Home / Rumah Tangga / Rahasia Suamiku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Rahasia Suamiku : Chapter 31 - Chapter 40

60 Chapters

Keadaan Ibu mertua

  "Ya, maafkan Mas. Mas salah, Mas menyesal, kejadiannya tidak seperti yang Aya pikir, tolong dengarkan penjelasan Mas dulu." Mas Bintang tetap kukuh meminta maaf padaku, dan berusaha menjelaskan sesuatu yang menurutku tak perlu lagi dijelaskan. Orang awam pun yang melihat bisa menilai sendiri apa yang terjadi waktu itu.   Sayang Mas, aku sudah muak dengan permintaan maafmu yang sudah sering dilontarkan saat kepergok melakukan kesalahan. Maaf dan maaf.  Aku diam. Masih membuang muka. Kuremas tangan Fajar dengan kuat agar dia paham berapa marahnya aku. Fajar mendongak menatap wajahku dengan heran. Lalu menghela napas panjang. "Mas, bangunlah. Biarkan Kak Aya tenang dulu, Kakak baru sadar, keadaannya belum stabil, jadi Fajar mohon Mas Bintang pergilah."   Mas Bintang menggeleng. Dia tidak beranjak sama sekali dari posisinya saat ini. Aku sudah khatam trik yang dilakukan Ma
last updateLast Updated : 2022-04-05
Read more

Perasaan Daffa

"Hei! Kok malah bengong? ya sudah, istirahat gih, biar cepat sehat. Nggak mau 'kan nginap disini lama-lama?" tegur Mas Daffa sambil membenarkan selimut yang menutupi tubuhku. Kuturuti nasihatnya sembari netra ini menatapnya lekat.   "Sudah, cukup lihatinnya. Nanti aku ge-er loh, aku memang ganteng kok, sudah dari sananya," kelakarnya kemudian. Refleks kedua sudut bibirku tertarik sedikit keatas. Ucapannya cukup membuatku bisa tersenyum setelah sebelumnya merasakan perih yang mendalam. Astagfirullah …, kenapa bisa melihat Mas Daffa segitunya? Aku menggelengkan kepala dan dengan cepat berpaling memunggunginya.   Berpura memejamkan mata ini walau sebenarnya banyak pertanyaan dalam benakku. Apa yang terjadi saat aku belum sadarkan diri? Bagaimana kondisi ibu mertua saat ini. Haruskah aku menjenguknya? Bukankah dia berada di rumah sakit yang sama denganku?    "
last updateLast Updated : 2022-04-07
Read more

Keinginanku

"Susah, move on-nya, Jar. Kakakmu, masih terlalu sulit untuk disingkirkan dari dalam sini."   Aku menghela nafas pelan. Ucapan Mas Daffa barusan membuat dadaku berdenyut nyeri. Aku jadi merasa sangat bersalah padanya. Hubungan kami waktu itu sudah cukup dekat dan mau menjajaki ke lebih serius. Namun karena janji itu membuatku harus terpaksa melepaskannya.    "Jar, Mas pulang dulu ke hotel, nanti kita gantian saja jaga Aya-nya. Kasihan, kamu juga butuh istirahat. Jangan sampai ikutan sakit, masa aku nunggu dua orang sekaligus nantinya, capek Jar," seloroh Mas Daffa diikuti dengan kekehan ketawanya Fajar.  Lalu hening. Tidak ada suara lagi saling bersahutan. Mas Daffa sudah pergi beberapa menit yang lalu. Mata ini masih kupejamkan dengan rapat, biarlah. Kuharap aku memang tertidur sungguhan. Siapa tahu esok lebih baik dari hari ini. Maafin Kakak ya Jar, sudah merepotkanmu. 
last updateLast Updated : 2022-04-07
Read more

Kalah cepat

Sinar mentari pagi menyapa dari balik tirai jendela kamar inapku. Jendela kamar ini menghadap ke taman depan. Aku bisa melihat aktivitas orang yang lewat hilir mudik masuk ke dalam rumah sakit.     Keadaanku sudah mulai membaik. Pusing di kepalaku sudah tidak pernah muncul lagi. Tidak ada pula sakit berat yang kurasakan di anggota tubuhku yang lainnya, kecuali nyeri di hati, masih terasa sakitnya sampai saat ini. Hari ini kuputuskan membujuk Fajar agar meminta dokter mengijinkan aku pulang.   "Fajar, kamu kemana saja semalam? Kakak cari kamu tidak ada disini," ujarku membuka obrolan ketika Fajar masuk ke dalam. Posisiku dalam keadaan duduk, aku sudah bisa menegakkan tubuh. Lelah rasanya kalau hanya berbaring saja di atas tempat tidur brankar rumah sakit ini. Dari sejak berbunyi adzan subuh aku sudah terbangun. Semalaman aku memikirkan omongan Mas Bintang. Aku kesal, gara-gara Fajar tidak ada, Mas
last updateLast Updated : 2022-04-07
Read more

Jujur pada Fajar

  "Baik," ucapku sembari menghela nafas panjang, seakan yang ingin kukatakan kepadanya adalah sesuatu yang berat yang selama ini kupikul sendiri.   "Begini Jar. Ada rahasia yang selama ini Kakak sembunyikan dari kamu." Fajar menatapku lekat mendengarkan dengan serius apa yang ingin kusampaikan kepadanya.  "Mas Bintang telah membohongi kita selama ini. Sebenarnya selama ini ..., Mas Bintang mempunyai istri yang lain selain Kakak," ucapku dengan berat. Ada sorot ketidakpercayaan yang ditunjukkan raut wajah Fajar terhadapku. Dia mengernyitkan dahi menatapku dengan tatapan heran.   "Maksudnya?" tanyanya lagi memastikan.   "Mas Bintang sudah menikahi wanita lain sebelum menikah dengan Kakak, dan Kakak adalah istri keduanya."   "Nggak mungkin Kak? Kakak jangan bohong. Dengan j
last updateLast Updated : 2022-04-07
Read more

