"Aku tahu jika kita memang menikah karena perjodohan, Danial. Tapi bukan berarti kamu bisa mengabaikan keberadaan diriku seperti itu, Danial. Aku istrimu, bukan sekedar bonekamu."Danial menangkap kesedihan di mata wanita itu. Kesedihan yang tergambar saat ini benar-benar baru ia lihat pertama kali selama mereka saling mengenal. Ya Tuhan, sepertinya ia memang kelewatan kali ini. Terlebih lagi saat melihat buliran air mata jatuh membasahi wajah yang selalu mengulas senyum itu. "Hei, tidak seperti itu. Kamu istriku, Liya. Jangan menangis, aku mohon." Ujar Danial sembari membawa Liya ke dalam dekapan hangatnya. Ada perasaan ngilu saat wanita ini menangis. Pasalnya, sejak mereka saling mengenal, Liya adalah sosok wanita yang kuat dan tegas. "Kamu yang membuatku menangis!" Ujar Liya dengan derai air mata yang mengajak sungai hingga membasahi kaos putih milik Danial. Mengusap punggung yang kini tampak ringkih itu, sembari ia berujar, "Maaf, aku sungguh tidak bisa berpikir jernih tadi pag
Read more