Home / Rumah Tangga / Suami yang Tak Diinginkan / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Suami yang Tak Diinginkan: Chapter 241 - Chapter 250

305 Chapters

241. Mari Bekerjasama

Dibunuh? Juwita tidak akan membiarkan dirinya mati di tangan laki-laki gila itu, dia segera bangkit meski pinggangnya masih terasa sakit. Juwita berlari menuju pintu, berharap bisa melepaskan diri dari tangan laki-laki sakit jiwa itu.“Buka, buka pintunya! Tolong, siapa pun tolong bukakan pintunya!” teriak Juwita, tangannya sibuk memukul daun pintu.“Lu mau ke mana? Pintu itu pakai password, percuma lu gedor-degor juga nggak bakal terbuka. Lagian orang-orang di sini nggak akan peduli, jangan harap seseorang bakal bantuin lu.” Steve menertawakan Juwita di belakangnya.“Apa-apaan ini? Lepaskan aku, kamu tidak boleh mengurung seseorang begini!” sentak Juwita dalam kepanikan.“Kenapa tidak? Lu datang ke rumah gue dengan ancaman nggak guna, gue hanya ingin membela diri. Siapa yang rela diseret ke penjara begitu saja, goblok?” ejek Steve lagi, tawa menjijikkan itu terus saja keluar dari mulutnya.Astaga... tampaknya Juwita terlalu bersemangat mengancam Steve sampai lupa dengan tujuan kedata
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more

242. Deal Bekerjasama!

“Bekerja sama? Katamu bekerja sama denganmu?”Tawa Steve terdengar memenuhi ruangan. Gila, itu yang pertama kali dia pikirkan tentang Juwita yang mengajak bekerja sama. Mereka adalah musuh, Juwita bahkan berkata akan menjebloskan Steve ke dalam penjara dengan berbagai cara, bahkan mengganti isi surat kontrak. Lantas sekarang berkata ingin bekerja sama dengannya, bukankah itu sesuatu yang gila?“Tampaknya otak orang kaya memang nggak normal ya, sama seperti mantan suami lu yang goblok itu, padahal banyak perempuan yang rela memuaskan nafsunya. Ha! Ha! Ha!” Steve menyebutkan Arman bodoh karena merelakan dirinya di penjara, hanya karena nafsu sesaat.“Jangan gila deh, gue nggak tertarik nidurin lu!” Mata Steve melirik Juwita dari atas ke bawah. Menarik sih, sangat menarik malahan.Juwita sangat cantik, kulitnya putih bersih bagaikan porselen, rambutnya yang panjang itu juga sempat Steve cium saat di pintu tadi, wangi dan menyegarkan di hidung. Jika dibandingkan dengan Lilis, sangat jauh
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more

243. Kau Mencariku?

“Ini surat yang kau minta, dan ini... kontrak kerja sama kita. Jangan berpikir aku akan memberimu uang jika kau tidak melakukan seperti yang aku katakan.”Juwita menyodorkan dua berkas di depan Steve. Dia memiliki banyak orang yang bisa disuruh, jadi tidak perlu lama bagi Juwita untuk mendapatkan surat penting yang diincar laki-laki itu.Tak ingin tertipu, Steve membaca isi kedua surat kontrak itu dan tertawa di menit berikutnya. Juwita tidak berbohong, berkas itu adalah surat yang dulu dia tanda tangani bersama Lilis. Dan untuk kontrak kedua, tentu saja isinya sama persis dengan yang Juwita katakan tadi—menjauhkan Lilis dari Hendra.“Baik lah, ini tidak sulit. Di mana penanya, gue ingin kerja sama kita segera dimulai dan lu kasih duitnya.” Steve sudah tak sabar ingin mendapatkan uang yang banyak dari Juwita.Perempuan itu bagaikan pohon uang, tak akan pernah habis berapa pun yang Steve minta. Ini adalah kesempatan bagus, maka Steve tidak terlalu peduli karena harus mengkhianati Lilis
last updateLast Updated : 2022-09-03
Read more

