Home / Romansa / GREET'S WILDEST DREAM / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of GREET'S WILDEST DREAM: Chapter 31 - Chapter 40

104 Chapters

Pregnant?

Sepulang dari Pelabuhan Ratu aku seperti masuk angin, memang sih malam terakhir itu kami bergadang sampai pukul dua malam, kebetulan angin bertiup kencang. Aku meriang, Mama menyiapkan jahe hangat saat aku hendak tidur."Besok ga bisa libur?" tanya Mama.Aku menggeleng. "Aku ada kerjaan Ma ... tapi nanti aku ijin kalau emang makin ga enak badan." sahutku lesu. Mama keluar kamar, dan aku mengambil ponsel di meja nakas.📨Pak HeadteamIstirahat bee.. besok ga usah masuk kalau masih meriang.Aku tersenyum menatap pesan yang Tristian kirim, tadi aku hanya diam di sepanjang perjalanan pulang saat pria itu mengantarku.Aku membalas dan menutup mataku, berharap bermimpi indah tentang Tristian dan aku akan segar kembali saat esok bangun. Itu harapanku.Nyatanya, pagi ini aku malah semakin meriang, ditambah mual. Tapi aku menahan ekpresiku agar Mama tidak semakin khawatir.Aku melangkah sedikit lesu ke arah garasi rumah saat mendengar suara klakson dari luar. Aku tersenyum dan berjalan pelan,
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

Panick Attack

Aku terkejut melihat wanita cantik yang berdiri di depanku."Em ... Emma?"Wanita bertubuh kecil itu langsung memelukku. "Greet!"Aku seperti bermimpi saat mencium bau khas yang sudah lama tidak tercium di hidungku, wangi lavender dan cemara segar."How are you?"Dia melonjak menarik tanganku masuk ke dalam. Aku seperti berasa di tempat lain, tidak lama kemudian pria yang aku harapkan muncul keluar dari kamar."Hei, Hon ..." Rick mencium pipiku."Rick, kok ga bilang Emma ada disini?" Aku memekik menatap wajah Rick yang terkekeh."Surprise honey!" Emma kembali memelukku.Aku tertawa lepas sambil membalas pelukan wanita itu. Rasanya senang setelah sekian lama tidak bertemu dan wanita cantik kekasih Rick ini."Oh my God, Em ... how could you!!" Aku berpura-pura menatap sengit pada mereka berdua.Emma Dupont, seorang penari balet, berasal dari Prancis yang sudah tiga tahun ini menjadi kekasih Rick, mereka bertemu saat Emma menjadi model untuk pakaian ballet yang bekerja sama dengan agensi
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

Accidentaly Proposed

Aku menggigit bibirku mengenyahkan pikiran burukku sendiri. Kami naik ke apartemennya, masih dalam diam. Setelah aku masuk Tristian malah keluar lagi, membuat aku terpaku. Aku duduk diam dan menghubunginya tapi ponselnya ada dimeja biasa dia meletakkan kunci mobil. Aku menghela napas dan mandi supaya pikiranku sedikit membaik.Saat aku keluar kamar mandi, pria itu sedang di dapur memindahkan makanan dari paper box ke piring. Dia menatapku dan aku mengerti, aku mengambil sendok dan mulai makan. Aku merasa lapar, nasi capcay udang itu meluncur begitu saja ke dalam perutku, tidak ada penolakan seperti mual yang mengganggu. Aneh.Aku hendak membereskan piring bekas makan tapi Tristian menyuruhku duduk. Aku terdiam melihatnya mondar-mandir didapur kecil itu. Lalu dia membuat es lemon madu untuk kami berdua.Dia duduk di sampingku, menyalakan lagu slow dengan suara kecil namun terdengar menenangkan. Aku menggeser tubuhku duduk mendekat dan langsung menghadapnya."Maaf ..." itu kata yang ter
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

