All Chapters of Digilai Psikopat: Chapter 31 - Chapter 40

74 Chapters

New Life

“Okey. Sekarang aku ingin tahu tentang pekerjaanmu. Kamu menyelesaikan project dengan baik, kan? Kudengar comeback dari grup idola papan atas sedang kamu tangani.”Angkara memasukan kedua tangannya ke saku toga. “Ya … kadang kala, kepalaku ingin meledak.”“Kenapa?”“Aku tidak bisa menahan diri untuk membuat musik secara sempurna. Saat kuulang lagunya dari awal, aku merasa selalu ada yang kurang,” keluh Angkara.Melihat kesenduannya membuat hatiku ikut merasa sakit. Anak ini telah berusaha keras. Jadi, sudah sepatutnya kulayangkan belaian lembut di satu sisi rambutnya.“Kamu tidak harus melakukannya dengan sempurna, Sayang. Yang penting, semua orang bisa merasakan apa yang lagumu sampaikan. Kamuu telah berusaha dengan baik,” pujiku.“Benarkah?”“Tentu saja, Pak Produser Tampan!”Alarm kampus berbunyi nyaring. Pertanda acara wisuda bakal segera digelar.Angkara menorehkan senyum terbaiknya, lalu meraih tanganku dalam genggamannya.“Ayo kita selesaikan salah satu momen terbaik dalam hidu
Read more

Belum Berakhir

Di belahan dunia lain, hujan badai mengguyur Kota New York. Kilatan petir terpampang nyata di balik sebuah kaca besar di mana seorang lelaki berdiri tegap. Ia menyilangkan tangan sembari menikmati pemandangan itu.Langit yang bergemuruh rasanya sangat mewakili apa yang teredam di jiwanya.“Bagaimana kondisimu, Reyvan Purnama? Mentalmu baik-baik saja? Kau harus mempersiapkannya untuk besok,” ujar pria jangkung lain yang datang bergabung. Ia menjatuhkan diri ke sofa, lalu menyicipi kopi milik Reyvan.“Kau sudah mencaritahu kabar tentang mereka?” Daripada menjawab pria itu, Reyvan memilih balik bertanya.“Ah, bintang model dari Indonesia itu? Meydisha telah dipersunting seorang aktor rookie, siapa ya ... ah! Angkara langit putra. Dia terbilang sukses di film debut pertamanya tiga bulan yang lalu, mungkin karena punya tampang rupawan kali ya.” “Daniel, mereka orang-orang yang berhubungan denganku setahun yang lalu,” beber Reyvan, memelas.“Hah?” Pria bernama Daniel itu memuncratkan kopi,
Read more

Identitas Baru

“Wah! Lihatlah siapa yang baru lahir kembali.” Daniel terkesima mengamati refleksi seorang Reyvan Purnama di cermin big size.“Kau yakin topeng kulit ini takkan merusak wajahku?” Dibanding ikut terkesima, Reyvan malah khawatir. Ia meraba-raba perawakannya yang sedikit berbeda di depan cermin. Kulit wajahnya keriput, potongan rambut yang semula trendi kini berganti jadi keriting berkupluk. Kumis dan janggut palsu yang lebat menambah kesan lelaki tua yang maskulin. Reyvan juga membuat alisnya tampak tebal.Gaya berpakaian? Tentu saja disulap sekasual mungkin layaknya sutradara. Ia cukup memakai jaket bomber, celana oversize, serta sepatu sport.“Tenang saja, topeng itu terbuat dari bahan sistesis berkualitas tinggi. Karena harganya pun selangit, aku yakin itu akan baik-baik saja. Kalau sesuatu terjadi, beritahu aku. Ini ada garansi resminya.” Daniel meyakinkan.“Baiklah, aku bisa mempercayaimu.” Reyvan merapikan kerah kemeja bagian dalam sebagai sentuhan terakhir untuk urusan penampila
Read more

