Home / Thriller / KUTUKAN LELUHUR / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of KUTUKAN LELUHUR: Chapter 11 - Chapter 20

279 Chapters

BAB 11-NANAH

Keh keh keh Nenek tersebut kembali terkekeh-kekeh di depanku. Aku yang sudah mengetahui bahwa sosok di depanku ini bukanlah manusia, melainkan wujud dari salah satu makhluk yang menyerupai nenek yang sudah meninggal di dalam gubuk. Aku hanya berdiri dan terdiam karena nenek itu menghalangi jalanku, dengan tangan yang kini sedang memegang obor dan ranting-ranting pohon yang dia bawa di tangan kanannya. Dia hanya terus-menerus tertawa dan menyuruhku untuk berdiam diri di dalam gubuk. “Naha cicing Cu, ulah kaluar bahaya, mendingan cicing we didieu maturan Nini,(Kenapa diam Cu, jangan keluar bahaya, mendingan di sini aja nemenin Nenek,)” Kata sosok nenek tersebut sambil berjalan secara perlahan mendekatiku. “Gak, ini gak bener, aku harus mencari jalan lain agar bisa keluar dan menjauh dari gubuk ini, ” Pikirku. Nenek tersebut kini semakin mendekatiku, langkah kakinya berjalan sangat pelan karena mungkin ranting-ranting pohon yang dia bawa untuk di
Read more

BAB 12-RITUAL

Aku Ingat.Ada salah satu mitos, tentang salah satu hantu yang seringkali menampakan dirinya di dalam Gunung Sepuh, mitos ini berkembang di masyarakat kampung, terutama bagi orang-orang yang menggantungkan hidupnya di dalam hutan.Sesosok makhluk yang mewujudkan dirinya menjadi manusia yang ditemuinya. Dan makhluk itu seringkali menghasut para manusia yang masuk ke dalam Gunung Sepuh dan menjebak mereka di dalamnya.Jurig Korod, atau dalam bahasa indonesianya adalah Hantu Borok. Sesosok hantu yang penuh dengan benjolan-benjolan bernanah dengan belatung-belatung yang ada di sekujur tubuhnya, wujudnya tampak tidak mengerikan. Namun, sangat menjijikan untuk dilihat.Baunya yang busuk menusuk hidung, juga wajahnya yang seringkali berganti. Membuat banyak sekali manusia yang terhasut dan terjebak olehnya. Terkadang, dirinya juga bisa mewujudkan dirinya menjadi sesosok yang tampan atau cantik jelita. Dan menjerat siapa saja yang terpesona oleh waja
Read more

BAB 13-TERSENYUM

“Kamu diam disini, dan jangan sekalipun kamu membuka mata sebelum aku memerintahkannya. ” Kata Kodir yang kini sedang berdiri di salah satu mulut gua di hutan yang gelap itu.Dia kemudian mengeluarkan sebuah nampan kecil, yang di isi oleh segala jenis buah-buahan dan kopi hitam yang sengaja dia seduh dengan air mineral yang dia bawa. Dia juga mengeluarkan tiga buah dupa sebagai pengganti kemenyan yang dibakar dan ditancapkan di tanah.Temannya yang berada di sampingnya hanya berdiri sambil memejamkan mata dengan tubuhnya yang bergetar karena ketakutan. Dan Kodir pun kini terlihat sedang duduk, dan mengangkat kedua tangannya seperti sedang menyembah sesuatu di depan gua tersebut.Beberapa kali dia mengangkat kedua tangannya sambil menundukan kepala dan bergumam seperti sedang membacakan mantra, dan beberapa kali pula dia mengambil tiga dupa yang telah dia tancapkan dan diputar-putar hingga akhirnya di tancapkan kembali di tanah.Dupa dan sesajen, sebuah be
Read more

