Danial tidak pernah menjamin kebahagiaan dalam pernikahannya, pria itu juga tidak menjamin keharmonisan akan selalu menghiasi rumah tangga mereka. Namun satu hal yang membuat Liya menerimanya, dia percaya kalau Danial adalah pria yang bertanggungjawab akan keputusannya.Saat pria itu memilihnya untuk menjadikannya seorang istri, Liya tahu Danial akan menjadi sosok suami yang selalu menjaga hatinya. Sekiranya begitulah ekspektasi yang Liya tanamkan di kepala. Meski kini mulai tumbuh cabang curiga tentang hubungan Danial dengan mantan istrinya. "Kenapa nggak ada satu pun foto pernikahan kita terpajang di apartmu?" tanya Liya setelah mengamati setiap sudut ruangan apartement mewah yang menjadi tempat tinggal Danial selama di Bandung. Dan betapa kecewa ia mengetahui kenyataan bahwa tidak ada satu pun foto pernikahan mereka yang di panjang oleh Danial. "Aku belum sempat memindahkannya dari gudang." Dan alasan itu semakin membuat Liya sakit hati. Jadi foto pernikahan mereka Danial taruh
Wajah lelah yang Danial pasang perlahan mengeras saat melihat pemandangan dinding apartemennya yang berubah. Siapa yang memajang foto pernikahannya dengan Liya di sini? Hasil fotonya memang bagus dan menghidupkan suasana, tapi Danial tetap tidak suka melihatnya. "Kau sudah pulang?" suara Liya membuyarkan fokus Danial yang sedang mengintai setiap dinding yang di tempeli foto pernikahannya dengan Liya. "Suka tidak? Aku yang menempelkannya di sana." tanya Liya sambil bergelayut manja di pundak lesuh sang suami.Danial mendengus, terlihat marah. "Kenapa tidak bilang padaku lebih dulu?" Danial balik bertanya dengan nada dinginnya. Wajah Liya yang semula ceria berubah cemas saat menyadari ada ketidaksukaan yang Danial gambarkan saat ini. Apa pria itu tidak suka ia memajang foto pernikahan mereka? "Kau tidak suka aku memajangnya? Maafkan aku, aku akan turunkan lagi nanti." suara Liya turun satu oktaf. Danial menghembuskan napas berat. "Bukan begitu, tapi sudahlah. Aku ingin mandi." Dani
"Ada apa?" Rhea menatap lesuh Danial yang berdiri di depan pintu rumahnya. "Biarkan aku masuk dulu." pinta Danial karena Rhea hanya membuka separuh pintu rumahnya. Menahan agar Danial tidak menerobos masuk begitu saja. Rhea menghembuskan napas panjang. Kondisinya belum membaik, demam dan flu yang menyerangnya belum reda meski ia sudah meminum obat yang sempat Danial belikan kemarin. "Maaf, katakan saja apa kepentinganmu.” Rhea menolak untuk menerima Danial.Danial membuang napasnya kasar, ia menunduk dan memijat keningnya terasa pening. Kini pria itu menampilkan wajah frustrasinya. “Rhe.., Please.”Rhea menggeleng. Kecemasan yang merundungnya beberapa hari terakhir membuat Rhea berpikir. Apa yang ia lakukan bersama Danial itu salah. Tidak seharusnya ia memberikan kesempatan kedua untuk Danial dan membuat Liya merasakan sakit yang ia rasakan saat itu, bahkan sakitnya masih terasa sampai saat ini. “Baiklah, aku tutup.” tegas Rhea, ia hendak menutup pintunya, namun dengan cepat Dani
"Dari mana saja kau?" Liya bertanya sinis, menatap tajam Danial yang baru saja datang dengan penampilan berantakan. Danial tak menjawab, pria itu membuang jas dan tas kerjanya dengan asal, kemudian ia melangkah menuju kamar mandi dengan terburu. "Siapkan baju kerjaku." perintah Danial. "Danial!" sentak Liya sembari menarik tangan Danial agar tetap berada di depannya. "Aku tanya kau dari mana?!" lanjut Liya tak bisa menyembunyikan kemarahannya. Semalam suaminya itu tidak pulang. Ponselnya dimatikan dan tidak ada penjelasan apapun. Tidak tahu kah Danial betapa Liya mengkhawatirkannya? Lalu pria itu pulang tanpa mengatakan apa-apa selain memintanya untuk menyiapkan baju kerja?Danial menghembuskan napas panjang. Agak menyesal karena memilih untuk pulang, kalau tahu Liya akan seperti ini, lebih baik ia membersihkan diri di kantor. "Aku bermalam di rumah temanku." "Siapa?" tuntut Liya. Tatapannya masih setia tajam dan penuh amarah. Tanpa sadar cekalan tangannya pada pergelangan tanga