Rival

Angkara mengetuk-ngetuk sebelah kakinya dengan gelisah. Situasi semakin panas dan tentunya tidak nyaman bagi yang lain. Apakah ia harus menunggu respons Raditya? Siapa tahu laki-laki itu ingin menyanggah Angela. Bisa saja Angela salah paham terutama bagian 'meremehkan' lawan mainnya. Angkara sendiri berharap Radit tidak sungguhan berniat seperti itu."Baiklah! Baik, Nona Angela Yang Paling Senior. Kau benar, aku terlalu meremehkan Angkara,” decih Raditya.“Tidak. Tenang saja semuanya. Aku tidak menganggap semuanya serius. Terima kasih Angela, tapi ayo kita bekerja lebih santai seperti dugong, hehe.” Angkara berusaha mencairkan suasana. Tawa canggungnya disambut hampa. Pria itu lekas membungkus lagi leluconnya sambil melipat bibir.“Baiklah, semuanya. Reading script sudah selesai. Selanjutnya, siapkan energi kalian untuk syuting di lokasi pertama.” Sang sutradara mengakhiri drama dengan keluar ruangan lebih dulu. Para pemain dan kru film menyusul, kecuali Angkara dan Raditya.Angkara m
Read more

Daily Convo

“Biar aku yang menyetir, Nona.” Angkara membungkuk di balik jendela. Senyumannya seketika menular pada Disha. Mereka terkekeh hanya karena senang melihat satu sama lain. “Tidak perlu. Aku sedang mood mengemudi. Ayo cepat naik! Aku lapar!” Tanpa basa-basi lagi, Angkara segera membuka pintu dan duduk di samping kemudi. “Gimana? Lancar-lancar saja kan hari ini?” Pertanyaan wajib Meydisha tidak pernah terlewat saat menjemput suaminya. Namun, Angkara selalu memberikan jawaban beragam. Baginya, dalam rumah tangga penting sekali keterbukaan, bahkan untuk hal sekecil apa pun. Angkara berharap, Disha dia melakukan hal yang sama padanya. Untuk tidak menyembunyikan apa pun, termasuk atas apa yang sedang terjadi atau dirasakannya. Ketika mereka terikat benang pernikahan, itu berarti berjanji akan saling berbagi semua hal, sehidup semati. “Hm ... sedikit menyebalkan karena senioritas, tapi tentu saja bisa kutangani,” ungkap Angkara. Ia selesai memasangkan sabuk pengaman, lalu melirik istrinya
Read more

Sebuah Definisi

Reyvan sungguh berusaha mengubah suara kasarnya menjadi suara pria tua lembut, tapi berwibawa. Ingat, seorang Elang Satya harus memberikan kesan yang jauh berbeda. Di jilid naskah tertera judul bertuliskan, ‘The Fire Stealer’. Angkara menyunggingkan bibir, terdengar berani dan ear-catching. Satu hal yang membuat alisnya terangkat adalah keterangan di sudut paling atas. “Film fiksi ilmiah?” Angkara melirik CEO-nya dan sosok Elang bergantian. Elang mengangguk. Ia merangkapkan jari-jemari, bertumpu di atas paha dan menorehkan tatapan penuh binar. Seakan-akan ia sedang menawarkan kesempatan emas yang diperuntukkan khusus untuk Angkara. “Ya, it’s definitely a futurictic movie. Tidak, lebih dari itu. Ini adalah proyek besar tentang program hukuman penjara berbasis metaverse yang disebut Fantasia. Kau akan berperan sebagai profesor yang memimpin proyek. Hebatnya, pemerintahan berencana akan merealisasikan proyek ini di dunia nyata, makanya mereka memberi subsidi sebesar 80 persen,” te
Read more

Dalam Adegan

Handsfree yang menguntaikan alunan melodi lembut terpaksa lepas dari telinga Merin. Padahal tidak biasanya Merin mendengarkan jenis lagu seperti itu. Khusus hari ini, dia mengenyahkan playlist lagu beraliran keras. Tujuannya simpel, untuk bisa menangis. Merin hampir mengutuk diri sendiri. Mengapa susah sekali baginya untuk menderaskan air mata? Sepanjang malam dia menonton drama Korea, tapi sampai tamat pun dia hanya melongo. Gadis itu menyambar gunting. Kemudian, mengoyak isi bantal dan mengobrak-abrik busanya. Berharap dengan mendramatisir keadaan, dia bisa menangis sekaligus mengamuk. Namun, dia malah tertawa keras dengan nada meringis. Merasa konyol pada dirinya sendiri. Sampai akhirnya, dia menemukan unpopular opinion tentang lagu di internet. Bila bahagia, orang akan fokus pada ritmenya. Bila sedih, orang akan fokus pada liriknya. Maka dari itu, dia datang ke kampus lebih awal. Duduk di kelas yang masih kosong. Sibuk men-scroll lirik sambil menghayati sebuah lagu yang
Read more

