Home / Thriller / KUTUKAN LELUHUR / BAB 14-DI BAWA

Share

BAB 14-DI BAWA

Author: pujangga manik
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sebuah pemandangan yang aku lihat ini, adalah sebuah pemandangan yang semakin membuatku yakin.

Bahwa banyak manusia bodoh diluaran sana yang sengaja mengorbankan dirinya sendiri demi kekayaan dan kejayaan di gunung ini.

Cerita-cerita tentang banyaknya ritual di tempat ini pun, aku kini melihatnya dengan kepala dan mataku sendiri. Dan memang itu benar adanya, selain dengan mitos-mitos yang berkembang tentang banyaknya penampakan dan para makhluk yang mendiami tempat ini setiap malamnya.

Krosak, Krosak,

Aku yang melihat kejadian itu secara seketika mundur secara perlahan dan tidak ingin berdiam diri lebih lama dari apa yang aku lihat. Meskipun, Rasa takut yang aku rasakan tidak sebesar tadi, ketika aku pertama kali ditinggalkan oleh bapakku sendiri ditengah hutan.

Apalagi makhluk tersebut sepertinya menyadari kehadiranku yang sedang duduk di semak-semak sambil melihat para manusia yang melakukan ritual di dalam sana, sehingga mau tidak mau, aku

pujangga manik

Happy weekend teman-teman Kasian amat, tidak tau apa-apa udah seperti ini... apalagi nanti ketika cerita ini berlanjut, akan semakin dalam dan gelap tentang apa yang harus dia hadapi. Jangan lupa vote dan komen ya satu komentar aja jujur akan membuat saya semangat lagi, soalnya masih kosong nih kolom komen nya. terima kasih

| 2
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Lis Suryati
lanjut ah ngeri ngeri sedep
goodnovel comment avatar
Wawa Nilam
keren, takut tapi berani
goodnovel comment avatar
Prasojo waskithO
ceritanya seru, tapi mahal koin.a,,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 15-BODOH

    Tidak tahu ada berapa banyak jenis ritual yang ada di Gunung Sepuh ini. Tidak ada yang mengetahui total keseluruhan tempat-tempat ritual yang tersebar di seluruh gunung, mereka hanya datang dan pergi setelah ritualnya selesai. Dan tidak pernah sekalipun mengelilingi gunung hanya untuk mengunjungi tempat-tempat ritual yang ada di dalamnya. Mereka tersebar di beberapa tempat di seluruh gunung, dan semua yang datang ke gunung itu akan diarahkan oleh salah satu makhluk yang sengaja membukakan jalan agar sampai ke tempat ritual tersebut. Tapi, jangan sampai para manusia mencari tempat itu sendirian. Karena, hanya ada sedikit orang yang beruntung untuk bisa menemukan tempat tersebut. Namun, ada banyak orang yang tidak beruntung ketika mereka ingin sekali keluar dari tempat itu ketika mereka sengaja menerobos tempat tersebut. Karena biasanya mereka akan dianggap sebagai penyusup oleh para makhluk karena mereka masuk wilayah kekuasan mereka tanpa izin. Dan hal itu ju

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 16-RUANGAN

    Sebuah rumah kayu yang megah, dengan banyaknya obor yang menerangi rumah tersebut. Juga ukiran-ukiran dari kayu yang menghiasi rumah itu yang membuatnya tambah cantik. Memang tidak bisa dibandingkan dengan rumah-rumah yang sudah memakai batu bata di kota-kota besar. Namun menurutku, rumah ini adalah rumah paling mewah yang pernah aku lihat semasa aku hidup di Kampung Sepuh. Kreaaaak Sebuah pintu kayu besar berwarna cokelat tua tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, membiarkan aku dan makhluk tersebut masuk ke dalam rumah tersebut. Aku pun sedikit takjub dengan ruangan di dalam rumah itu, sebuah ruangan yang sangat panjang dengan alas yang terbuat dari batu yang berkilau berwarna hitam yang memantulkan cahaya kemerah-merahan ketika cahaya obor yang ada di dalam ruangan itu tiba-tiba menyala dengan sendirinya. Juga, sebuah karpet yang ditata secara rapi terbuat dari kulit hewan yang memanjang hingga ke ujung dengan ruangan ini terlihat olehku. Bul