Bad News

"Hahahahaha ..." Mba Silvy tertawa sedangkan aku menunduk dalam karena malu. Sejak kemarin dia terlihat cemas melihatku dan aku menjadi tidak enak, akhirnya aku cerita kalau aku terlalu parno dan sudah mendapat tamu bulananku kemarin malam."Astaga! Ngakak ..." Dia menyeka butiran airmatanya. "Gitu deh Greet, kita jadi perempuan emang paling was-was soal beginian. Tapi yah ..." Dia mendekat dan berbisik. "Aku ga sangka Pak Tian bisa berbuat sejauh itu ...."Aku akhirnya sedikit banyak cerita tentang masa lalu kami, mba Silvy tidak terkejut saat kubilang kalau Tristian melamarku, dia bilang pria itu tidak akan berani melakukan hal sejauh itu kalau dia tidak ada rasa cinta. Kami menjadi dekat dan sering mengobrol. Aku merasa lega ada yang mendukung hubungan kami dikantor. Aku bukan takut dengan orang lain yang memojokkanku, hanya saja mereka tidak tahu apa-apa tentang hubunganku dan Tristian, aku juga tidak ingin kehidupan kami jadi konsumsi umum, aku juga ingin menjaga nama baik Tristi
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

She's My Everything

Tristian POVAku meregangkan tubuhku, sudah menjelang pagi, aku masih di rumah sakit mendampingi Luna. Papa sudah pulang sejak tengah malam tadi, aku tidak enak jika harus pergi karena orangtuaku meminta agar aku tetap disini menemani Luna dan Mamanya.Operasi Om Yose berjalan lancar, beliau masih ada di ruang ICU untuk di observasi selama beberapa hari. Luna dan Mamanya beristirahat di ruang VVIP dan sepertinya aku bisa pulang. Aku mendekat ke arah Luna yang tidur meringkuk di sofa."Lun ..."Wanita itu mengerjap pelan, aku tahu dia pasti kelelahan. Dia menatapku dan bergeser."Sorry, Tian, aku ketiduran." sahutnya pelan."It's oke ... aku balik dulu ya." Aku menepuk bahunya."Kamu ... nanti kesini lagi kan?" Dia bertanya dengan ragu.Aku menghela napas dan mengangguk. "Kalau perlu sesuatu kasih tau aja ...""Thanks. Ah, tolong kasih tau Greet. Aku ga enak semalem ga anter dia keluar. Makasih udah anter aku kesini." Dia tersenyum kecil.Aku mengangguk dan berjalan ke arah pintu."Tia
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more

Mom's Blessing

Tristian POVAku menghembuskan napas kesal lalu masuk ke dalam toilet wanita, melihat Greet sedang terpaku dengan mata memerah. Aku meraih tangannya dan menariknya keluar. Sebelum berjalan menjauh aku menoleh ke arah bu Amanda, menatapnya sinis. Aku menghela napas, bagaimanapun beliau lebih tua dariku dan aku tidak ingin berkata kasar."Saya harap, ini terakhir kali anda berkata kasar seperti itu pada kekasih saya."Aku tidak menanti jawaban dan langsung menarik Greet keluar, melewati rombongan orang kantor yang terbingung melihat kami."Mba Silvy, tolong talangin dulu. Nanti saya ganti." Wanita itu terlihat bingung tapi mengangguk cepat lalu aku melanjutkan membawa Greet langsung pergi dari sana. Aku tidak peduli dengan pikiran mereka yang terbelalak melihat tanganku menggandeng Greet.Greet hanya diam, aku tahu dia menahan amarah, tidak ingin memperlihatkan kekesalannya padaku. Dia menghapus airmatanya dengan cepat tapi aku melihatnya. Semakin bulat keinginanku untuk memberi tahu sem
last updateLast Updated : 2022-05-09
Read more

Fall Into Hell

Tristian POVSudah hampir dua minggu sejak Om Yose di rawat, kondisinya belum begitu stabil pasca operasi. Beliau sudah pindah ke ruang rawat biasa, tapi masih dalam pengawasan ketat. Kadang aku mengantar Luna sepulang kerja, menemaninya sebentar lalu pulang ke tempat Greet.Minggu lalu Greet pindah ke apartemen pemberian Papanya, dia merasa lebih menghemat waktu jika berangkat dari sana. Aku membelikan semua isi furniturenya, awalnya dia tidak mau, tapi saat aku bilang kalau aku membelinya sebagai hadiah karena dia menerima lamaranku, Greet tidak punya alasan untuk menolak.Setiap malam wanitaku itu menyempatkan diri untuk masak, sekalian belajar katanya supaya saat kami menikah nanti, kami lebih sering makan dirumah daripada menghabiskan waktu diluar. Aku setuju saja, lebih menguntungkan malah karena aku bisa makan makanan penutupnya kapan saja, tidak perlu menunggu sampai hanya ada kami berdua didalam ruangan tertutup.Astaga, membayangkan Greet dibawahku membuat aku tidak sabar in
last updateLast Updated : 2022-05-09
Read more