BAB 14-DI BAWA

Sebuah pemandangan yang aku lihat ini, adalah sebuah pemandangan yang semakin membuatku yakin. Bahwa banyak manusia bodoh diluaran sana yang sengaja mengorbankan dirinya sendiri demi kekayaan dan kejayaan di gunung ini. Cerita-cerita tentang banyaknya ritual di tempat ini pun, aku kini melihatnya dengan kepala dan mataku sendiri. Dan memang itu benar adanya, selain dengan mitos-mitos yang berkembang tentang banyaknya penampakan dan para makhluk yang mendiami tempat ini setiap malamnya. Krosak, Krosak, Aku yang melihat kejadian itu secara seketika mundur secara perlahan dan tidak ingin berdiam diri lebih lama dari apa yang aku lihat. Meskipun, Rasa takut yang aku rasakan tidak sebesar tadi, ketika aku pertama kali ditinggalkan oleh bapakku sendiri ditengah hutan. Apalagi makhluk tersebut sepertinya menyadari kehadiranku yang sedang duduk di semak-semak sambil melihat para manusia yang melakukan ritual di dalam sana, sehingga mau tidak mau, aku
Read more

BAB 15-BODOH

Tidak tahu ada berapa banyak jenis ritual yang ada di Gunung Sepuh ini. Tidak ada yang mengetahui total keseluruhan tempat-tempat ritual yang tersebar di seluruh gunung, mereka hanya datang dan pergi setelah ritualnya selesai. Dan tidak pernah sekalipun mengelilingi gunung hanya untuk mengunjungi tempat-tempat ritual yang ada di dalamnya. Mereka tersebar di beberapa tempat di seluruh gunung, dan semua yang datang ke gunung itu akan diarahkan oleh salah satu makhluk yang sengaja membukakan jalan agar sampai ke tempat ritual tersebut. Tapi, jangan sampai para manusia mencari tempat itu sendirian. Karena, hanya ada sedikit orang yang beruntung untuk bisa menemukan tempat tersebut. Namun, ada banyak orang yang tidak beruntung ketika mereka ingin sekali keluar dari tempat itu ketika mereka sengaja menerobos tempat tersebut. Karena biasanya mereka akan dianggap sebagai penyusup oleh para makhluk karena mereka masuk wilayah kekuasan mereka tanpa izin. Dan hal itu ju
Read more

BAB 16-RUANGAN

Sebuah rumah kayu yang megah, dengan banyaknya obor yang menerangi rumah tersebut. Juga ukiran-ukiran dari kayu yang menghiasi rumah itu yang membuatnya tambah cantik. Memang tidak bisa dibandingkan dengan rumah-rumah yang sudah memakai batu bata di kota-kota besar. Namun menurutku, rumah ini adalah rumah paling mewah yang pernah aku lihat semasa aku hidup di Kampung Sepuh. Kreaaaak Sebuah pintu kayu besar berwarna cokelat tua tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, membiarkan aku dan makhluk tersebut masuk ke dalam rumah tersebut. Aku pun sedikit takjub dengan ruangan di dalam rumah itu, sebuah ruangan yang sangat panjang dengan alas yang terbuat dari batu yang berkilau berwarna hitam yang memantulkan cahaya kemerah-merahan ketika cahaya obor yang ada di dalam ruangan itu tiba-tiba menyala dengan sendirinya. Juga, sebuah karpet yang ditata secara rapi terbuat dari kulit hewan yang memanjang hingga ke ujung dengan ruangan ini terlihat olehku. Bul
Read more

BAB 17-PULANG

Pagi sudah tiba, menggantikan hening dan sunyinya malam yang menemani tidur para warga Kampung Sepuh di bawah selimutnya yang hangat. Kini terlihat, banyak sekali asap-asap mengepul di atas atap-atap mereka, asap yang keluar dari sela-sela genteng dan rumbia, dari tungku di dapur yang menyala dengan suara-suara berisik peralatan masak yang terdengar hingga keluar rumah. Pagi hari Kampung Sepuh tampak sangat sibuk, meskipun matahari belum menampakan sinarnya dengan sempurna. Namun, sudah banyak warga yang bangun dan beraktivitas untuk menyambut hari, meskipun hawa dingin dari pegunungan menusuk kulit di pagi itu. Beberapa dari mereka bahkan membakar beberapa kayu dan ranting-ranting pohon, serta dedaunan kering dan beberapa sampah untuk dibakar di depan rumahnya, sekaligus menghangatkan badan mereka dari hawa dingin yang terasa oleh kulit mereka. Dengan ditemani secangkir kopi panas dan rokok keretek yang selalu mereka bawa, biasanya mereka akan mengha
Read more