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 17-PULANG

    Pagi sudah tiba, menggantikan hening dan sunyinya malam yang menemani tidur para warga Kampung Sepuh di bawah selimutnya yang hangat. Kini terlihat, banyak sekali asap-asap mengepul di atas atap-atap mereka, asap yang keluar dari sela-sela genteng dan rumbia, dari tungku di dapur yang menyala dengan suara-suara berisik peralatan masak yang terdengar hingga keluar rumah. Pagi hari Kampung Sepuh tampak sangat sibuk, meskipun matahari belum menampakan sinarnya dengan sempurna. Namun, sudah banyak warga yang bangun dan beraktivitas untuk menyambut hari, meskipun hawa dingin dari pegunungan menusuk kulit di pagi itu. Beberapa dari mereka bahkan membakar beberapa kayu dan ranting-ranting pohon, serta dedaunan kering dan beberapa sampah untuk dibakar di depan rumahnya, sekaligus menghangatkan badan mereka dari hawa dingin yang terasa oleh kulit mereka. Dengan ditemani secangkir kopi panas dan rokok keretek yang selalu mereka bawa, biasanya mereka akan mengha

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 18-SAUNG

    Sawah dan ladang yang membentang luas, menjadi salah satu tempat untuk para warga Kampung Sepuh mencari sumber kehidupan setiap harinya. Banyak dari mereka menjadi buruh tani untuk menggarap sawah, banyak juga dari mereka yang menggarap sawahnya sendiri. Juga, banyak yang mencoba mengalihfungsikan lahannya menjadi kebun yang ditumbuhi sayuran juga buah-buahan.Mereka akan menjualnya ke para pengepul ketika panen tiba, beras-beras Kampung Sepuh yang terkenal sangat pulen dan enak apabila di makan pada saat matang dengan ikan asin dan lalapan serta sambal terasi, membuatnya sangat laku di pasaran. Juga sayur-mayur dan buah-buahan segar, yang seringkali mereka kumpulkan dan dijual di pasar induk di kota besar. Sehingga, dari hasil bertani saja sudah bisa mencukupi kehidupan mereka untuk beberapa bulan kedepan. Meskipun, tidak ada hal yang mewah yang bisa mereka dapatkan, mereka hanya bisa hidup sederhana. Dan mengambil sebagian kecil dari hasil panen itu untuk makanan se

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 19-JELANGKUNG

    “Wah gila kamu mah Man, di tengah-tengah sawah gini main jelangkung, mana udah jam tiga sore pula ini kita mainnya, ” Kata Rusdi yang bergidik ketakutan karena melihat bungkusan kresek yang Darman bawa. “Tenang aja Rus, emang aku sengaja ngajak kalian ke saung ini untuk main jelangkung ini, selain kita ngobrolin kerjaan. ” “Toh dulu juga kita sewaktu SD sering banget main jelangkung, dan ampe sekarang aman-aman aja Rus, ” Kata Darman dengan santai nya. “Iya kan dulu kita cuman pake koin terus di pegang sama-sama, bisa aja itu bohong kan, karena ada yang gerakin salah satu dari kita. ” “Kalau pake ginian mah serem Man, sengaja kamu ya bikin jelangkung beneran kayak gitu? ” Kata Rusdi sambil nunjuk ke arah keresek yang belum Darman buka sepenuhnya. Parman yang melihat dua kakak tingkatnya berdebat masalah jelangkung ini hanya terdiam. Dia sudah biasa melihat Darman dan Rusdi bertengkar dan beradu pendapat ketika sedang bersama, Darman yang nyele

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 20-BERGERAK

    Disebuah saung di tengah sawah, Darman, Rusdi dan Parman terlihat sangat serius dengan sebuah jelangkung di tengah-tengah mereka. Jelangkung yang terlihat menyeramkan dengan sebuah daster putih yang sudah kotor karena berdebu, juga kepalanya yang memakai batok kelapa dan digambar sebuah wajah yang sedang tersenyum oleh Darman dengan spidol yang dia bawa. Mulut mereka terus-menerus bergumam, mereka serempak membacakan mantra pemanggil para makhluk yang nantinya akan masuk ke dalam boneka jelangkung tersebut dan berkomunikasi dengan mereka bertiga. Sudah hampir lima belas menit mereka membacakan mantra. Namun, tidak ada pergerakan sama sekali dari jelangkung itu. Tidak ada sesuatu yang mereka rasakan ketika mereka memegang jelangkung itu, seperti tidak ada satu makhluk pun yang ingin masuk ke dalam boneka jelangkung yang mereka mainkan saat ini. “Kok gak gerak-gerak ya? ” Kata Darman. “Ada yang salah gitu ya dengan mantra pemanggilnya? ” Darman

