Semua Bab Miskin Gara-gara Nikah Lagi: Bab 171 - Bab 180

199 Bab

Nekad

Di sebuah bengkel, Niswah mencak-mencak. Bagaimana tidak? Mobil pesanan yang dia tumpangi mogok di tengah jalan. Sudah begitu, dia juga harus ikut mendorong mobil itu sampai ke bengkel. Penumpang perempuan mana yang diajak menanggung kerusakan mobil dengan jadi tukang dorong? Menyebalkan sekali. Keringat sebesar jengkol membuat penampilannya semakin lusuh. Belum lagi capek dan pegal karena mendorong mobil."Makasih, mbak. Mbak cari grab lain aja ya. Soalnya, ini bakal lama.""Yang maksa nungguin mas siapa juga sih! Dari tadi juga saya mau nyari yang lain, eh malah disuruh ndorong mobil," kesalnya merepet mengomel. Rasanya, emosinya hampir meledak di ubun-ubun. Ingin rasanya mbejek-mbejek sopir menyebalkan itu. Belum lagi, dia ditertawakan orang-orang di bengkel, karena mau-maunya dibohongi si sopir. Sementara si sopir itu malah senyam senyum tak merasa berdosa. Dari tadi memang niat Niswah juga  begitu. Begitu mobil mogok, dia langsung ingin mencari yang lain.
Baca selengkapnya

Perebutan Deka

"A-apa? A-anak saya ....""Iya, Pak. Anak bapak diculik."Di seberang sana, Arjun luruh. Kabar yang meruntuhkan dunianya.Arjun langsung berlari keluar. Mengambil mobilnya dan melajukan dengan kecepatan cepat ke sekolahan Deka. Tentu setelah menyuruh Niswah untuk tidak kemana-mana.Begitu sampai di lokasi, Arjun teriris melihat penampilan gadisnya yang kacau. Masih ada bapak tukang bersih-bersih yang tadi, sementara abang sopir mobil online sudah dibayar oleh bapak itu. Arjun langsung merengkuh sang gadis dalam dekapannya. "Maafkan saya, pak. Ini karena saya terlambat datang ... Hiks ... Kalau saja saya datang lebih awal, ini gak bakal terjadi."Arjun menggeleng, mengusap lembut punggung si gadis. Mendaratkan kecupan di pucuk kepala Niswah. Mencoba menyalurkan ketenangan, meski dia sendiri di puncak emosi. Yang ada di pikirannya sekarang siapa lagi, kalau bukan kakak perempuannya itu. Siapa lagi yang datang tiba-tiba dan mengusik ketenang
Baca selengkapnya

Celaka

Di rumah sakit dengan segala aktifitas penuh duka, maka tak luput dirasa Arjun dan Niswah. Keduanya diselimuti kekalutan. Niswah menangis dalam dekapan Arjun. Pun tak jauh beda, pria itu juga terdiam dalam segala kesedihannya. Sesekali berbisik lirih menenangkan sang istri , meski sendirinya juga merasakan hal yang sama. Tak jauh dari mereka, wanita paruh baya yang berstatus mama Arjun juga tak kalah bersedih. Bagaimana tidak, putri tersayangnya tengah berbaring di dalam ruangan sana. Sayangnya, tak ada yang bisa menjadi sandarannya. Sang suami sedang dalam dinas di luar kota dan masih dalam perjalanan pulang begitu diberi kabar putrinya mengalami kecelakaan. Tatapannya nampak iri setengah tak terima, putranya lebih memilih menenangkan wanita lain daripada mamanya sendiri.Ya, mobil yang Aini naikin tadi mengalami kecelakaan parah dan ringsek. Dapat dibayangkan keadaan manusia di dalamnya dengan kecepatan mobil level penuh dan menabrak keras trotoar. Deka yang paling parah,
Baca selengkapnya

