"Seharusnya kamu mengenalnya. Perempuan itu, kakakku adalah wanita yang sempat dekat dengan mas Haidar."Niswah mengerjapkan matanya. Apa iya? Kenapa dia tidak mengenalnya. Memang sih, sempat merasa tak aaing. Tapi rupanya memorinya tidak juga menemukan titik temu."Dulu, mas Haidar dan mbak Rifa sempat dekat. Maksudnya, sebatas ta'aruf. Mbak Rifa ... Ah, sepertinya kamu lebih mengenalnya dengan nama Aini.""Aah! Mbak Aini. Kalau itu, saya tahu," seru Niswah. Pantas saja, rasanya tak asing. Dia hanya sempat tahu, tapi tidak mengenal. Wajar saja, dia lupa."Jadi, mamanya Deka itu mbak Aini. Tap-tapi, bagaimana bisa? Soalnya, setahuku, mbak Aini itu orangnya baik. Lah, ini ... Nyebel--- hehe." Niswah menggaruk pelipisnya, salah bicara."Tidak papa. Mbak Rifa memang berubah sejak hari itu," tukas Arjun santai. "Tidak perlu merasa bersalah. Karena saya juga tidak menyukai sifatnya yang sekarang." Arjun tampak mengela napas. Niswah jadi merasa bersalah, tapi juga pena
Baca selengkapnya