Home / Pernikahan / Salah Sebut Nama / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Salah Sebut Nama: Chapter 31 - Chapter 40

75 Chapters

Bab 31 Wanita Picik

Sewaktu Kamila pulang ke Bandung.Setiba di rumahnya, Kamila marah-marah karena mendapati ruangan hampir kosong. Barang-barang seperti sofa, kulkas, AC dan sebagainya ternyata sudah dilelang oleh suaminya.“Aish … dasar kurang aj*r! Sudah meras, masih saja jualin barang-barang. Kenapa aku enggak gugat cerai dari dulu, sih?” Kamila mendumbel sendiri.Namun setelah lelah perjalanan ia tidak bisa rehat begitu saja. Karena ia harus kerja dan hari ini kebagian shif malam. Seperti biasa penampilannya selalu cetar meski hanya seorang resepsionis hotel. Kemungkinan nanti ia tidak bisa sekeren dan semodis ini lagi, sebab Kanaya sudah tak sudi membantu keungannya. Elang juga sama, sudah benar-benar membuang dirinya.Sesampai di tempat kerja, ia juga malah kena semprot atasan gara-gara kemarin bolos kerja.“Pak, tapi saya sudah izin,” kilahnya.“Iya, kamu izin hanya dua hari. Nyatanya kamu enggak masuk kerja berapa hari, hah?”“Saya kan sakit.”“Alasan. Pokoknya tidak bisa. Enak saja kam
last updateLast Updated : 2022-06-02
Read more

Bab 32 Masa Lalu

Bukannya Bima tidak berani membalas, ia mampu melakukan lebih dari yang Beni lakukan. Namun hal tersebut hanya akan terus memperkeruh keadaan. Maka dari itu ia putuskan untuk meredam gejolak amarah dan pergi lagi meninggalkan rumah.“Dasar cemen, lu!” ejek Beni.Bima yang sempat mendengar tidak peduli. Ia melanjutkan langkah dan masuk ke mobilnya lagi. Meski belum tahu mau kemana, tetap roda empatnya dikemudikan.Sementara Beni sedang menatap lekat Melinda.“Honey, ada apa? Kenapa melihatku seperti itu?”“Baby, apa kamu masih mencintai Bima?” tanya Beni tiba-tiba.Sontak Melinda terlonjak hingga mengikis jarak. “Kenapa bertanya seperti itu Honey?”“Aku hanya ingin tahu saja.” Beni berujar masih dengan menatap Melinda.Melihat suaminya seperti itu, ia merasa gusar. Lantaran perasaannya untuk Bima jangankan padam, malah semakin menyala setelah bertemu kembali.“Honey, kamu kan tahu aku bahkan lebih memilihmu padahal sudah bertunangan dengan dia. Itu artinya kamu teramat istimewa,” tutur
last updateLast Updated : 2022-06-02
Read more

Bab 33 Ganjaran

“Awas kau!”Kanaya gegas pergi ke rumah Mira. Benar ternyata acara pengajian baru saja selesai. Ibu-ibu kompleks yang hadir tengah bersantai menikmati kue-kue yang Mira suguhkan sambil mengobrol.Saat Kanaya membaca salam, semua mata menoleh ke sumber suara.“Eh, Mbak Naya.” Ibu-ibu menyapa.Kanaya tersenyum dan duduk di tengah tamu yang hadir. Ia juga mengucapkan terima kasih. Sementara Kamila menunduk dalam tak berani melirik kakaknya. Rasa bersalah dan ketakutan bercampur aduk di hatinya.Ini adalah kesempatan Kanaya mempermalukan wanita murahan tersebut. Bukannya ia mau membuka aib rumah tangga sendiri, tetapi sudah terlanjur memalukan. Anak-anak pun sudah tahu, jadi tidak masalah kalau ibu komplek sini tahu juga. Cepat lambat status janda akan disandang Kanaya. Orang-orang pasti mempertanyakan apa yang sebabkan perceraian. Intinya sekarang atau nanti, mereka akan tahu. Kanaya hanya memprecepat jalannya.“Eh, kamu Mila? Kakak pikir ibu komplek,” sapa Kanaya so terkejut.Kam
last updateLast Updated : 2022-06-02
Read more