Aini Menyesal

Waktu lebih banyak mereka habiskan di rumah sakit. Niswah juga izin tidak kuliah. Arjun masih sesekali, tapi lebih sering izinnya. Haidar dan Dinda juga sering mengunjungi mereka di rumah sakit. Sekedar membawakan baju ganti dan makanan. Juga sekaligus memeriksa keadaan Deka.Keadaan Aini tak kalah parah, meski tetap lebih parah Deka. Wanita itu juga terbaring koma selama dua hari. Setelah dia tersadar, perempuan itu banyak diam. Kadang menangis tanpa suara. Arjun sudah melihat keadaan kakaknya. Karena bagaimanapun juga, Aini adalah ibu kandung putranya. Papa dan mamanya sampai bersimpah di hadapan Arjun untuk meminta maaf. Sakit itu memang terlanjur dalam. Bayangkan saja luka yang dia pendam sejak terusir dari rumah karena lebih memilih Deka. Kerja serabutan disaat dirinya masih mengenyam pendidikan. Berbekal pengetahuan seadanya dia merawat anak yang bukan darah dagingnya. Sampai Deka berumur lima jelang enam tahun, dia pendam sendiri kesulitan itu. Permintaan maaf mereka
Baca selengkapnya

Bangunlah Sayang

Sudah tiga jam mereka menunggu. Tak ada obrolan, apalagi senyum yang tersungging. Semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Tangis Niswah sudah mereda. Namun sembab di wajahnya tak bisa membohongi bahwa dia sangat sedih dan khawatir. Begitu pintu ugd terbuka, Arjun langsung bangkit tak sabar, menghampiri sang dokter dan diikuti yang lain."Bagaimana keadaan anak saya, dok?" "Ayahnya Deka ya?""Iya, dok. Saya," Arjun tak sabar. Dokter mengela napas. Sebelum itu mengedarkan pandangan ke tiga orang itu."Keadaannya cukup parah. Benturan keras membuat keadaanya semakin parah. Belum lagi luka akibat pecahan kaca yang mengenai wajah dan tubuhnya. Untuk sekarang, anak itu mengalami koma." Lemas persendian Arjun, Niswah kembali tergugu dan dipeluk Dinda. Dia sudah menduga itu terjadi, tapi tetap saja, kabar itu membuat dunianya seakan runtuh."Pasien mengalami banyak kekurangan darah. Syukurlah bisa teratasi karena kami punya stok yang sesuai. Tapi, untuk s
Baca selengkapnya

Haru

Begitu sampai di ruangan Deka, sedang ada dokter dan suster yang memeriksa. Sementara anak yang ditunggu itu masih di posisinya."Syukurlah, anak itu sempat menunjukkan pergerakan meski kecil. Hasil pemeriksaan vitalnya juga membaik. Berdoa saja, semoga dia cepat bangun." Begitu penjelasan dokter.Arjun mendekat. Bersimpuh di sisi ranjang putranya. Memegang tangan mungil dengan kabel yang menjepit jari telunjuknya. Pria itu kembali tergugu. Hanya saja, kali ini ada rasa senang yang menghampiri. Hanya pergerakan kecil dari sang bocah saja sudah membuatnya bahagia. Setidaknya anak itu menunjukkan keinginan untuk bangun. Ini sudah menginjak hari ke tujuh, terasa sangat lama sekali waktu berdentang.Niswah memalingkan wajahnya. Sungguh, dia tak sanggup melihat pemandangan ini. Terlihat jelas betapa sang pria sangat menyayangi anak tersebut. Niswah tak tega. Pemandangan yang meyayat hatinya.Di luar sana, dibalik jendela, tiga manusia hanya bisa menyak
Baca selengkapnya

Kembali

"Pp ... Pha pha."Arjun dan Niswah tertegun mendengar suara itu. Keduanya sontak menoleh. "De-Deka ...""Deka!" pekik keduanya. Menghampiri ranjang baring sang putra. Pecah tangis mereka melihat anak itu mengerjapkan mata pelan. "Panggil dokter!" Arjun menekan tombol di ranjang Deka."Deka sayang ... Kamu bangun, Nak ...."Bahagia sekaligus terharu. Akhirnya doa mereka terkabul. Bocah itu membuka matanya. "Pha ... Pha ..." kedipnya lemah. Suaranya yang lirih nyaris tak terdengar karena tertutup sungkup oksigen. "Iya sayang. Ini papa," menggenggam jemari mungil Deka. Air matanya mengalir haru."Tan ... te ... Ma ... Ma," tolehnya pada Niswah yang mematung dalam tangis harusnya."Iya, sayang ... Ini tante mama Deka." Bocah itu mengerjakan matanya lemah. Napasnya naik turun dengan itensitas yang masih lemah. Mengembun di sungkup oksigen.Dokter datang untuk memberi pemeriksaan lagi. Arjun dan Niswah menyingkir. Keduanya saling b
Baca selengkapnya