244. Mengandung Anak Haram!

Beruntung Juwita sudah keluar dari unit apartemen perempuan itu, sehingga Lilis tidak harus tahu apa yang dia lakukan di sana. Lilis tak boleh tahu Juwita dan Steve mengadakan kerja sama yang akan melawan perempuan di depannya.“Mencarimu, kenapa aku harus mencarimu?” ucap Juwita berbohong.Tujuan Juwita yang sebenarnya memang lah ingin mencari Lilis ke sana, tapi ternyata kesempatan lain justru dia dapatkan untuk memperalat suami Lilis. Dia sangat muak melihat wajah Lilis, bahkan sangat ingin menampar wajah menyebalkan itu, tapi Juwita berusaha menahannya dan terlihat tetap tenang.“Lantas apa tujuanmu datang ke sini? Jelas-jelas kau berada di depan gedung apartemenku!” sentak Lilis kesal.Lilis belum berhasil menaklukkan hati Hendra, justru laki-laki itu baru saja menghinanya. Sedangkan di dalam sana, di unit apartemennya masih ada Steve yang menumpang padanya. Lilis tidak ingin kehilangan tempat tinggal jika Steve tahu dirinya selama ini berbohong, jangan sampai Juwita memberitahu
last updateLast Updated : 2022-09-03
Read more

245. Hendra yang Mengatakannya!

Kepercayaan diri Juwita jatuh seketika. Kata-kata yang Lilis ucapkan mampu membuat dirinya tak bisa berkutik sekarang. Kekhawatiran yang sempat dia pikirkan tempo hari, bagaimana bisa Lilis tahu akan hal itu? Juwita bahkan tidak pernah mengatakan pada Hendra, tentang keraguannya apakah anak di dalam perutnya adalah benih Arman.Kepalanya terasa sakit, pandangan Juwita berputar di tengah parkiran gedung mewah itu. Juwi bahkan tidak bisa membalas tatapan Lilis lagi.“Ibu Juwita, Anda baik-baik saja?” Asisten perempuan itu menangkap tubuh Juwita yang limbung, menahannya agar tidak terjatuh.Ini hal yang memalukan. Tidak hanya di depan Lilis, bahkan di depan bawahannya pun Juwita harus kehilangan harga diri.“Novi, masuk lah lebih dulu ke mobil,” ucap Juwita, rahasia terdalamnya tidak harus diketahui oleh orang lain.“Tapi, Bu—““Masuk lah, aku masih ada urusan dengannya.”Perempuan itu tak punya pilihan. Sebagai asisten dia hanya bisa melakukan perintah atasannya.“Sudah sadar sekarang?
last updateLast Updated : 2022-09-03
Read more

246. Ini Anakmu, Hendra!

Juwita berputar-putar di dalam kamar, sudah seperti setrika yang tidak lelah bermondar mandir. Kedua tangan saling meremas sedangkan pikiran masih terusik dengan ucapan Lilis saat mereka bertemu tadi.Tes DNA, ya... hanya itu yang bisa Juwita lakukan untuk membuktikan anak yang dia kandung bukan milik Arman, melainkan benih Hendra. Harus kah dia melakukannya sekarang?“Tidak, itu tidak penting. Jika aku melakukannya, sama saja aku meragukan anak di dalam perutku,” ucap Juwita sendiri, desah napas putus asa pun keluar dari mulutnya.Bagaimana bisa Juwita terpengaruh oleh ucapan Lilis? Jelas-jelas perempuan itu hanya ingin merusak rumah tangganya.“Dia tak mau aku dan Hendra punya anak, sudah pasti akan dia lakukan apa pun untuk membuat aku stress. Ya, pasti seperti itu.” Juwita meyakinkan dirinya sendiri.Lilis tidak senang akan kehamilan Juwita sebab tak ingin Juwi dan Hendra hidup bahagia. Lilis ingin hanya dirinya lah yang memiliki anak bersama Hendra, agar posisinya selalu di atas
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more

247. Melahirkan Moster Baru.

Hendra tidak pernah melakukan apa yang Juwita tuduh, dia tidak mengatakan apa pun pada wanita lain. Tuduhan itu tentu membuat Hendra tidak senang, seakan mulutnya tidak tahu aturan saja.Apakah Lilis berkata demikian pada Juwita, sampai-sampai Juwi berani menuduh? Meski hal itu benar, seharusnya Juwita bertanya lebih dulu bukannya menuduh dengan membentak. Hal yang membuat Hendra kecewa, istrinya seperti anak-anak yang langsung menyerang. Ke mana Juwita yang dulu? Perempuan dengan sifat anggun dan tatak ramah yang baik. Juwita yang sekarang sudah seperti Lilis, tidak berpikir sebelum membuka mulutnya.“Aku tak pernah mengatakan seperti itu, kenapa kamu menuduh aku?” balas Hendra setelah beberapa detik dia hanya diam.Namun, Juwita sudah terlanjur dimakan emosi. Mendengar Hendra mengelak membuatnya semakin tak terkendali.“Tidak melakukannya, lantas siapa yang mengatakan pada Lilis? Bahkan aku hamil pun dia tahu, tak ada siapa pun yang mungkin mengatakannya selain kamu!”Kalau itu mem
last updateLast Updated : 2022-09-05
Read more

