa ikut-ikutan ngombol Om Ridwan gombal lagi, He..he..he..!” Ridwan yang menjawab dengan candanya. “Ha..ha..ha..! Om Ridwan nggak ngombal, tapi jeyek..!” Nisa tertawa, semua yang berada di ruangan depan itu pun ikut tertawa. Bukan hanya Ridwan saja yang musti merahasiakan tentang hubungannya dengan Kintani yang masih berlanjut itu pada keluarga dekatnya, melainkan juga Kintani harus merahasia
last updateLast Updated : 2022-07-17
Read more

Bab 78. 2 Bulan Kemudian

“Iya Fitria,” jawab Tante Ayu sembari tersenyum. “Terima kasih karena kalian udah mau turut andil jika Fitria kuliah nanti, kami juga lega karena sebelum ke Jakarta Ridwan telah membeli tanah pekerbunan dan sekarang telah ditanami kelapa sawit. Dengan kebun itu nantinya kebutuhan Fitria saat kuliah akan dapat terpenuhi,” ucap Bu Suci. “Meskipun ada kebun kelapa sawit milik Ridwan, Aku sebagai Paman tentunya punya tanggung jawab untuk membantu,” ujar Paman Ramli. “Memang begitulah ketentuan adat-istiadat kita di sini Ayu, Paman memiliki peran penting dan tanggung jawab atas keponakaannya. Segala tindakan dan keputusan hitam-putihnya ada di tangan seorang Paman, jika seorang Paman tidak menyetujui maka adat pun melarang,” tutur Bu Suci menerangkan pada Ayu pentingnya peran Paman di dalam keluarga besar di Tanah Minang. “Makanya aku merasa bersalah atas kejadian yang di alami Ridwan tempo hari, karena aku tak pernah pulang ke kampung ataupun memberi pemahaman tentang adat-istiadat kep
last updateLast Updated : 2022-07-18
Read more

Bab 79. Anggelina Wijaya

Oh ya udah kalau begitu, yuk sekarang kita makan dulu,” ajak Randi. Setelah sholat ashar dan membantu beberapa menit para karyawan di toko Gita, Ridwan pun pamitan pada Randi untuk mengantarkan dompet milik wanita yang tertera di KTP nya itu. Alamat dari pemilik dompet dengan toko Gita cukup jauh hingga butuh beberapa menit Ridwan dan gojek yang ia pesan tiba di sana, lewat dari jam 5 sore tibalah mereka di kawasan rumah elite dan gojek yang di tumpangi Ridwan berhenti di depan pagar sebuah rumah yang sangat besar dan megah serta memiliki halaman yang luas. Setelah membayar sewa gojek, Ridwan segera menghampiri pintu pagar rumah itu yang di sebelah kiri pagar terdapat pos satpam. Ridwan mengamati pintu pagar rumah besar dan mewah itu kalau-kalau ada tanda khusus untuk ia pencet untuk bertamu ke dalam, salah seorang satpam yang melihat Ridwan di depan pagar segera menghampirinya. “Maaf, Mas mau mencari siapa di sini?” tanya satpam itu. “Apakah benar ini alamat dari seorang wanita
last updateLast Updated : 2022-07-18
Read more

Bab 80. Ridwan Diantar Pulang

“Terima kasih Anggelina, tidak usah. Aku pamit ya,” Anggelina hendak mencegah tapi keburu Ridwan melangkah ke luar dari rumah itu dan sekarang berada di halaman. “Hallo, ada apa Non?” “Pak Sigit melihat tidak pria yang berjalan di halaman menunju pintu pagar?” pria yang dipanggil Sigit itu yang berada di teras bagian samping kiri berdiri dari duduknya dan berjalan ke depan arahkan pandangan ke halaman rumah itu. “Ya Non, saya melihatnya. Memangnya kenapa Non?” “Pak Sigit cegat dia, dan bilang agar Pak Sigit saja yang antar dia pulang,” “Baik Non,” setelah pria yang di panggil Pak Sigit itu mengiyakan, panggilan melalui ponselnya itu di tutup. Pak Sigit berlari-lari kecil mengejar Ridwan yang hampir sampai di pintu pagar dekat pos satpam itu, melihat Pak Sigit berlari seorang satpam di pos itu pun ke luar dan menghadang Ridwan mengira telah terjadi sesuatu. “Mas...! Tunggu Mas..!” panggil Sigit, Ridwan yang baru saja kaget melihat seorang satpam menghadang di depannya kembali te
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more
PREV
1
...
678910
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status