Kedatangan Rante Yuna

Wanita paruh baya dengan garis wajah mirip ayah datang menghampiriku dengan raut muka yang sedih. Tampak berkaca-kaca matanya menatap wajahku lekat.   "Aya!" Ia langsung menyambar memelukku dengan erat dan menangis tersedu-sedu di bahuku.   Aku dan Fajar saling pandang, seolah paham dengan kode yang kuberi, Fajar hanya membalasnya dengan mengendikan bahu.   "Maafkan Tante Ya, ini semua salah Tante." Wanita paruh baya ini masih terisak dengan berkata maaf di sela tangisannya.   "Iya, Tante, Aya maafkan. Tapi ini kenapa? Tante salah apa?" tanyaku bingung dengan mencoba mengurai pelukannya yang semakin kuat hingga terasa menyiksa. Aku merasa sesak dibuatnya.   "Tidak ... Tante yang salah, hukum saja Tante, kalau bukan karenaku, kamu nggak akan mengalami nasib yang kayak gini," sahutnya lagi mas
last updateLast Updated : 2022-04-10
Read more

Ada apa antara mereka?

  "Ehm ... itu, itu Tante tanya orang waktu mengunjungi rumahmu Ya, katanya kamu masuk rumah sakit, jadi Tante langsung menuju kesini," jawabnya masih dengan meremas-remas jemarinya dan menunduk. Ia terlihat gugup. Entahlah, apa hanya perasaanku saja.   Aku menatap Fajar mencari tahu apakah jawaban Tante Yuna benar. Karena jujur aku sendiri tidak tahu menahu keadaan rumah selama terbaring di rumah sakit ini.   Fajar manggut-manggut seolah membenarkan. "Oh mungkin yang kerja di rumah Kakak itu yang ngasih tahu kondisi Kak Aya, saat Fajar sudah sampai sana, Fajar mendapat kabar kalau Kak Aya kecelakaan," tebaknya.   "Nah itu, i-iya. Tante tahunya dari mereka. Sejak dari kemarin perasaan Tante nggak enak sama kamu, kayak ada sesuatu yang buruk menimpa kamu Ya, jadi Tante putuskan malam itu juga berangkat pergi ke kota ini buat nemui kamu. Tapi sampai di
last updateLast Updated : 2022-04-10
Read more

Terkuak

Fajar memandang penuh arti ke arah Ibu, lalu berganti arah ke sosok wanita paruh baya satunya. Ada sesuatu yang ingin disampaikan, tapi masih ditahannya. Kuamati dua sosok tersebut lamat-lamat.    "Ada apa sebenarnya Bu, Tante? biasanya kalian tidak begini?" tanyaku menghentikan perdebatan mereka.   Sontak keduanya kaget. Tante Yuna masih meremas jemarinya. Aku tahu dia mencoba menetralkan kegugupannya dengan cara seperti itu. Sudah kucermati gaya bicaranya dari tadi. Raut wajahnya pun tidak bisa berbohong, mudah sekali ditebak. Aku menatapnya tajam. Berbeda sama Ibu yang lebih pintar memainkan raut wajah.   "Memangnya kami kenapa Nak?" sahut Ibu menatapku sayu.   "Ada yang kalian sembunyikan dari kami, bukan begitu Tante?" tembak Fajar sembari melirik ke arah Tante Yuna.  
last updateLast Updated : 2022-04-12
Read more

Keputusan Cahaya

Aku masih menangis sesegukan dalam dekapan Fajar. Tidak tahu harus bagaimana lagi menyikapi ini semua. Rasanya seperti mimpi buruk.    "Cahaya, dengarkan Ibu dulu, Ibu bisa jelaskan semuanya," bujuk Ibu merangsek maju dengan membawa kursi rodanya menuju ke arahku.   "Tahan, Nyonya Tiar, tetap disana. Kakakku tidak akan mau berdekatan dengan seorang pembohong." Fajar mendesis dan mengarahkan telapak kanannya ke udara untuk menghentikan gerak Ibu yang mencoba mendekati.   "Tante Yuna! bawa temanmu itu keluar dari sini, kami tidak ingin melihat wajahnya lagi." Fajar menunjuk wajah Ibu dengan telunjuknya.    Ibu menggeleng. Tidak Jar, kasih Ibu kesempatan untuk menjelaskannya, Cahaya harus tahu kalau Ibu benar-benar menyayanginya setulus hati Ibu," ungkap Ibu dengan berlinang air mata di wajah pucatnya yang keriput dimakan
last updateLast Updated : 2022-04-12
Read more

Pulang Sebentar

Aku memandang keluar dari jendela kamar rawatku ini untuk mengalihkan kesedihan di hati. Tampak taman depan penuh dengan bunga dan tanaman beraneka warna. Indah. Melihatnya, mengingatkanku akan kenangan bersama Ibu. Kami sering menyiram bersama atau sekedar duduk santai memandangi keindahan mereka.  Aku mengerjap. Air mata menetes dari kedua sudut mata. Kuhirup oksigen dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Lega? Belum. Masih ada yang berdenyut nyeri. Kutekan dada ini, berharap sakitnya hilang. Tidak mau juga, rasa itu masih betah bersemayam di dalamnya. Entah kapan dia akan pergi.  ***   "Kak," sapa Fajar membuyarkan lamunanku.   "Ya."   "Semua sudah beres, kita bisa pergi sekarang," ujarnya. Aku menganggukkan kepala.    "Barang Kakak sudah lengkap? ap
last updateLast Updated : 2022-04-13
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status