Home / Romansa / Cinta Sepesukuan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Cinta Sepesukuan: Chapter 21 - Chapter 30

148 Chapters

Bab 21. Paman Ramli Dan Randi

“Loh, Mas Ridwan mau pindah ke mana?” “Ke rumah Abang dan Kakak angkatku, sekaligus bekerja di toko mereka.” jawab Ridwan. “Mas Ridwan baru 2 bulan di sini, kok udah dapat saudara angkat?” “Mereka anak Bapak dan Ibu angkatku di Kota Padang, sewaktu aku bekerja di kota itu sebelum ke sini. Kami sebenarnya telah saling kenal sejak lama meskipun baru kemarin kami bertemu dan bertatap muka,” tutur Ridwan yang sengaja menikmati kopi buatannya itu di dapur sembari bercakap-cakap dengan Bi Sumi. “Oh, jadi mereka udah lama juga tinggal dan punya usaha di Jakarta?” “Iya Bi, tapi Bi Sumi jangan bilang sama Tante ya?” “Tenang aja Mas, aku nggak akan ngomong itu sama Nyonya. Kalau boleh tahu juga apa alasan Mas memutuskan untuk pindah dan ikut saudara angkat Mas Ridwan itu?” tanya Bi Sumi sambil meneruskan kerjaannya membuat menu sarapan. “Seperti yang Bi Sumi ketahui kalau Tante Ayu nggak suka akan keberadaanku di rumah ini, meskipun pada kenyataannya aku keponakan kandung dari Paman Raml
last updateLast Updated : 2022-06-03
Read more

Bab 22. Keluarga Gita

“Baiklah kalau begitu Om setuju, jadi kapan rencananya cabang itu akan dibuka dan dijalankan?” “Besok siangpun bisa Om, tergantung Ridwan bersedianya kapan?” “Ya udah Ridwan, nanti malam selepas magrib Paman akan antar kamu ke rumah Kakak angkatmu itu,” “Nggak usah repot-repot Om, biar aku aja yang jemput Ridwan nanti ke rumah Om Ramli,” ujar Randi. “Nggak repot kok, justru aku senang sekalian bisa bertemu dan kenal dengan Gita.” “Oh ya udah, ini kartu namaku Om,” Randi menyerahkan kartu namanya agar Paman Ramli nanti mudah mencari alamat rumah mereka yang akan dituju. Cukup lama mereka ngobrol di tempat itu, hingga begitu kembali ke toko tak beberapa saat Paman Ramli pun menutup tokonya dan pulang ke rumah. Setibanya di rumah Paman Ramli meminta istrinya untuk duduk di ruang tengah, begitu pula dengan Ridwan untuk membicarakan hal berkaitan pertemuan dengan Randi tadi siang. “Ayu, setelah kami bertemu dengan seseorang yang aku katakan itu. Ternyata orang itu bukanlah pemasok m
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more

Bab 23. Diantar Kerumah Gita

“Oh ya udah aku mandi dulu Kak, ntar lagi magrib,” ujar Randi, Gita mengangguk setelah mencium pipi si kecil Randi pergi mandi di kamarnya. Rumah milik Gita di komplek itu cukup besar bertingkat dua, Dia dan suaminya di kamar lantai dasar sementara Randi menghuni kamar di lantai atas. Di lantai dasar selain kamar pribadi Gita ada 2 buah kamar lagi, 1 kamar tamu dan 1 lagi kamar pembantu. Sementara di lantai atas ada 2 buah kamar, yang salah satunya sekarang ditempati Randi. Gita ternyata membawa putrinya bukan menuju kamar melainkan menemui Bi Sari yang saat itu berada di ruangan dapur memasak untuk makan malam, kehadiran Nyonya rumah dan si kecil itu di dapur tentu mengagetkan Bi Sari. “Waduh, sampai kaget kirain siapa. Ada apa Nyonya?” tanya Bi Sari berhenti sejenak dari menyiapkan bahan untuk dimasak menghampiri Gita. “Masaknya nanti aja dilanjutin, Bi. Sekarang Bi Sari tolong bersihin kamar di sebelah kamar Randi di atas, nanti setelah magrib Adik angkatku akan datang ke sini
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Bab 24. Bu Anggini Menelpon

