Home / Rumah Tangga / Sindiran Pedas Istri Kedua / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Sindiran Pedas Istri Kedua: Chapter 61 - Chapter 70

100 Chapters

Part 61

Sindiran Pedas Istri Kedua Waktu terus berjalan. Hidup bergulir bagaikan alunan musik yang bersimfoni dengan lirik dan gerak. Iramanya kadang mendayu, kadang cepat, bahkan kadang menghentak tetapi tetap dalam koridor tangga nada. Tetap indah didengar. Hampir satu tahun mahligai pernikahan kami arungi. Semua terasa bagai pengobat luka yang pernah menganga. Segala perhatian, kasih sayang, dan kebaikan Obi seakan menjadi penebus atas segala kekurangan yang sebelumnya ada. Hingga satu kesimpulan kutarik, alasan kenapa sebelumnya aku diberi perjalanan yang suram karena ternyata di depannya telah disiapkan kisah yang jauh lebih benderang. Untuk kesekian kalinya aku berucap, Tuhan sungguh Maha Baik, memberi lebih dari yang kuminta. Hanya satu hal yang masih menjadi pembicaraan ngambang bagi kami. Perihal kekhawatiran Obi pada ibunya. Pekerjaan Obi yang akhir-akhir ini banyak menyita waktu membuat intensitas mengunjungi ibunya semakin berkurang. Tak jarang di hari libur pun Obi masih ber
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more

Part 62

Sindiran Pedas Istri Kedua "Ibu lagi ke rumah tetangga sebelah. Paling bentar lagi pulang. Aku tinggal dulu, ya!" ujar Obi yang terlihat tidak enak hati. Walaupun begitu dia tetap mengikutiku yang sudah terlebih dahulu melangkah. "Pakai motor aja?" Obi meminta persetujuanku. Aku tanggapi dengan anggukan. Dalam hitungan detik berikutnya, kami bergerak meninggalkan rumah Bu Mai. Sementara Salma terlihat menyibukkan diri dengan ponselnya. "Kamu tadi kok gitu, sih, yang? Aku shock banget, loh sama sikap kamu barusan." Obi sengaja menghentikan motor di tepi jalan, beberapa ratus meter dari rumah yang pernah kuhuni waktu masih bersama Hendi dulu. Pemandangan dari sini memang sangat menakjubkan. Menghabiskan sore di sini akan disuguhi oleh detik-detik matahari turun bersembunyi ke balik bukit. Menyisakan mega-mega jingga yang seakan tengah memayungi tiga bukit yang saling menyambung. Dulu, aku senantiasa mengisi sore dengan duduk di teras samping sambil menyuapi anak-anak makan. Di mas
last updateLast Updated : 2022-08-13
Read more

Part 63

Sindiran Pedas Istri Kedua "Kok di sini?" Obi sudah berada di sampingku dan satu tangannya sudah merangkul pundakku. "Udah selesai?" tanyaku yang tidak menyangka Obi akan datang secepat ini. "Nggak jadi," balas Obi. "Eh, Mas Obi, kan, ya?" tanya Bu Nathania kurang yakin. "Iya." Obi berpikir sejenak lalu mengurai tebakan. "Bu Nathania, kan?" "Benar, benar. Nggak nyangka bisa ketemu di sini. Dalam rangka apa, nih? Ada janji ketemuan bisnis?" jawab wanita cantik itu semringah. "Ngajak istri makan." "Oh, jadi, Mbak Tiara ini istri Mas Obi." "Iya. Emang udah kenal?" Obi menatap Bu Nathania dan aku bergantian. Bu Nathania mengangguk. "Udah, dong!" balas Bu Nathania."Udah pernah ketemu beberapa kali sebelumnya," ungkapku. "Bu Nathania ini sepupunya Mas Adrian, Yang," terang Obi padaku "Oh, ya?" Aku menyipitkan mata karena tidak menyangka. Mereka terlihat sangat berbeda. Bu Nathania berwajah cantik dan berkulit putih khas Oriental. Sementara Mas Adrian, meskipun hanya melihat beb
last updateLast Updated : 2022-08-14
Read more

