Home / Romansa / Kehidupan Kedua / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kehidupan Kedua: Chapter 61 - Chapter 70

80 Chapters

61. Sudah Ada Janji

Karenia berjalan ke taman yang ada di belakang Kantor Wijaya. Berusaha untuk menenangkan dirinya.Bayang-bayang mengenai betapa marahnya Jevano tadi benar-benar menghantuinya. Suara Jevano yang berat bahkan membuat Karenia gemetar hanya untuk sekadar mengingatnya.Tidak hanya itu. Peristiwa tadi juga mengingatkan Karenia Winata dengan masa lalunya.'Beraninya kamu memakan makanan Ibu?! Ibu sudah tidak punya uang lagi untuk makan, Sialan!''Ampun, Ma. Karen lapar sekali. Karen belum makan dari pagi…''Sudahlah, sekarang kamu keluar! Dasar anak sialan!'Kilasan memori tidak menyenangkan itu membuat Karenia merasakan napasnya sesak. Almarhumah Mama … memang meninggalkan luka yang cukup dalam di benaknya. Hingga Karenia selalu saja diserang rasa panik tatkala ia mengingat Beliau tanpa sengaja."Nona? Nona, kamu baik-baik saja?"Seseorang memegang bahu Karenia dengan hati-hati. Membuat gadis dengan rambut panjang bergelombang itu mengangkat paras cantiknya. Manik mata kelamnya bertatapan d
last updateLast Updated : 2022-06-30
Read more

62. Siomay Babeh

Kantor Sanjaya masih cukup ramai dengan para karyawannya, meski jam pulang kantor sudah tiba sejak beberapa menit sebelumnya. Nadisa berjalan di samping Narendra Bagaskara, mulai meninggalkan kantor mereka. Kali ini, Nadisa telah mengabari supirnya, Pak Asep, bahwa ia akan pulang seorang diri, tanpa jemputannya.Ah, bukan sendiri sih sebenarnya. Melainkan bersama dengan Narendra. Lelaki manis itu tadi sudah menawarkan diri untuk mengantarkan Nadisa pulang ke kediaman Sanjaya.Kedua manusia itu mulai berjalan menyusuri trotoar di tepi jalan raya. Narendra memposisikan dirinya di bagian yang dekat jalan, tidak mau ambil risiko jika Nadisa terluka karena kendaraan yang melintasi di sisi mereka berdua.Tin! Tin!Mobil yang melintas di sisi Narendra membunyikan klaksonnya. Hingga Nadisa terlonjak kaget karena mendengarnya."Eh, kamu nggak apa-apa, Naren?" tanya Nadisa dengan panik. Takut jika mobil tadi menyerempet sang Adam di sampingnya."Iya, tidak apa-apa. Memang beginilah jalan raya.
last updateLast Updated : 2022-07-03
Read more

63. Pelajaran dari Jevano

Nadisa kini sudah duduk di kursi yang memang disediakan oleh Babeh. Pun Nadisa ditemani Narendra yang duduk di hadapannya. Sang gadis Sanjaya menyuap siomay terakhir yang tersisa di piring putihnya. Kemudian mengunyahnya seraya menggoyangkan kepala ke kiri dan kanan. Terlihat sangat senang."Enak, Nadisa?" tanya Narendra seraya menahan senyumnya.Nadisa mengangguk dengan antusias. "Uhm! Enak sekali! Siomay ini bahkan lebih enak dibandingkan siomay yang ada di restoran!"Babeh yang tidak sengaja mendengarnya pun tersenyum lebar. "Weits, siomay Babeh gitu loh! Emang kagak ada yang bisa ngalahin!"Nadisa dan Narendra tertawa. Babeh memang orang yang percaya diri dan suka bercanda. Pembawaan Beliau yang ramah juga lama kelamaan membuat Nadisa nyaman, meski awalnya kaget karena Babeh terlihat terlalu agresif saat bicara.Narendra bangkit dari kursinya. Kemudian mengeluarkan dompetnya dari kantung celana. Berniat membayar makanan mereka."Naren, biar aku bayar–""Aku saja, Nadisa."Babeh t
last updateLast Updated : 2022-07-05
Read more