Sepeninggalnya Paman Ramli, mereka masih ngobrol di ruang tamu itu. Tampak sekali Ridwan seakan terlepas dari tempat yang dalam 2 bulan ini membuat batinnya tersiksa, begitupula dengan Gita sekeluarga mereka senang Ridwan berada di rumah itu. “Bi Sari..!” panggil Gita. “Iya Nyonya,” yang dipanggilpun menghampiri ke ruang tamu. “Tolong taruh barang-barang Ridwan ke kamar yang tadi udah Bi Sari bersihkan,” pinta Gita. “Oh, nggak usah Bi. Biar aku aja,” Ridwan mencegahnya, lalu ia berdiri dari duduk mohon pamit untuk mengantar barang-barangnya ke kamar yang dimaksud, Gita dan yang lain hanya tersenyum saja. “Ini kamarnya Mas,” ujar Bi Sari yang mengantar Ridwan ke kamar yang tadi sore ia rapikan. “Iya Bi, terima kasih,” ucap Ridwan lalu menaruh semua barang-barangnya di kamar itu, kemudian seiring dengan Bi Sari, Ridwan kembali turun ke lantai dasar menghampiri Gita dan keluarga di ruang tamu. “Terima kasih, Kak. Kamarnya sangat besar sekali,” ucap Ridwan sekaligus tak menyangka j
last updateLast Updated : 2022-06-06
Read more

Bab 25. Dalamnya Cinta Kintani

“Iya itu juga yang Ibu harapkan, kuliahmu harus dapat kamu selesaikan dengan baik.” “Ibu do’akan saja moga kuliah dan cita-citaku menjadi seorang dokter tercapai, hanya itu satu-satunya harapanku saat ini,” pinta Kintani. “Tentu Nak, Ibu akan selalu mendo’akanmu. Kamu udah sarapan pagi ini?” “Udah Bu, tadi aku beli lontong di warung sebelah kos-kosan.” “Ya sudah, Ibu nelpon hanya ingin nanya keadaanmu saja. Kalau memang kamu baik-baik saja di sana, Ibu pun merasa lega di sini.” “Iya Bu, aku baik-baik aja di sini.” “Assalamualaikum.” “Waalaikum salam,” Kintani menutup panggilan di ponsel dari Ibunya. Hampir setiap malam Kintani sulit pejamkan mata dan beristirahat seperti sebelum kejadian yang ia alami di kampung saat dibatalkan pertunangannya dengan Ridwan, mau tidak mau hal itu selalu muncul dalam pikirannya. Terlebih rasa sayangnya pada Ridwan sangat besar dan tulus, hingga takan mudah baginya untuk melupakan Ridwan begitu saja. Kesehariannya di kampuspun tidak seperti dulu
last updateLast Updated : 2022-06-07
Read more

Bab 26. Hari Pertama Di Toko Gita

“Waktunya istirahat siang, Ridwan. Kamu mau makan siang di mana?” tanya Randi yang datang menghampirinya saat ia masih berjalan kian-kemari di seputaran toko melayani pembeli. “Nanti saja makan siangnya, Bang. Setelah aku melayani pembeli yang ini, aku mohon izin dulu untuk sholat zhuhur di masjid depan sana,” jawab Ridwan sambil menunjuk arah masjid yang berada di kawasan pasar tanah abang itu. “Oh ya udah kita bareng aja ke sana sekarang, biar mereka yang layani pelanggan itu,” ujar Randi meminta salah seorang karyawannya menggantikan Ridwan yang tengah melayani seorang pelanggan. Sekembalinya dari masjid Randi langsung mengajak Ridwan untuk makan siang di rumah makan Padang yang tidak jauh dari masjid itu, Randi memang selalu makan siang di luar tokonya setiap hari. Sementara karyawan yang saat ini masih bekerja melayani pelanggan secara bergantian makan siang dan istirahat, begitupula saat makan malam tiba dan berganti sif kerja. “Melihat caramu melayani pelanggan di toko, aku
last updateLast Updated : 2022-06-08
Read more

Bab 27. Kintani Kecelakaan

Begitu pula di rumah saudara angkatnya itu, Ridwan semakin nyaman tinggal di sana. Terlebih Nisa yang mungkin telah merasakan tulusnya kasih sayang dari Ridwan, hingga bocah perempuan yang imut dan menggemaskan itu semakin dekat dan setiapkali Ridwan berada di rumah waktu Nisa lebih banyak dihabiskan bersama Om angkatnya itu. Ridwan juga tak mau menjawab saat Gita bertanya berapa gaji yang ia inginkan setiap bulannya bekerja di toko itu, baginya dapat tinggal dan berkumpul bersama mereka di rumah itu merupakan hal yang lebih penting dan membahagiakan. Akan tetapi tentunya Gita berinisiatif sendiri memberikan Adik angkatnya itu uang jerih payahnya bekerja di toko itu nanti, melalui perantara Randi yang juga bertugas membayar gaji para karyawan di toko itu setiap bulannya. Tak terasa seminggu sudah Ridwan berada di tempatnya yang baru itu, Ridwan berangsur-angsur dapat mengendalikan perasaannya yang sempat down akibat kejadian dibatalkannya pertunangan antara dia dan Kintani beberapa
last updateLast Updated : 2022-06-09
Read more

