Home / Romansa / Madu Untuk Suamiku / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Madu Untuk Suamiku: Chapter 131 - Chapter 140

143 Chapters

Ego Kiyada

Sepulang dari pemakaman, kekosongan dalam hidup Kiyada kian terasa. Mulai detik ini hingga seterusnya, tak akan pernah ada lagi ia rasakan pelukan hangat dan kasih sayang sang ibu. Tak ada lagi masakan sederhana, tetapi memiliki kelezatan tiada tara yang selalu memanjakan lidahnya.Kehadiran Ustaz Subhan yang sangat diharapkan pun juga berakhir sia-sia. Entah separah apa kondisi Ustazah Shofia saat ini. Kiyada tak memiliki tenaga untuk sekadar mencari tahu bagaimana keadaan istri pertama sang suami. Sebab kondisinya sendiri pun juga tak kalah memilukan.Di kamar ini, tempat dulu ibu selalu membelainya dengan limpahan kasih sayang, Kiyada terisak seorang diri. Bukan berarti ia tak rela dengan takdir yang telah digariskan Tuhan. Hanya saja, selain doa, ada air mata yang menjadi salah satu pelampiasan terbaik.“Assalamualaikum.”Suara itu, Kiyada sangat mengenalinya. Seorang laki-laki yang ia tunggu kedatangannya sejak beberapa jam yang lalu, kini telapak tangan kekarnya mengelus lembut
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Keadilan

“Apa yang kamu minta, Kiyada?” Melihat tak ada perkataan yang diucapkan Kiyada, Ustaz Subhan mengulang pertanyaannya.“Perlakuan secara adil,” ucap Kiyada lugas.Kalimat singkat yang keluar dari bibir Kiyada benar-benar memberikan tamparan bagi Ustaz Subhan. Namun, ada bagian kecil dari jiwanya yang seolah tak terima dengan ucapan Kiyada. Sebab semua memang tak semudah yang dibayangkan.Harusnya pernikahan ini memang tidak pernah ada. Sejatinya pasangan suami istri itu saling melengkapi, bukan malah saling menyakiti seperti ini. Sebuah ikatan yang sedari awal sudah memiliki niat sedikit menyimpang, kini berbuntut masalah yang seolah tak berkesudahan.Bukankah tujuan utama menikah itu adalah ibadah? Menyatukan dua insan agar berjuang bersama demi meraih riddhi-Nya. Lalu, Shofia meminta Ustaz Subhan untuk menikah lagi dengan ambisi ingin memperoleh keturunan. Dan mungkin karena itulah pernikahan kedua ini terasa begitu berat.“Kamu mau konsep adil yang bagaimana, Kiyada?” tanya Ustaz Su
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Tak Sepenuhnya Kehilangan

Perasaan bahagia yang sempat hinggap di hati Kiyada, perlahan memudar. Kalimat yang diucapkan Ustaz Subhan seolah menyiratkan makna bahwa laki-laki itu tak menginginkan pernikahan ini terjadi. Meski pada kenyataannya, ikatan suci yang dijalani memang bukan berawal dari rasa saling mencintai. Namun, bukankah menikah adalah bagian dari ibadah?Kiyada segera menggeser posisi duduknya dan berpaling dari sang suami. “Mas Subhan benar, seandainya saya dulu tetap bersikukuh menolak permintaan Ustazah Shofia, pasti semua tak akan serumit ini.”Hanya terdengar hembusan napas panjang dari Ustaz Subhan. Sejurus kemudian laki-laki itu memilih untuk membuka ponselnya. Mengetikkan pesan yang entah dikirimkan pada siapa. “Semua sudah terjadi. Sebagai manusia, tidak ada yang bisa dilakukan selain berusaha menyikapinya dengan cara terbaik.”Kalimat yang diucapkan Ustaz Subhan membuat Kiyada tercenung beberapa detik. Sikap terbaik seperti apa yang dimaksud? Kepala Kiyada mendadak berdenyut nyeri. Terny
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Pertanyaan Tak Terduga