64. Belum Pergi

Sempat mematung karena perintah sang Tuan Muda yang kelewat gila itu, Haikal akhirnya tersentak ketika Jevano berkata dengan nada kesalnya. Cenderung memaksa Haikal untuk mematuhi perintahnya."Cepat, Haikal!"Maka lelaki berkulit sawo matang itu segera menarik Narendra Bagaskara bersamanya. Setengah menyeret, agar sang Bagaskara dapat dengan cepat ia bawa. Lalu bersembunyi di dalam gang yang berada dekat dengan minimarket itu.Haikal membekap mulut Narendra."Tolong diam ya. Tuan saya bisa lebih marah lagi jika kamu mengacaukan urusannya." Haikal bergumam pelan.Sang lelaki Bagaskara yang sudah babak belur hanya bisa terdiam. Untuk melepaskan bekapan tangan Haikal dari mulutnya saja ia tidak mampu. Apalagi untuk membalas Haikal dan Jevano.Kedua manik mata sayu milik Narendra memandangi jalanan di luar gang sana. Dalam hati, ia mengkhawatirkan Nadisa. Apakah gadis itu akan baik-baik saja?Di sisi lain, Jevano Putra Hartono menyugar rambutnya ke belakang. Berusaha memperoleh ketenanga
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

65. Suara Misterius di Jendela

Jevano melangkah keluar dari mobilnya, tepat saat Haikal juga tiba di kediaman Hartono. Jevano tidak mengindahkannya. Dengan senyuman di bibirnya, Jevano hendak memasuki kediamannya untuk segera beristirahat. Mengingat kini waktu telah menunjukkan pukul tengah malam."Tuan Muda," panggil Haikal. Jevano menghentikan langkah. Lalu menoleh dengan alis kanan yang sedikit terangkat. "Hm?""Saya sudah mengantarkan lelaki yang Tuan pukuli tadi ke rumah sakit dan membayar pengobatannya. Tapi saya khawatir, Tuan. Bukankah Tuan sudah keterlaluan?" tanya Haikal.Jevano mengernyitkan dahi."Kamu mau melawanku?" tanya Jevano singkat.Haikal menggoyangkan tangannya dengan panik. "Bukan begitu, Tuan. Saya hanya takut, jika lelaki tadi akan menimbulkan masalah untuk Tuan. Apalagi jika dia buka suara ke media."Jevano mengembuskan napas panjang. Ia mengambil langkah mendekatk Haikal, kemudian menepuk bahu ajudannya itu. Kedua mata gelap milik Jevano menatap tajam pada Haikal."Maka tugasmu untuk memb
last updateLast Updated : 2022-07-24
Read more

66. Syarat untuk Dimaafkan

Bukannya menjawab pertanyaan Nadisa dengan segera, Narendra Bagaskara justru kembali mengangkat kertas karton yang ia bawa. Kertas bertuliskan, "Bisa kita bicara?" dengan tulisan kapital semua.Nadisa menghela napas singkat. Gadis cantik dengan piyama lengan pendek dan celana panjang hitam itu menutup gordennya. Membuat Narendra terdiam di tempatnya.Kedua tangan yang awalnya mengangkat kertas karton tinggi-tinggi kini seakan kehilangan tenaga. Narendra menundukkan pandangannya.Sepertinya, Nadisa tidak mau bicara padanya.Padahal, Narendra sudah jauh-jauh datang ke rumah sang dara dengan tumbuh yang masih dipenuhi banyak luka. Hadiah dari Jevano Putra Hartono beberapa waktu lalu.Narendra meremas kertas karton di tangannya. Menyalurkan rasa kecewa. Ia pun memutar tubuhnya. Hendak pergi meninggalkan kediaman Sanjaya.Tapi tiba-tiba saja, pintu depan kediaman Sanjaya terbuka. Krieeet! Menampilkan sosok gadis yang Narendra tunggu kehadirannya. Hingga Narendra langsung mengembangkan seny
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

67. Berjuanglah, Bro!

Nadisa Tirta Sanjaya memegang dua pakaian di tangannya. Satu adalah sebuah tanktop berwarna merah muda dan satu lagi adalah pakaian sabrina off shoulder berwarna lilac. Nadisa memperhatikan pantulan dirinya di hadapan cermin. Menimbang-nimbang harus memilih yang mana.Di saat yang sama, telepon genggam Nadisa yang tergeletak di nakas bergetar. Drrr! Drrr! Menandakan ada sebuah pesan yang masuk di sana.Nadisa kemudian melemparkan tanktop miliknya ke atas ranjang. Hanya menyisakan pakaian sabrina di tangannya. Baru kemudian Nadisa mengambil telepon genggamnya.'Nadisa, ini aku Narendra Bagaskara. Aku akan menunggu di halte dekat rumahmu. Sampai jumpa nanti, Nadisa.'Ah, pesan dari Narendra rupanya. Setelah kejadian kemarin, mereka berdua memang memutuskan untuk saling bertukar kontak. Untuk memudahkan komunikasi di antara keduanya. Senyum Nadisa tidak bisa luntur dari bibirnya, tatkala membaca rentetan kata yang dikirimkan oleh sang Bagaskara. Narendra memang sangatlah sopan, bahkan tu
last updateLast Updated : 2022-08-21
Read more