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 21-MENCARI

    Sore hari menjelang, cahaya-cahaya kemerahan kini mulai muncul di ufuk barat. Bersamaan dengan turunnya matahari melewati awan-awan putih yang kini tampak berwarna merah tua. Sorotan cahaya dari matahari sore terlihat di antara awan-awan tersebut, juga banyak sekali kelelawar yang hilir mudik dan terbang di sekitar kampung sebagai tanda bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk mencari makan. Kelelawar-kelelawar hitam yang berjumlah ratusan itu pun mengelilingi Gunung Sepuh. Saking banyaknya, mereka bergerombol dan terbang ke sana kemari hingga menutupi langit sore di atas gunung. Namun, hal itu tidak menjadikan sesuatu hal yang mengerikan di Kampung Sepuh, para warga sudah terbiasa dengan pemandangan yang seperti ini. Pemandangan yang akan jarang sekali dilihat oleh orang-orang yang tinggal di perkotaan, dan hal itu menjadi suatu ciri khas yang hanya bisa terlihat di Kampung Sepuh di setiap sorenya. Aku kini sedang duduk-duduk di depan warung, sambil me

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 22-DUDUK

    Sinar matahari semakin lama semakin redup, yang tersisa hanyalah warna merah kehitaman yang menutupi langit pada sore itu. Seperti berusaha untuk tetap memancarkan sinarnya, meskipun sang bulan dan bintang timur sudah perlahan muncul dan menggantikan cahayanya untuk menerangi malam. Di tengah sawah, terlihat tiga orang yang sedang berjalan perlahan dengan obor yang dan lampu minyak yang mereka bawa dari warung sebagai penerang jalan. Rasa takut, rasa gundah dan rasa khawatir karena salah satu teman mereka yang tiba-tiba hilang membuat mereka berteriak sepanjang jalan. Meneriakan nama teman mereka dengan harapan teman mereka yang hilang itu akan menjawab teriakan mereka. “DARMAAAAAAANNN!!” “A DARMAAAAAAAAAN!!” Rusdi dan Parman terus-menerus berteriak sepanjang sawah itu, beberapa kali mereka mencari di kebun, mencari di tumpukan jerami dan saung-saung. Juga mencari di kolam-kolam ikan yang ada di pinggir jalanan tersebut. “Kalian itu su

Latest chapter

  • KUTUKAN LELUHUR   Extra bab-TAMAT

    Pemakaman Kampung Sepuh kini lebih ramai daripada biasa, meskipun sekarang sudah masuk hari kedua lebaran di tahun 2022. Namun masih banyak orang-orang yang berdatangan dan berziarah ke makam keluarga dan teman mereka di kampung ini. Kampung Sepuh yang awalnya sepi tiba-tiba mendadak ramai, para warga yang bekerja di kota-kota besar kini kembali pulang untuk menikmati suasana lebaran yang kini lebih bebas dari dua tahun sebelumnya, sehingga para warga yang dulu tidak bisa mudik akibat pandemi kini bisa pulang ke rumah dan berkumpul kembali dengan keluarga mereka yang menunggunya di kampung. Sedangkan aku (penulis), kini sedang duduk di samping makam Bu Esih, Pak Amat, juga Pak Darsa dan leluhurnya di pemakaman Kampung Sepuh. Ku lihat pula beringin yang di dalam cerita Warung Tengah Malam terbakar habis kini sudah mulai tumbuh daun-daun baru, dan mungkin saja beberapa tahun lagi beringin yang ada di pemakaman itu sudah kembali tumbuh dan rindang seperti sedia kala. “Oh jadi begitu Ma

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 283-WARUNG TENGAH MALAM

    Beberapa kali aku mengalami kejadian yang seperti ini, batuk-batuk dan muntah darah, lalu dibarengi oleh mata yang berkunang-kunang dan akhirnya aku terjatuh dan tidak sadarkan diri di tanah.Tubuhku semakin menua, staminaku tidak lagi seperti dulu, mungkin inilah kekurangan dari manusia. Mereka tidak bisa mempertahankan stamina ketika umurnya sudah semakin tua. Sehingga, sehebat apapun mereka, tetap saja apabila stamina mereka di kuras habis maka akan ambruk juga.Esih yang curiga dengan keadaanku kini semakin khawatir akan keadaanku menyarankan aku untuk tidak terus-menerus mencari jawaban dari misteri ini ke Gunung Sepuh.Namun, meskipun aku sudah melepas Ujang untuk tinggal di kota besar dan tidak mengharapkan dia pulang kembali ke Kampung Sepuh ini. Tetap saja, rasa khawatir akan kutukan ini masih saja memenuhi pikiranku pada saat itu.Meskipun kondisiku semakin melemah, tapi aku tidak putus asa. Apalagi kini aku mempunyai teman sekaligus sahabat, yaitu Aki Karma. Pemimpin sebuah

