"Devin Danendra," ucap Pak Hamdad sambil menyalami Dev yang duduk di ruang tamu rumah megahnya. "Ini kali kedua kita bertemu, ya. Yang kemarin enggak sempat ngobrol. Ayo, silakan di minum tehnya." Ramah sekali Pak Hamdad menyambut Dev. "Terima kasih, Om." "Imel sudah banyak cerita tentang kamu. Bagaimana sepak terjang kamu menggeluti perkebunan, properti, dan sekarang pergudangan ini. Hebat ya, usiamu baru tiga puluh tiga. Masih muda, tampan pula." Devin tersenyum. Tidak merasa tersanjung. Ia seperti biasa dengan pembawaan yang tenang. Seumur hidup yang dia ingat, hanya Kamalia yang membuatnya kadang tidak bisa tenang. Meski di depan istrinya menunjukkan sikap sok dingin. "Soal perkebunan, saya hanya meneruskan usaha Papa saya, Om." "Tetap saja hebat, Dev. Bisa bertahan hingga sekarang. Imel cerita juga tentang keluargamu. Mamamu dosen, adikmu m
Last Updated : 2022-04-20 Read more