Part 64

Sindiran Pedas Istri Kedua "Kenapa, Bi?" Bu Mai sudah berada di belakang Obi. Aku kembali memejam dan menghirup udara dalam-dalam. "Tiara kenapa?" Tiba-tiba lambungku memberontak, aku merasa mual mendengar suara mendayu yang baru saja terlontar dari Salma. Namun, di mataku dia sudah menjelma bak sosok Nadia yang penuh kemunafikan. Yang sengaja bermanja-manja di depan. Namun menikam laksana belati kalau di belakang. Rasanya semua isi perutku mendesak ingin dikeluarkan. Kepingan-kepingan peristiwa bertahun yang lalu satu per satu membentuk formasi di otakku. Entah apa yang terjadi pada diriku hingga harus terkepung dalam lingkaran pahit masa lalu yang sudah lama kukubur. Sesuatu terasa tengah berputar-putar kencang di dalam kepalaku. "Kita ke kamar, ya." Obi segera menyingkirkan laptop dalam pelukanku lalu membopongku ke kamar. Obi membaringkan aku terlentang lalu menumpuk beberapa bantal untuk punggungku bersandar. "Pusing? Tadi udah makan apa belum?" Obi meluruskan kedua kakik
last updateLast Updated : 2022-08-16
Read more

Part 65

Sindiran Pedas Istri Kedua Kulihat tidak ada perubahan pada ekspresi Obi. Mungkin dia terlalu pandai mengelola perasaannya. Obi kembali meraih tanganku. Menggenggam dengan erat. Sorot matanya sangat lembut menatap. Pelan dia berkata, "Oke, sekarang aku paham. Aku ngerti maksudnya seperti apa. Sayang, maaf. Aku yang salah. Aku tidak peka sama sekali. Aku kira semua telah baik-baik saja. Ternyata, masih ada yang belum benar-benar sembuh pada dirimu. Maafkan aku yang belum sepenuhnya berhasil menyelami jiwamu. " Sorot mata Obi benar-benar menunjukkan rasa bersalah. Dapat kurasakan, tiap kata yang terucap benar-benar berasal dari hatinya. "Tapi tolong, jangan pernah punya pikiran aku akan melakukan hal yang sama seperti Bang Hendi pernah lakukan. Aku dan dia adalah orang yang berbeda. Apa kamu masih meragukan kesungguhan aku? Apa di mata kamu aku seburuk itu? Apakah aku orang yang setega itu? Sayang, tolong buang pikiran itu jauh-jauh!" Obi menatap mataku dengan sorot mata yang sendu
last updateLast Updated : 2022-08-20
Read more

Part 66

Sindiran Pedas Istri Kedua "Telah lama merasakan lega. Menjalani hari-hari hanya untuk mengejar mimpi serta memberi bahagia untuk orang-orang tercinta. Telah terlalu biasa dengan diri sendiri. Menentukan sendiri apa yang hendak dimiliki. Dunia terasa lepas, tak berbeban!Semua hening dalam tentram. Sekarang, beban-beban baru kembali bermunculan. Mengguncang hati yang telah lama tenang. Satu per satu cerita baru membentang, mengoyak renda yang telah disulam dengan penuh perjuangan.Hati kembali tak tenang, pikiran kembali dihimpit desakan-desakan yang mungkin takkan berkesudahan. Salahkah jalan yang sudah kupilih? Tunas sesal perlahan menyeruak, menyibak mencari udara untuk memberlangsungkan hidup. Kenapa dulu harus memajukan langkah jika jalan di tempat saja jauh lebih baik?Kutahu, pemikiran seperti itu tidak boleh ada. Akan tetapi, aku tak siap sama sekali jika harus kembali mengecap hari-hari yang sama. Hari-hari pernah menjadi kenyataan buruk dalam hidupku. Aku sudah terlanju
last updateLast Updated : 2022-08-21
Read more

Part 67

Sindiran Pedas Istri Kedua "Mau ke mana aja hari ini, Sayang?" tanya Obi begitu melewati meja makan. Dia menyempatkan untuk menjawil pipiku lalu dilanjutkan dengan mencubit gemas pipi Rara. Sementara Syira menyodorkan pipi gembulnya untuk dicium oleh Obi. "Lumayan padat hari ini. Dari sekolah ke gudang, ke kantor atau sebaliknya. Terus ada undangan juga dari Mbak Vania, mau ada launching varian baru untuk krim wajah. Tapi semuanya situasional aja, sih. Mana yang sempat aja." "Sayang, ingat, ya, jangan terlalu dipaksakan, jangan kecapekan! Aku ngebiarin kamu tetap melakukan semuanya ini tak lebih untuk menghargai hasil pencapaian kamu selama ini. Bukan untuk mengejar materi lagi. Semua kebutuhan harus tetap aku yang cover. Jadi, lakukan semuanya seenjoy mungkin. Sekiranya bakal menjadi beban pikiran, jangan dilanjut!" "Iya, ingat, kok," jawabku meyakinkan Obi. Kalimat semacam ini hampir tiap pagi diucapkan Obi selama seminggu ini. Terhitung sejak aku mulai beraktifitas normal lagi
last updateLast Updated : 2022-08-23
Read more