Tragedi Dadakan

Butuh waktu setengah jam untuk sampai di restoran yang direkomendasikan Hanin. Sebuah restoran ayam goreng ala Indonesia yang terletak di Anzac Parade Kingsford, Sydney. Mereka harus transit ke Anzac Pde di Middle St . Kemudian, jalan kaki hanya sejauh 140 meter. Ya, benar. Ini bulan ketiga Angkara melakukan syuting di luar negeri, tepatnya Sydney. Dirinya akhirnya menyetujui film The Fire Stealer yang bercerita tentang Fantasia. Sementara, Meydisha dan Hanin ikut dalam rangka liburan mereka sekaligus mengunjungi ayah Hanin yang memilih menepat di negeri Kangguru ini sejak tiga tahun terakhir. Ketiganya sungguh bergembira karena bisa mengambil kesempatan emas ini bersama. Sepanjang perjalanan di kereta, Raditya terus mengoceh. Ia tak berhenti menjelaskan keunggulan restoran itu. Citarasa, suasana, harga, bahkan mendeskripsikan sendiri interiornya. Kesabaran Meydisha benar-benar diuji sebab duduk di sebelahnya. Kendati sejak awal, gadis itu tidak berpaling dari pemandangan kosong di
Read more

Tumpah

Langkah Hanindita tergontai lemas. Mata sembab dengan sorot kekosongan, lingkaran hitam membuat mata sipitnya tenggelam. Tenggelam akan kesedihan yang mendalam. Bahu gadis itu terus merosot, seolah enggan lebih jauh memasuki kamar mayat. Seolah mengulur waktu agar bisa bangun dari mimpi buruk. Ya, dia berharap semua ini hanyalah mimpi buruk. Mimpi terkutuk yang dibenci semua anak di belahan dunia mana pun. Tentang bagaimana orang-orang berkumpul dengan wajah tertunduk. Memberikan penghormatan terakhir untuk orangtua mereka yang tertidur, selamanya. Ada Nyonya Selene dan Tuan Takeda yang terus mengawasi di belakang. Mereka ialah paman dan bibi Hanin. Keduanya gusar keponakannya itu akan pingsan lagi, jadi mereka selalu berusaha memegangi. Sayangnya, Hanin terus mengenyahkan pegangan mereka. Tak ada yang bisa membujuk orang yang ditinggalkan untuk baik-baik saja. Tidak ada. Bibir Hanin terbuka, sedikit menganga melihat kain putih telah menutupi tubuh sang ayah. Hanya sampai dada, w
Read more

Upaya

Loey mengacingkan lengan jasnya di depan Nyonya Carol dan berkata, “Anda tak ingin ada pertumpahan darah di sini, kan?”“Apa yang coba Anda lakukan, Anak Kecil?” geram Nyonya Carol, giginya bergesekkan satu sama lain.“Aku? Melakukan hal semestinya sebagai—”“Sebagai?”Loey menghela napas. “Pemimpin PYRAMID.”“Apa?” pekik Nyonya Carol, nada suaranya amat melengking.“Kenapa Anda kaget begitu? Pak Letto telah menunjuk saya di surat warisannya,” terang Loey.“Lalu, kamu pikir AUSTIC tidak bisa disentuh? Panti itu adalah TKP perdagangan manusia! Kami harus menyelidiki apa saja di dalam PYRAMID dan AUSTIC,” tanya Nyonya Carol.“Saksi bisa disuap. Selama CCTV kereta belum ditemukan, Pak Letto tidak bersalah. Tidak ada bukti ia membagikan botol air itu. Surat wasiat yang ditemukan di sakunya bisa saja sengaja dimasukkan oleh seseorang.” Jasper mengotot. “Karena itulah, kalian memaksa, kan? Karena kurangnya bukti?” Loey menyeringai.Nyonya Carol menunduk dengan dengkusan jengkel. Dia bena
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status