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 282-BEKERJA KERAS

    Tak terasa, obrolan yang terjadi di warung itu kini aku simpan dalam pikiranku. Rasa ingin menyelesaikan sesuatu yang seharusnya aku selesaikan dengan segera akhirnya membuatku semakin memaksakan diriku untuk masuk ke dalam Gunung Sepuh di setiap harinya. Bahkan saking seringnya, ketika ada tamu yang meminta bantuan untuk permasalahan yang dia miliki, dia harus menungguku pulang terlebih dahulu atau nanti aku akan mendatangi rumahnya ketika mereka tidak menemukanku di warung atau dirumah pada saat itu. Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun tak terasa aku lewati. Aku sudah mencoba berbagai cara, bahkan kini warung seringkali aku tinggalkan dan ketika aku pulang ketika pagi tiba, aku melihat warung tampak berantakan, karena mungkin para makhluk yang datang tidak menemukan ku di dalam warung untuk aku layani pada malam itu. Aku yang kini lebih bisa menerima para makhluk yang ada tinggal di luar Gunung Sepuh, aku seringkali bertanya kepada mereka tentang situasi Gunu

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 281-SEKOLAH

    Ujang, anak yang aku sayangi rupanya tumbuh dengan sehat dan kuat. Aku dan Esih sepakat untuk tidak memberitahu kepadanya tentang warung ini yang sebenarnya.Dia yang selalu bertanya setiap malam ketika dirinya tidak boleh ke warung ketika malam tiba, dan pertanyaan itu dijawab oleh Esih bahwa aku yang menjaga warung setiap malam harus berjuang keras untuk bisa menyekolahkan dirinya sehingga membuka warung di pagi dan siang hari pun tidaklah cukup untuk bisa menyekolahkan dia ke jenjang yang lebih tinggi.Apalagi, ketika malam tiba, Esih seringkali memberikan cerita pengantar tidur, mencoba memberinya cerita-cerita seram seperti tentang tuyul, genderuwo, pocong, kuntilanak, juga para makhluk-makhluk yang seringkali menculik manusia, ketika Ujang masih belum tidur di dalam rumah meskipun malam sudah larut.Esih tahu, bukannya dia menakut-nakuti Ujang, tapi Esih sengaja memberikan cerita itu agar Ujang bisa tertidur dan tidak menanyakan lagi tentang kondisi warung serta kejanggalan-keja

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 280-GELANG

    Malam ini, aku sengaja keluar meninggalkan warung dan membiarkannya tampak kosong. Aku sudah tidak tahu terakhir kali aku meninggalkan warung. Terakhir kali aku meninggalkan warung, ketika Wawan menghilang di persawahan ketika sedang bermain dengan teman-temannya, dan akhirnya aku menemukan tubuhnya yang tampak sedang di asuh oleh salah satu makhluk yang bernama kalong wewe yang menganggap Wawan adalah anaknya. Aku berusaha mengambilnya kembali, meskipun perjuangan tampak tidak mudah, karena aku harus melewati Leuwi Jurig yang dipenuhi oleh makhluk yang bernama lulun samak ketika malam tiba. Meskipun begitu, akhirnya Wawan selamat. Aku menggendongnya ke Kampung Sepuh tepat ketika pagi menjelang, ketika para kelelawar kembali ke Gunung Sepuh untuk beristirahat dan mentari pagi dengan sinarnya yang merah ke kuning-kuningan muncul di belakang Gunung Sepuh yang menjulang di pagi itu. Kini, aku kembali keluar. Mencoba sesuatu yang mungkin saja bisa membantuku untuk mencari keberadaan ma