Bab 34 Panti

Beberapa bulan yang lalu setelah tiga minggu koma, akhirnya Alya siuman. Itu adalah sebuah momen yang sangat disyukuri oleh orang-orang yang mencintainya. Perlahan ia pun pulih dari segala rasa sakitnya. Termasuk rasa sakit yang papanya torehkan. Alya memilih memaafkan. Bukan tanpa sebab.Selama koma, meski ia tak bisa terbangun apalagi bergerak, alam bawah sadarnya seperti terus mendengar suara tangis juga penyesalan dari Elang. Ya, Alya percaya akan janji papanya yang tak akan berkhianat lagi.Kepulangan Alya dari rumah sakit membuat rumah kediaman mereka terasa hangat. Semua demi kesembuhan dan demi senyuman Alya kembali. Suasana rumah diciptakan semenyenangkan mungkin. Secara tidak sadar energi negatif dari kemarahan, kebencian serta kesedihan terkikis oleh hati yang lapang. Pelan-pelan tergeser oleh hati yang ikhlas, meski tidak akan sepenuhnya normal. Termasuk keputusan Kanaya yang menanti putusan sidang perceraian.Memaafkan bukan berarti akan menyambung kembali tali ikatan
last updateLast Updated : 2022-06-03
Read more

Bab 35 Konyol

Kedua mata yang dalam bak telaga sedikit memicing melihat gambar hati merah muda milik wanita yang mengejar kertasnya. Hah. Kenapa Bos songong itu datang ke sini? Tanya Kanaya dalam hati. Degh! Jadi gambar ini milik istri Elang? Eh, mantan istri. Batin Bima. Bima merasakan wajahnya menghangat karena dihantarkan desiran darah yang melaju lebih cepat di pembuluh. Sebuah rasa yang selalu ia berusaha sangkal datang setiap kali melihat wujud Kanaya. Namun ia dengan cepat bisa mengendalikan diri serta emosi sehingga terlihat biasa saja. Tatapan dingin, wajar datar tanpa ekpresi yang berarti dipasangnya kembali. Kenapa Kanaya ada di sini? Tanyanya lalu dalam hati. Ih menyebalkan. Lihat tampangnya, sama sekali tak ada keramahan selayaknya orang yang sudah saling kenal. Sombong sekali! Batin Kanaya kembali. “Pak Dewa,” panggil anak-anak kompak dan berlarian menyambut kedatangan Bima. Seketika menyadarkan dua manusia yang tengah mematung dan sibuk dengan bahasa hatinya masing-masing. “Ha
last updateLast Updated : 2022-06-03
Read more

Bab 36 Tawaran

Risma pun mengekor Bosnya masuk ke dalam panti untuk meminta bantuan. Sedangkan di luar sana sepasang mata mengecek hasil foto yang baru saja diambilnya tanpa Kanaya dan Bima sadari. Sepasang mata yang selalu ikut hadir hampir kemana pun Kanaya pergi. Keringat mengucur deras dari sela rambut Elang. Permainan golf di bawah sinar matahari yang lagi terik memang cukup membakar. Dret … ponsel bergetar. Klik Sang Empunya lekas menggeser ikon hijau. “Hallo Bos, saya sudah kirim fotonya,” lapor sepasang mata yang telah diperintahkannya. “Ok.” Tut … sambungan langsung diakhiri Elang untuk membuka media yang sudah diterimanya. “Ay ….” Ada ketidakrelaan dalam lirihan Elang. Elang menatap foto di layar ponsel dengan tangan mengepal sehingga buku-buku jarinya memutih. Mantan terindah yang tidak pernah bisa membuat tidurnya nyenyak. Akhir-akhir ini sering terciduk akrab dengan sahabatnya sendiri. Bahkan dilihat dari foto yang mata-kirim, Kanaya sedang tertawa lepas. Sebuah tawa yang sangat E
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more

Bab 37 Permainan Beni

“Bu, saya mohon tolonglah! Saya masih mau bekerja di warteg ibu.”“Tapi Mbak Mila, saya sudah tidak bisa gaji Mbak.”“Tidak apa-apa Bu, asalkan saya masih dikasih makan. Saya akan terus kerja di sini.”“Maaf, tetap tidak bisa. Silahkan Mbak Mila pulang. Saya masih harus layani pelanggan.”“Bu, tolonglah.” Kamila memohon-mohon, tetapi Si Pemilik warteg tidak menghiraukannya.“Mbak Mila, selagi saya baik, pergilah! Jangan ganggu pekerjaan saya,” tegasnya lagi.Semua pelanggan yang sedang makan menoleh kepada Kamila. Kini ia menjadi pusat perhatian. Terpaksa Kamila pun meninggalkan warteg tersebut. Padahal warteg adalah satu-satunya pekerjaan agar dia bisa makan. Dia sendiri tidak paham kenapa pemilik warteg tiba-tiba memecatnya. Tidak ada kesalahan yang ia lakukan. Kalau pun ada, harusnya pemilik warteg membicarakannya terlebih dahulu secara baik-baik.“Apa ini ada kaitannya dengan Naya? Apa Naya ikut campur lagi? Tuhan … aku memang salah, tetapi sampai kapan aku akan terus dihuk
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more