Broken Wings

Greet POVAku menggigit bibir, sudah pukul sepuluh malam tapi Tristian belum datang, aku juga tidak bisa menghubungi ponselnya. Ada apa ya?Aku menonton televisi hingga mengantuk dan tertidur di sofa. Tubuhku terasa kaku saat pagi hari aku bangun, aku tidur dengan posisi duduk sepanjang malam. Aku tersadar dan melihat jam, baru pukul tujuh pagi. Aku meraih ponsel dan terkejut melihat banyak pesan. Mataku terbelalak saat melihat grup di WA yang mengabarkan kalau papa Mba Luna meninggal semalam.Pantas saja Tristian tidak mengabariku, pasti dia terus mendampingi keluarga mba Luna. Aku berkirim pesan dengan rekanku yang lain, dan janjian akan datang ke rumah duka di daerah Pluit.Astaga, kasihan mba Luna. Pasti dia dan Mamanya akan sangat terpukul. Aku mengabari Mama dan memberitahu kalau mungkin aku tidak jadi pulang sore ini. Aku berpikir akan membantu mba Luna, bagaimana pun mba Luna sudah sangat baik padaku.Aku tidak terlalu memikirkkan Tristian, tidak mau membebaninya, pikiran dia
last updateLast Updated : 2022-05-09
Read more

Giving Up

Aku terdiam menatap langit-langit kamar, entah sudah berapa lama aku hanya membiarkan airmataku mengalir, aku menangis tanpa suara.Rasanya jantungku berhenti berdetak. Paru-paru ku tidak bernapas, darahku berhenti mengalir, nyawaku terenggut.Aku mengangkat tanganku menatap jari tangan, kilau cincin berlian yang Tristian sematkan tampak redup. Aku meringkuk dan kembali menangis.Aku tidak ingin apa-apa lagi.Tuhan, bolehkah aku memintaMu untuk menghentikan waktu, agar tidak merasa sesakit ini?***"Greet!"Suara ketukan dipintu terdengar, aku duduk di sofa bed di tengah ruangan. Ruangan aku biarkan gelap, horden masih tertutup, aku tidak tahu jam berapa sekarang."Greet, ini aku Silvy."Suara halus wanita itu menyentakku. Aku menyeret tubuhku, meraih gagang pintu dan membukanya, menatap kosong ke wajah yang terlihat cemas menatapku."Greet ... Oh dear ..." Mba Silvi memelukku.Aku memejamkan mata, tangis yang baru sepuluh menit lalu terhenti kini kembali pecah. Aku meraung, menjerit
last updateLast Updated : 2022-05-13
Read more

800 Days Later

"Greeet ...."Aku tersenyum setengah berlari menghampiri mba Silvy yang berjalan ke arahku. Kami berpelukan layaknya anak SMA sudah lama tidak bertemu setelah liburan panjang sekolah. Sedikit meloncat-loncat tidak peduli tatapan heran orang lain. Hihi"Apa kabar kamu?"Aku terpana menatap mba Silvy yang semakin cantik dan sempurna walau dengan perut yang membuncit."Ya ampun, Mba, udah gede aja!" Aku mengusap perutnya pelan. Kami berjalan ke arah salah satu restoran pasta di dalam mall daerah Jakarta Selatan."Udah jalan lima bulan say ..."Aku tersenyum lebar ikut merasa senang dengan kehamilan mba Silvy."Kamu beda banget sekarang, Say ... makin cantik Greet, kurusan juga!"Aku tersipu malu. "Cuma turun sedikit, Mba ..."Kami berbincang setelah memesan makanan, dan bicara tentang banyak hal. Sudah lebih dari dua tahun sejak aku meninggalkan Jakarta. Aku memutuskan untuk kuliah lagi mengambil S2 jurusan Ilmu Komunikasi di University of Auckland, New Zealand.Kesempatan itu datang saa
last updateLast Updated : 2022-05-13
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status