68. Kebohongan Nadisa

Nadisa Tirta Sanjaya menuruni tangga rumahnya dengan sangat riang gembira. Ia bahkan bersenandung kecil, menyanyikan lagi kesukaannya tentang cinta. Hingga Nadisa akhirnya sampai di lantai satu kediamannya."Disa Sayang? Mau ke mana kamu? Kok sudah cantik sekali?"Pertanyaan itu terlontar dari Mama Ayu yang sedang meletakkan beberapa piring di atas meja makan. Beliau tampak tersenyum senang menyambut putrinya yang cantik jelita. Mama Ayu bahkan tidak sadar, kalau pertanyaannya telah membuat Nadisa menahan napas karena rasa kagetnya.Gadis itu menghindari tatapan mata sang Mama. Ia melihat ke objek lainnya saja. Mulai dari meja makan, lantai, hingga arah ruang tamunya. Apa saja, asalkan Nadisa dapat lolos dari tatapan mata Mama Ayu."I-itu…" Nadisa menjawab dengan terbata. Tapi belum sempat sang dara merampungkan jawabannya, Mama Ayu sudah kembali buka suara."Apa kamu akan jalan-jalan dengan Jevan, Disa?" tanya Mama Ayu dengan wajah yang tersenyum sumringah. Jelas Beliau berpikir sepe
last updateLast Updated : 2022-08-28
Read more

69. Alasan di Balik Kebohongan

Mama Ayu kontan merasa bingung. Wanita cantik itu bahkan sampai menatap Jevano dengan dahi yang berkerut dalam."Lho? Bukannya Nak Jevan seharusnya bertemu dengan Disa di halte?" tanya Mama Ayu.Mendapat pertanyaan seperti itu, Jevano pun ikut dibuat bingung. Lelaki tampan itu bahkan sampai terdiam beberapa saat karena tidak memahami kondisi yang sedang terjadi."Maksud Tante?" tanya Jevano."Iya, tadi Disa bahkan terlihat terburu-buru, katanya takut membuat kamu menunggu." Mama Ayu menjelaskan."Ah, begitukah?" tanya Jevano pelan.Sedikit banyak, Jevano menebak-nebak apa yang sedang terjadi. Mungkin Nadisa menyembunyikan sesuatu? Hingga Nadisa harus berbohong pada mamanya sendiri?"Benar. Mungkin Nak Jevan lupa, ya, kalau membuat janji dengan Disa untuk bertemu di halte, bukan di rumah ini?" tebak Mama Ayu dengan senyuman teduhnya.Jevano terkekeh pelan, lebih terkesan seperti tawa yang hambar. Ia arahkan tangan kanannya untuk menggaruh belakang kepalanya, meski sama sekali tidak gat
last updateLast Updated : 2022-09-11
Read more

70. Lacak

Langit Kota Jakarta terlihat cerah hari ini. Mentari bersinar cukup terik, tetapi udara di sekitar masih cukup nyaman untuk sekadar berjalan-jalan di area dekat pantai. Ah, mungkin saja Tuhan memang mendukung agenda jalan-jalan yang Nadisa dan Narendra lakukan.Ya, keduanya sedang mengunjungi pantai di utara Kota Jakarta. Sesuai dengan permintaan yang dimiliki oleh sang gdis Sanjaya."Kita mau ngapain sekarang, Nadisa?" tanya Narendra.Nadisa sedikit terbelalak. "K-kita?"Narendra mengangguk. "Iya, kita. Aku dan kamu. Kita, 'kan?" tanya Narendra dengan bingung.Sebuah kembang api terasa meledak di dalam kepala Nadisa. Kita. Narendra baru saja menyebut dirinya dan Nadisa sebagai kita. Hanya hal kecil, tapi kenapa terasa begitu menyenangkan?"Nadisa?" panggil Narendra karena Nadisa tak kunjung buka suara."Es krim! Es krim! Bagaimana kalau kita makan es krim? Waktu itu 'kan kita mau makan es krim, tapi belum sempat karena kamu yang terlanjur pergi ke tempat Lele." Nadisa menjelaskan den
last updateLast Updated : 2022-10-09
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status