Bab 38 Berkemah

Kamila sudah berusaha melepaskan diri, tetapi tubuh Elang yang kepanasan mengunci. Hal yang harusnya dihindari terulang lagi. buliran bening berjatuhan di pipi tirus Kamila. Ia tak rela tubuhnya dijamah dengan desahan nama wanita lain keluar dari bibir Elang.“Ooo … Kanaya.”Elang salah sebut nama lagi pemirsa. Setelah terlampiaskan, ia terkulai lemas dan langsung tertidur pulas. Sementara Kamila memutuskan untuk pergi meninggalkan lelaki yang sudah memaksanya. Ada rasa perih yang menjalar di antara pahanya, sebab Elang melakukannya dengan kasar.Pagi tiba. Elang menggeliat seperti bayi. Perlahan mengucek mata mengumpulkan kesadarannya.Mana Kanaya? Apakah aku melakukannya dengan kasar lagi? Apa dia marah padaku? Gawat kalau dia semakin membenciku? Tapi tunggu … apa aku bermimpi? Apa kejadian semalam itu nyata? Hati Elang terus bertanya.“Argh!” teriaknya kesal.Untuk menjawab rasa penasarannya, ia segera mengecek rekaman CCTV. Tubuhnya langsung terlonjak saat melihat wanita yang seda
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more

Bab 39 Terjebak

Malam diisi dengan acara api unggun. Elang dan Bima masih saling berebut perhatian Kanaya.“Ay, pake jaket aku nih biar enggak dingin,” tawar Elang.“Tidak usah. Jaketku lebih tebal daripada jaketmu,” ketus Kanaya.Beberapa menit kemudian.“Nay, pake jaketku!” Kali ini Bima tanpa basa-basi langsung mengulurkan jaketnya yang super tebal itu.“Enggak ah. Jaketku sudah cukup,” tolak Kanaya.Mendengar Kanaya menolak, Elang langsung angkat bicara. “Sudah, jangan so’ perhatian! Sudah ditolak, tapi enggak tahu malu,” sindir Elang.“Kayak ada yang bicara Nay, tapi siapa ya?” tanggap Bima yang pura-pura tidak melihat Elang yang wujudnya begitu jelas di depan mata.“Sial lu! Emang gue demit apa?”“Bukan, tapi saudaranya.”“Apaan sih, lu?” Elang tidak terima.“Apa?” tantang Bima.Melihat kedua lelaki yang usianya di atas empat puluh tahun bertengkar lagi layaknya ABG membuat Kanaya memutar malas bola mata. Untung saja posisi mereka sedikit jauh dari kerumunan anak-anak, jadi kali ini
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more

Bab 40 Terjadi Juga

Dalam alam bawah sadarnya, Bima bermimpi bertemu dengan wanita yang dipanggilnya ibu. Sesungguhnya selama hidup, ia sama sekali tidak pernah tahu sosok ibunya itu. Bima bayi ada yang membuang begitu saja di depan panti asuhan. Hanya kalung berinisial B yang ditinggalkan sebagai identitas di gulungan kain bedong. Maka dari itu pemilik panti memberi nama Bima.Dalam mimpi wanita yang memakai gaun putih melambai-lambai memanggil Bima. Namun saat Bima membalas lambaian dan hendak mengejar, wanita itu malah hilang tanpa jejak.“Ibu, ibu, ibu ….” Bima mengigau.Sementara Kanaya terus mengusapkan kayu putih ke badan serta tangan Bima. Sisa kayu putih ia hirupkan kembali ke hidung Bima. Mendengarnya memanggil ibu, hati Kanaya jadi terenyuh. Ia pernah mendengar dari Elang kalau Bima itu hanya anak angkat keluarga Wirawan.“Bim, apa kamu merindukan ibumu?” tanya Kanaya seraya mengusap lembut pipi Bima.Sesaat itu Bima tersadar. “Ibu,” serunya saat membuka mata. Tentu wajah Kanaya dalam ge
last updateLast Updated : 2022-06-05
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status