Perempuan Itu

Hari ini, Arjun ke kampus. Ada hal mendesak yang tak bisa dia tinggalkan. Dia juga sudah sering izin. Arjun meninggalkan Deka bersama Niswah dan kakak iparnya, Dinda. Niswah sendiri kini mengikuti kelas lewat online. Khusus untuknya. Tentunya atas perizinan yang dimintakan Arjun untuknya.Dua wanita itu mengobrol dengan sesekali melihat kondisi Deka. Anak itu masih tertidur lelap, setelah tadi diperiksa dokter."Kulihat perempuan itu sering melihat dari jendela ruangan, Nis. Kamu tahu?" ujar Dinda. Gadis itu mengangguk."Iya, mbak. Aku pernah memergokinya. Tapi dia langsung mendorong kursi rodanya pergi. Dan, dia menangis, mbak."Dinda mengangguk. Dia juga melihat wanita itu menangis. Wanita yang pernah membuatnya kesal karena mendekati suaminya. Meski begitu, sebagai sesama perempuan, Dinda tak tega. Sedikit banyak, dia bisa menerka perasaan apa yang dipendam Aini. Bagaimanapun juga, perempuan itu ibu kandung Deka."Aku gak berani bilang sama pak
Baca selengkapnya

Jangan Pergi Deka!

"Nis ... Niswah, bangun."Alam sadarnya terasa tersedot. Dibangunkan dadakan begini, Walaupun dengan lembut tetap menyisakan pening di kepalanya. Suara kegaduhan menyita perhatiannya. Memaksanya membuka matanya."Mbak, apa yang terjadi?" Gelisah langsung menerpanya begitu melihat dokter dan suster di ranjang Deka. Dinda juga menangis. Perasaannya mulai tak enak."Maafkan mbak, Nis....  Tadi Deka masih baik-baik saja, tap-tapi tiba-tiba kejang-kejang. Mbak langsung panggil dokter."Niswah mematung. Pikirannya mencoba menerka, tapi rasanya mendadak buntu. Deka ... bukankah, tadi dia menemui anak itu ... dalam mimpinya. Bahkan mereka tertawa-tawa saling mencipratkan air, di pantai. K-kenapa jadinya begini?Niswah masing bergeming saat Dinda memeluknya. Air matanya mengalir tanpa ekspresi. Ini lebih mengejutkannya, karena beberapa hari ini, Deka sudah menunjukkan perkembangan yang signifikan.Malah lama, Bahu Niswah terguncang. Air matany
Baca selengkapnya

After Day

Senja juga butuh istirahat. Kembali ke peraduannya setelah dua belas jam memberi kehangatan pada bumi. Cahaya keemasannya memancar dengan diselingi awan hitam. Dan saat sang mentari sempurna tenggelam, maka saat itu pula terang digantikan oleh kegelapan. Dan, apakah kita perlu kehilangan dulu untuk menyadari betapa pentingnya kehadiran 'sesuatu' itu? Ah, rasanya terlalu klise membahas hal menyebalkan itu. Penyesalan, rasa sakit, selalu datang belakangan bukan? Tentu, itu sebagai rambu pada manusia untuk berhati-hati dengan tingkah lakunya. Untuk meminimalisir yang namanya 'penyesalan' itu pastinya.Peristiwa Deka, seakan memberi tamparan pada orang dewasa akan hal tersebut. Mengajarkan bahwa selamanya keegoisan hanya akan menyakiti banyak pihak. Mengorbankan sosok yang tak seharusnya merasakannya. Terutama sekali untuk Aini. Dia benar-benar menyesali keegoisannya. Peristiwa Deka menjadi titik balik untuknya. Perempuan itu telah berjanji untuk berubah. Juga untuk Arjun, bahwa meski se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status