Part 68

Sindiran Pedas Istri Kedua "Kamu hanya ingin sekadar menghancurkan hubungan aku dan Hakim lalu kamu tertawa puas di atas kehancuran dan rasa malu yang kutanggung. Begitu?" Tatapan tajam kembali diberikan Sandra padaku. "Aku cuma mau ngasih tahu sesuatu. Terserah kamu mau percaya atau bahkan tidak mau tahu sama sekali juga nggak masalah. Yang penting sudah aku katakan." Sandra mengdengkus dan membuang pandangan mendengar retorikaku. "Aku sama sekali tidak pernah tahu apalagi terlibat dalam kehidupan kamu. Aku dan Hakim hampir tidak pernah membicarakan hal-hal privasi. Meskipun kami berteman dekat, tapi aku baru tahu kamu di hari pertunangan kalian dan aku tahu bahwa hubungan kalian berakhir itu dua bulan setelahnya. Itu pun aku tidak tahu langsung dari Hakim." "Wow, dongeng yang sangat indah." Sandra memberi reaksi dengan sinis. "Kenyataannya memang begitu. Kamu mau percaya atau tidak, aku juga nggak peduli. Tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap hidupku." "Aku nggak menyangka
last updateLast Updated : 2022-08-25
Read more

Part 69

Sindiran Pedas Istri Kedua "Nggak sarapan lagi?" Obi menatap heran padaku. "Nggak selera sama sekali, Bi." "Dipaksain, dong, Sayang. Atau maunya apa? Menu yang lain?" Aku menggeleng pelan. "Nggak ada yang enak di lidah aku." "Gimana kalau ntar siang kita nyari tempat makan yang kira-kira kamu suka. Searching aja dulu, habis itu kabarin aku. Biar aku jemput siangnya." "Nggak usah, Bi. Kamu lagi sibuk juga, kan? Kalau ntar sore kamu bisa nemenin aku nggak? Aku mau ke doker aja." "Siang aja. Ntar aku kondisiin jadwalku." "Sore aja. Siangnya aku juga rada repot." "Yang, kamu lagi nggak fit kondisinya. Dikurangin dulu aktivitasnya. Kamu limpahin aja beberapa wewenang sama yang lain. Misalnya sama Nisa. Dia kan udah lama ikut sama kamu. Dia anaknya juga nggak macam-macam, bukan?" "Iya," jawabku pendek sambil memainkan sendok pada segelas susu yang sama sekali tidak ingin kuminum. "Jangan iya, iya aja! Dilakuin benaran." Lagi Obi mengulang anjuran. Sepertinya dia tidak puas deng
last updateLast Updated : 2022-08-26
Read more

Part 70

Sindiran Pedas Istri Kedua Obi kembali mengusap-usap kepalaku tetapi tidak berkata apa-apa. Dia membiarkan aku untuk menumpahkan semua yang terasa menyesakkan dada. Berkali-kali Obi menyekakan air mata yang bagai tiada habisnya. Memang, di saat-saat tertentu, kita tidak membutuhkan kata-kata sebagai penghibur atau pun untuk menguatkan. Cukup diberi ruang untuk menumpahkan perasaan lewat tangisan juga bisa memberikan kelegaan. Mungkin itu sedang Obi lakukan padaku. Karena sejatinya pun dia juga butuh ruang dan waktu untuk menata hati agar bisa menerima kenyataan dengan ikhlas. Mengetahui kabar bahagia yang sangat dinanti-nantikan, dan di saat itu juga harus kehilangan tentunya adalah kenyataan yang sangat memilukan. Siapa pun pasti akan shock, termasuk Obi. Walaupun tidak pernah mengutarakan ingin segera memiliki buah hati, tetapi selayaknya orang normal, pasti dia sangat menginginkannya. Obi pasti sangat shock dengan kenyataan ini. Hanya saja karena sudah terlebih dahulu tahu, j
last updateLast Updated : 2022-08-27
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status