248. Ide Licik Steve

“Dia ke mana, lagi? Tumben nggak kumat.”Rumah itu kosong tanpa adanya pergerakan manusia. Hanya beberapa botol minuman dan sampah yang berserakan di atas meja, pertanda baru saja seseorang mengadakan pesta di sana. Pesta minuman keras, seperti yang biasa dilakukan Steve. Tapi ke mana perginya dia? Sejak tidak pernah mendapat tawaran pekerjaan, laki-laki itu biasanya selalu di rumah. Lilis mencari ke segala tempat dan benar dia tidak menemukan Steve.“Bagus saja dia nggak di rumah, lagian nyusahin doang,” ucap Lilis bicara sendiri, dia tidak peduli Steve pergi ke mana.Jangankan untuk menelepon, mau Steve hidup atau mati pun Lilis tidak peduli. Baginya Steve adalah hama yang sangat menyebalkan, menghabiskan uangnya juga selalu membuat ulah. Wajar Lilis muak melihat laki-laki itu jika terus di rumah. Kalau seperti ini kan, Lilis bisa sedikit lebih santai. Tak perlu berdebat dengan Steve, bisa menikmati waktunya meski mungkin tidak akan lama, karena sudah pasti Steve akan tetap kembali
last updateLast Updated : 2022-09-06
Read more

249. Menculik Alan.

Idenya memang oke, tapi Lilis sama sekali tidak tertarik. Tujuannya bukan sekedar uang, dia menginginkan Hendra. Jika melakukan perintah Steve, Hendra pasti langsung mendepaknya dan tidak akan mau melihat wajahnya lagi. Lilis yang rugi, sedang Steve akan keenakan menikmati uang hasil kerjanya. Tentu saja Lillis tidak rela, dia harus berpura bodoh untuk mengelak dari ide suaminya.“Maksudnya, aku ketemu Alan terus kasih tahu kalo aku ini ibu yang melahirkannya, begitu? Kan yang Alan tahu ibunya itu Juwita, mana dia bisa percaya, Steve. Lagian, Hendra sudah larang aku, tar dia nggak kasih duitnya, lagi. Makin berabe yang ada,” sahut Lilis.Otak Lilis memang setengah, begitu Steve memandangnya. Karena itu lah Steve selalu muak melihat istrinya itu. Tapi jika Lilis pintar, Steve juga tidak akan mungkin bisa mengerut uang Lilis. Sedikit banyaknya Steve bersyukur otak Lilis tidak sepintar perempuan lain. Dia tidak tahu kalau semua sisi yang Lilis tunjukkan hanyalah untuk mengelabuhi dirinya
last updateLast Updated : 2022-09-06
Read more

250. Ibu Pembohong!

“Kandungan kamu baik-baik saja kan, Wi? Pernah merasa perut nggak enak atau bagaimana?”Pagi ini Hendra dan Juwita kedatangan tamu yang seharusnya tidak datang. Ya, itu Maria, mamanya Juwita. kedatangan wanita itu membuat Juwi dan Hendra duduk bersama di meja makan, meski keduanya sangat terpaksa.Perang dingin antara mereka belum juga menemukan titik terang. Juwi masih terlalu sakit hati atas perlakuan Hendra tadi malam, sedang Hendra juga enggan membuka mulutnya untuk saling menyapa. Bahkan ketika bangun tidur saja keduanya tidak saling menemukan di kamar, sebab Hendra lebih memilih mengungsi tidur di kamar Alan.“Nggak kok, Ma, aku nggak merasa apa-apa,” sahut Juwita sembari menuang teh untuk Hendra, lantas meletakkan gelas teh itu di depan suaminya. “Ini teh kamu, Hen,” katanya seakan tidak ada masalah. Juwita memamerkan senyum palsu selayaknya sangat tulus pada Hendra.“Makasih, Sayang.” Hendra menjawab lembut meski dia sedang tidak berminat. Di depan Maria, mereka harus berpura
last updateLast Updated : 2022-09-07
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
31
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status