Malam diisi dengan acara api unggun. Elang dan Bima masih saling berebut perhatian Kanaya.“Ay, pake jaket aku nih biar enggak dingin,” tawar Elang.“Tidak usah. Jaketku lebih tebal daripada jaketmu,” ketus Kanaya.Beberapa menit kemudian.“Nay, pake jaketku!” Kali ini Bima tanpa basa-basi langsung mengulurkan jaketnya yang super tebal itu.“Enggak ah. Jaketku sudah cukup,” tolak Kanaya.Mendengar Kanaya menolak, Elang langsung angkat bicara. “Sudah, jangan so’ perhatian! Sudah ditolak, tapi enggak tahu malu,” sindir Elang.“Kayak ada yang bicara Nay, tapi siapa ya?” tanggap Bima yang pura-pura tidak melihat Elang yang wujudnya begitu jelas di depan mata.“Sial lu! Emang gue demit apa?”“Bukan, tapi saudaranya.”“Apaan sih, lu?” Elang tidak terima.“Apa?” tantang Bima.Melihat kedua lelaki yang usianya di atas empat puluh tahun bertengkar lagi layaknya ABG membuat Kanaya memutar malas bola mata. Untung saja posisi mereka sedikit jauh dari kerumunan anak-anak, jadi kali ini
Last Updated : 2022-06-05 Read more