Bab 28. Diselesaikan Secara Damai

“Terima kasih, kami mohon diri dulu,” ucap Kintani. “Ya sama-sama, lain kali berhati-hatilah dalam mengemudi,” saran petugas. “Baik Pak, permisi,” ujar Kintani, setelah bersalaman dengan petugas ia dan Pak Lukman keluar dari kantor itu. Sebelum melangkah tempat di parkirkan mobilnya, Kintani bertemu dengan polantas yang tadi menangani mereka di lokasi kejadian. “Apakah semua urusannya sudah selesai?” tanya polantas itu. “Sudah Pak, terima kasih telah membantu,” ucap Kintani diiringi senyumnya. “Sama-sama, oh ya ini kartu nama saya jika suatu diperlukan berkenaan dengan kejadian tadi, dan saya harap jika urusan kalian sudah benar-benar selesai untuk memberitahukannya kepada saya nanti,” tutur polantas itu dan menyerahkan selembar kartu namanya pada Kintani, mahasiswi cantik itu kembali tersenyum seraya menerima kartu nama itu. “Baik Pak, kami permisi dulu,” petugas polantas itu anggukan kepala balas tersenyum. Kintani, Eva dan Pak Lukman kembali ke pinggiran pantai tempat terja
last updateLast Updated : 2022-06-09
Read more

Bab 29. Bertanggung Jawab

“Terima kasih, Mas. Mari Pak Lukman aku antar Bapak pulang,” ucap Kintani pada Anto, lalu mengajak Pak Lukman untuk diantar pulang ke rumahnya. “Iya Kintani, Mari. Aku pamit ya, Mas Anto,” ujar Pak Lukman. “Iya Pak,” ulas Anto, Pak Lukman dan Kintani berlalu dari tempat usaha kerajinan itu. Apa yang dikatakan Pak Lukman jika rumah kontrakannya tidak jauh dari tempat usaha kerajinan itu memang benar adanya, mereka hanya butuh waktu 3 menit perjalanan untuk tiba di rumah kontrakan itu. “Mari masuk, Kintani,” ajak Pak Lukman. “Assalamualaikum,” ucap Kintani sambil mengikuti Pak Lukman masuk ke dalam rumahnya. “Waalaikum salam,” balas Pak Lukman dan beriringan dengan sahutan dari seorang wanita setengah baya yang berjalan dari ruang tengah rumah itu. “Loh kok cepat pulangnya, Pak? Dagangannya udah habis, ya?” tanya wanita setengah baya itu yang tidak lain adalah istri Pak Lukman bernama Lasmi. Pak Lukman tak segera menjawab, ia mempersilahkan Kintani dan Eva untuk duduk di deretan
last updateLast Updated : 2022-06-10
Read more

Bab 30. Terbongkarnya Rahasia

“Loh, kok kamu malah nangis? Ada apa sih? Apa sebenarnya yang terjadi?” Dila semakin penasaran dan membuat Kintani makin terdesak akan pertanyaannya. “Maafin aku yang selama ini menyembunyikannya dari kalian berdua.” “Menyembunyikan? Emang kamu nyembunyiin apa ke kita?” kali ini Eva ikut penasaran. “Aku tadi nggak konsen nyetir gara-gara ngelamunin Uda Ridwan,” jawab Kintani. “Waduh, kalau kangen jangan dibawa ngelamun sambil nyetir. Bahaya Kintani,” ujar Dila. “Bukan masalah kangennya, tapi ada masalah yang lebih besar dari itu yang membuat hari-hariku sering kepikiran dan bermenung sendiri.” “Masalah besar gimana? Coba ceritain ke kita,” pinta Eva. “Sebenarnya hubunganku dan Uda Ridwan udah kandas, gara-gara orang tua kami membatalkan pertunangan saat libur semester kemarin,” “Apa? Jadi libur semester kemarin kalian berencana bertunangan?” Dila kaget. “Ya, dan acara pertunangan itu dibatalkan oleh orang tua kami. Penyebabnya karena kami sepesukuan, dan di dalam adat-istiada
last updateLast Updated : 2022-06-10
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status