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 279-BERTAHAN

    Kehidupan Kampung Sepuh akhirnya berjalan kembali seperti biasa, para warga kembali ke ladang dan sawahnya setiap pagi, dan akan mampir ke warung untuk mengobrol dan bercengkrama tentang apa yang terjadi di hari itu, pada sore harinya sepulang dari ladang dan sawah. Banyak hal yang mereka ceritakan, tentang kejadian-kejadian yang ada di sekitar mereka, tentang berita-berita politik yang susah sekali sampai ke tempat mereka, juga tentang gosip-gosip yang ada di sekitar mereka. Rokok dan kopi serta jajanan dan cemilan-cemilan menemani mereka ketika berkumpul di depan warung di sore itu. Rusdi, Darman , Parman, juga warga lainnya berkumpul dan saling bercengkrama satu sama lain. Sebuah hal yang jarang terjadi di kota-kota besar menurut Darman. Darman yang kembali lagi setelah bertahun-tahun tinggal di kota kini merasakan kembali kehangatan warga Kampung Sepuh yang masih akrab dengannya, Darman pun seringkali membicarakan situasi politik pada saat itu yang kacau balau, banyak pabrik ya

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 278-PUAS

    Rasa dingin yang menusuk kulit kini aku rasakan kembali di depan warung yang sangat sunyi dan sepi ini, kejadian yang terjadi dalam seminggu yang lalu membuatku banyak berpikir tentang apa yang aku hadapi di dalam Gunung Sepuh yang gelap itu. Fuhhhhhhhh Asap tebal mengepul keluar dari mulutku, aku yang kembali beraktifitas seperti biasa kini duduk di depan warung seperti biasa. Menikmati suasana malam yang ada di depan warung ini sambil menghisap rokok kretek yang menjadi teman satu-satunya bagiku di setiap malamnya. Aku kembali banyak melamun atas kejadian yang menimpaku pada saat itu, keilmuan yang aku pelajari dan aku asah, rupanya masih belum cukup untuk menjaga keluargaku, bahkan untuk menjaga Kampung Sepuh yang sudah dipercayakan oleh leluhurku sewaktu dia mendapatkan kutukan ini. Apalagi, dibalik rasa senang dan haru ketika Ujang lahir di dunia ini, ada rasa khawatir yang semakin lama semakin besar, rasa yang muncul apabila dia harus menjadi seseorang yang sepertiku, terkeka

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 272-BUKAN MIMPI

    “Enggak, enggak, enggak, kamu bukan manusia, kamu bukan karyawanku!”“Mana karyawanku semua, karyawan yang shift malam yang seharusnya bekerja di tempat ini sekarang?”Doni benar-benar panik karena di depannya terlihat sebuah sosok yang tidak dia kenali, wajahnya yang tampak hancur kini terlihat jelas ketika cahaya dari korek apinya menyinari dirinya dari dekat.Doni beberapa kali berteriak memanggil karyawan yang seharusnya bekerja di shift malam pada malam ini, tubuhnya yang awalnya tidak bergerak kini mendadak kaku sehingga dia tidak melarikan diri dan keluar dari ruangan produksi tersebut.“Kenapa, Bapak tidak mengakui kami sebagai karyawan lagi?” Kata sosok itu yang kini tersenyum dengan giginya yang hancur dan menyisakan beberapa gigi yang masih tersisa di dalam wajahnya yang remuk dan tidak berbentuk itu.“Bapak tidak ingat, aku adalah orang yang terkena mesin ini Pak sehingga wajahku hancur, aku seperti didorong oleh sesuatu yang membuat kepalaku terkena mesin press dan mening

  • KUTUKAN LELUHUR   BAB 271-PABRIK

    Sudah beberapa hari ini, Doni termenung di meja kerjanya, surat-surat resign yang dia terima dari bagian HRD pabriknya kini berserakan di mejanya.Semenjak kejadian itu, karyawan Doni banyak sekali yang mengundurkan diri, tidak hanya karyawan produksi yang selama ini mengawasi mesin-mesin besar untuk pabriknya, namun banyak juga staf-staf di divisi tertentu yang tiba-tiba resign dengan berbagai alasan.Meja Doni kini tampak berantakan, kertas-kertas coretan yang bertumpuk dengan file-file berkas tentang laporan penjualan yang kini menurun akibat kekurangan staf dan pekerja kini memenuhi sebagian meja kerjanya pada saat itu.Alat-alat tulis yang awalnya rapi pun kini berserakan tidak karuan, Doni yang awalnya menyukai kerapihan dan kesempurnaan kini mendadak tidak peduli dengan ruangan kerjanya sendiri. Bahkan, dia lebih banyak termenung sekarang, menyesali semua perbuatannya yang dia lakukan beberapa hari yang lalu.Jujur, dia bukan menyesal karena dia melakukan hal itu, namun dia men

DMCA.com Protection Status