Raut kelelahan tampak jelas di wajah Ustaz Subhan. Permintaan Kiyada yang ingin diperlakukan secara adil membuat perasaan bersalah itu kian terasa. Sepertinya wanita itu sudah cukup lelah dengan segala kerumitan yang terjadi.Ustaz Subhan pun menyadari jika dirinya telah berbuat tidak adil pada Kiyada. Meski nafkah lahir telah ia berikan semampu dan selayak mungkin. Namun, perihal nafkah batin, rasanya memang jauh dari kata adil. Apalagi ia bukan tipikal laki-laki yang dengan mudahnya bisa jatuh cinta.“Jadi Mas mau salat dimana?” Pertanyaan berulang Kiyada membuyarkan lamunannya.Wanita dengan perut yang mulai membuncit itu tangah menyiapkan sajadah di atas ranjang. Sebenarnya, Kiyada memang telah berusaha melayani dengan cukup baik. Ia selalu memperhatikan segala kebutuhan sang suami.“Mau salat di masjid saja. Kebetulan ada beberapa hal yang harus dibicarakan dengan para pemuda masjid.” Ustaz Subhan tersenyum simpul. “Kamu tidak apa-apa kan kalau ditinggal sendiri?”Wajah Kiyada se
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Tertampar Pertanyaan

Sejujurnya beberapa menit yang lalu Ustaz Subhan telah berbohong pada Kiyada, dengan mengatakan bahwa ia ada urusan dengan remaja masjid setempat. Ia hanya ingin memberi waktu jeda pada hubungan mereka. Sebab sejak perbincangan tadi semua terasa semakin canggung. Entah lah apa penyebab pastinya.Lalu tanpa diduga pertemuannya dengan seorang remaja laki-laki yang mempertanyakan persoalan poligami membuat Ustaz Subhan merasa terusik. Sebenarnya apa yang ingin dipertanyakan, dan mengapa harus dirinya yang mendapat pertanyaan?Benar saja, setelah turun dari salat jamaah, remaja tersebut menunggu di dekat gapura masjid. Ini baru kali pertama Ustaz Subhan bertemu dengan laki-laki itu. Dilihat dari tampilannya, bisa ditebak jika ia bukan seperti penduduk setempat.“Assalamualaikum, Ustaz.” Dengan takzim ia mencium punggung tangan Ustaz Subhan.“Waalaikumsalam.” Ustaz Subhan memasang mimik setenang mungkin.“Sebelumnya maaf, apa saya mengganggu waktunya Ustaz?”Waktu menuju Isya’ masih cukup
last updateLast Updated : 2023-06-12
Read more

Kembali Merajut Kedekatan

Sepertinya Aldi masih belum cukup puas dengan jawaban yang diberikan Ustaz Subhan. Sementara suara qiraat penanda akan masuknya waktu Isya sudah berkumandang dari arah masjid. Obrolan keduanya pun mau tak mau harus berakhir.“Kalau kapan-kapan saya silaturahim ke rumah Ustaz, boleh?” tanya Aldi sebelum Ustaz Subhan beranjak.Meski sempat ragu, Ustaz Subhan akhirnya mengangguk seraya tersenyum simpul. Tidak mungkin ia menolak seseorang yang ingin datang untuk bertanya perihal agama. Namun, Ustaz Subhan masih belum tahu apakah Aldi sudah tahu statusnya sebagai suami yang memiliki dua istri.Hingga selesai jamaah Isya dan menempuh perjalanan menuju rumah Kiyada, percakapan singkat dengan Aldi masih terus saja menghantui hati dan pikiran Ustaz Subhan. Bagaimana jika Aldi belum tahu akan statusnya? Pikiran yang berkelana di sepanjang perjalanan, membuat Ustaz Subhan tak sadar jika ia telah sampai di halaman rumah Kiyada. Suasana rumah itu tak lagi sepi seperti sebelum ia berangkat ke masj
last updateLast Updated : 2023-07-04
Read more

Gelisah Menanti Kabar

Malam itu perasaan Kiyada sungguh bahagia. Sebab tak dapat dipungkiri bahwa dirinya juga teramat merindukan belaian sang suami. Meski tak banyak kalimat manis yang dilontarkan Ustaz Subhan, setidaknya senyuman dan satu kali panggilan-sayang- sudah lebih dari cukup bagi Kiyada.Namun, sepertinya harapan Kiyada terlampau tinggi. Nyatanya, saat terbangun menjelang waktu Subuh, Ustaz Subhan sudah tidak ada disisinya. Padahal tadi malam ia sempat berpesan untuk dibangunkan salat tahajud. “Mas?” Perlahan Kiyada bangkit dari tempat tidur. Mencari sosok Ustaz Subhan yang ternyata tidak ada di dalam kamar.Perut Kiyada yang semakin membesar membuat ia tak bisa bergerak selincah biasanya. Ia berjalan menuju kamar mandi, barangkali Ustaz Subhan tengah mandi atau mengambil wudhu. Lagi-lagi tak ada siapapun di sana. Suasana rumah terasa sepi dan sunyi. Hanya terdengar suara detak jarum jam juga sesekali suara kokok ayam jantan.Tidak biasanya Ustaz Subhan berangkat ke masjid sebelum Subuh seperti
last updateLast Updated : 2023-07-11
Read more