BAB 18-SAUNG

Sawah dan ladang yang membentang luas, menjadi salah satu tempat untuk para warga Kampung Sepuh mencari sumber kehidupan setiap harinya. Banyak dari mereka menjadi buruh tani untuk menggarap sawah, banyak juga dari mereka yang menggarap sawahnya sendiri. Juga, banyak yang mencoba mengalihfungsikan lahannya menjadi kebun yang ditumbuhi sayuran juga buah-buahan.Mereka akan menjualnya ke para pengepul ketika panen tiba, beras-beras Kampung Sepuh yang terkenal sangat pulen dan enak apabila di makan pada saat matang dengan ikan asin dan lalapan serta sambal terasi, membuatnya sangat laku di pasaran. Juga sayur-mayur dan buah-buahan segar, yang seringkali mereka kumpulkan dan dijual di pasar induk di kota besar. Sehingga, dari hasil bertani saja sudah bisa mencukupi kehidupan mereka untuk beberapa bulan kedepan. Meskipun, tidak ada hal yang mewah yang bisa mereka dapatkan, mereka hanya bisa hidup sederhana. Dan mengambil sebagian kecil dari hasil panen itu untuk makanan se
Read more

BAB 19-JELANGKUNG

“Wah gila kamu mah Man, di tengah-tengah sawah gini main jelangkung, mana udah jam tiga sore pula ini kita mainnya, ” Kata Rusdi yang bergidik ketakutan karena melihat bungkusan kresek yang Darman bawa. “Tenang aja Rus, emang aku sengaja ngajak kalian ke saung ini untuk main jelangkung ini, selain kita ngobrolin kerjaan. ” “Toh dulu juga kita sewaktu SD sering banget main jelangkung, dan ampe sekarang aman-aman aja Rus, ” Kata Darman dengan santai nya. “Iya kan dulu kita cuman pake koin terus di pegang sama-sama, bisa aja itu bohong kan, karena ada yang gerakin salah satu dari kita. ” “Kalau pake ginian mah serem Man, sengaja kamu ya bikin jelangkung beneran kayak gitu? ” Kata Rusdi sambil nunjuk ke arah keresek yang belum Darman buka sepenuhnya. Parman yang melihat dua kakak tingkatnya berdebat masalah jelangkung ini hanya terdiam. Dia sudah biasa melihat Darman dan Rusdi bertengkar dan beradu pendapat ketika sedang bersama, Darman yang nyele
Read more

BAB 20-BERGERAK

Disebuah saung di tengah sawah, Darman, Rusdi dan Parman terlihat sangat serius dengan sebuah jelangkung di tengah-tengah mereka. Jelangkung yang terlihat menyeramkan dengan sebuah daster putih yang sudah kotor karena berdebu, juga kepalanya yang memakai batok kelapa dan digambar sebuah wajah yang sedang tersenyum oleh Darman dengan spidol yang dia bawa. Mulut mereka terus-menerus bergumam, mereka serempak membacakan mantra pemanggil para makhluk yang nantinya akan masuk ke dalam boneka jelangkung tersebut dan berkomunikasi dengan mereka bertiga. Sudah hampir lima belas menit mereka membacakan mantra. Namun, tidak ada pergerakan sama sekali dari jelangkung itu. Tidak ada sesuatu yang mereka rasakan ketika mereka memegang jelangkung itu, seperti tidak ada satu makhluk pun yang ingin masuk ke dalam boneka jelangkung yang mereka mainkan saat ini. “Kok gak gerak-gerak ya? ” Kata Darman. “Ada yang salah gitu ya dengan mantra pemanggilnya? ” Darman
Read more
PREV
123456
...
28
DMCA.com Protection Status