Tak Lagi Sama

Keadaan Kiyada yang masih terasa lemah setelah kehilangan sang ibu, kini harus kembali menerima kabar kurang baik dari sang suami. Meski kerap merasa cemburu dengan kasih sayang Ustaz Subhan pada Shofia, tetapi Kiyada sungguh tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada wanita itu.Walau bagaimanapun, tanpa perantara Shofia, pernikahan ini tak akan pernah terjadi. Dan Kiyada harus berjuang sendiri memikirkan biaya pengobatan sang ibu yang cukup menguras dompet. Apalagi mengingat di kampung ini ia hanya memiliki ibu.“Mas, saya ingin melihat kondisi Ustazah Shofia,” pinta Kiyada pada Ustaz Subhan.“Besok kalau keadaannya sudah membaik, kamu saya ajak ke sini, ya.”Kiyada tertunduk lesu. Meski tidak melarang secara langsung, ia paham jika kalimat itu adalah sebuah larangan secara halus. Padahal berada di rumah seorang diri juga membosankan baginya. Kiyada jadi lebih sering teringat ibu dan itu membuatnya terus-terusan bersedih.“Tapi saya bosan di rumah sendirian. Siapa tahu di sana bisa m
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

Angan yang Sirna

Ustaz Subhan sempat tertegun beberapa saat mendapati Kiyada memutus sambungan telepon secara sepihak. Bahkan tanpa ucapan salam sama sekali. Tak biasanya wanita itu bersikap seperti ini. Apakah sikapnya melarang Kiyada datang ke sini sudah keterlaluan?Meski telah bertahun-tahun hidup dengan Shofia, dan beberapa bulan menjadi suami Kiyada, Ustaz Subhan masih belum bisa memahami keduanya dengan baik. Ia tak memiliki ide apapun untuk membujuk Kiyada, atau sekadar menanyakan sikapnya tadi.Namun, untuk sekarang, tentu kondisi Shofia lebih penting dari apapun. Laki-laki itu melangkah tergesa menuju ruang perawatan Shofia. Berharap setelah ini akan ada kabar baik terkait perkembangan sang istri.Di depan ruangan yang dijaga cukup ketat itu, Jihan duduk termenung. Wajahnya muram, hingga tak menyadari kedatangan Ustaz Subhan.“Kamu sudah makan, Jihan?” Ustaz Subhan mencoba berbasi-basi. Berharap bisa sedikit mengurai aura kebencian dari wanita itu yang timbul semenjak ia menikah lagi.Jihan
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

Harapan dan Doa

24 jam sudah berlalu, tapi tak ada perkembangan sama sekali terhadap kondisi Shofia. Ustaz Subhan juga hampir tak beranjak dari sisi sang istri, kecuali hanya keluar untuk makan dan salat. Entah mengapa Ustaz Subhan merasa Shofia kian jauh.“Bagaimana perkembangan istri saya, Dokter?” tanya Ustaz Subhan pada dokter yang baru saja memeriksa keadaan Shofia.Dokter laki-laki paruh baya itu terdiam beberapa saat. Tak ada harapan sama sekali dari raut wajah yang mulai keriput tersebut.“Doakan saja yang terbaik, Pak.”Ucapan dokter itu memang terdengar ringan, tetapi Ustaz Paham apa maksud yang tersirat dari kalimatnya. Sepertinya ia sudah harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Dan ia tetap berharap keajaiban itu masih bisa terjadi.“Baik, Dok. Terima kasih.”Sudah hampir 2 hari Shofia tidak membuka mata sama sekali. Tubuhnya dipenuhi berbagai macam peralatan medis. Bahkan jika alat-alat penunjang itu dilepas, Ustaz Subhan tidak terlalu yakin jika sang istri masih bisa h
last updateLast Updated : 2023-08-30
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status