Rhea mendesah lega manakala sosok yang keluar dari mobil mewah itu adalah Cleo bukan Danial. Sungguh, ia tak menyangka sama sekali jika memiliki hubungan gelap dengan sang mantan suami akan terasa segila ini. Dipenuhi was-was yang kelewat mendebarkan. "Liya? Bagaimana bisa kamu sampai di sini?" pungkas pria tampan itu pertama kali setelah ia berdiri di depan dua wanita cantik itu. Liya awalnya cukup terkejut dengan kedatangan Cleo, bagaimana pria ini datang ke sini? Dan sepagi ini, untuk apa? Ujarnya bertanya-tanya. "Hai, Cleo. Aku di Bandung sudah beberapa hari yang lalu dan tadi pagi aku mau berjalan-jalan saja hingga tak sengaja bertemu dengan Rhea," balas wanita itu memasang senyum terbaiknya. "Wah, romantis sekali pasangan baru ini sampai menyusul suaminya ke Bandung," pungkas Cleo yang sontak membuat Liya tersipu malu. Berbeda dengan Liya yang tersipu, Rhea justru merasakan hatinya seakan dicubit akan fakta, jika pria itu bukan miliknya lagi. Berdeham pelan, lantas Liya pun
"Cleo! Tak sopan bertanya akan hal seperti itu!" pekik Rhea pertama kali setelah mendengar pertanyaan konyol yang pria itu lontarkan. 'Ya Tuhan, apakah pria ini benar-benar gila?' gumam Rhea dalam hatinya. Bagaimana bisa Cleo bertanya tentang masalah yang bersifat privasi seperti itu. Sedangkan Liya, wanita itu juga sama terkejutnya dengan pertanyaan Cleo yang sangat blak-blakan, ia nyaris tersedak saat mendengarnya. Dalam diamnya, Liya mengepalkan tangannya di bawah meja. Wajahnya nampak datar, namun ia merasa tertohok atas pertanyaan itu. Mendadak hatinya terasa sesak. Sex? Liya tersenyum miris dalam hatinya. Hampir lima bulan pernikahannya bersama dengan Danial, mereka belum melakukan hubungan suami istri sama sekali. Yeah, she's still virgin. Jangan bertanya tentang kenapa mereka tak pernah melakukan malam pertama? Jawabannya, karena saat ini meraka lebih sering berpisah daripada bertemu. Meskipun ia sangat mencintai Danial, namun memaksa pria itu untuk menyentuhnya adalah
"Berjuang untuk apa?" ujar sosok itu yang tak lain adalah Cleo. Rhea sedikit tersentak, ia pun menoleh mendapati Cleo ada di sana sembari menatap lurus ke arah depan. "Berjuang hidup sendiri," sahut Rhea tampak acuh. Ia tak mungkin mengaku pada Cleo bahwa ia akan berjuang untuk bisa kembali bersama Danial. "Jadi istriku saja, Rhe. Biar tidak berjuang sendirian. Ah, tidak–tidak! Kamu tidak perlu berjuang, cukup duduk manis di rumah sembari menunggu suamimu ini pulang." Pungkas pria tampan itu dengan senyum lebarnya.Rhea terkekeh kecil mendengarnya. "Tidak perlu mengkhayal terlalu jauh untuk menikah denganku. Karena luka yang basah itu masih belum kering," ujar Rhea sembari tersenyum tipis. Wanita itu pun lalu berbalik, meninggalkan Cleo yang masih mematung di tempatnya. Cleo pun hanya mampu menghela nafasnya pasrah. Pria itu mengusap tengkuknya yang tidak gatal sembari mengigit bibirnya kecil. Tentu saja wanita Rhea tidak akan mudah ia taklukkan. Wanita berbeda, Rhea Eleanoor ada
"Aku tahu jika kita memang menikah karena perjodohan, Danial. Tapi bukan berarti kamu bisa mengabaikan keberadaan diriku seperti itu, Danial. Aku istrimu, bukan sekedar bonekamu."Danial menangkap kesedihan di mata wanita itu. Kesedihan yang tergambar saat ini benar-benar baru ia lihat pertama kali selama mereka saling mengenal. Ya Tuhan, sepertinya ia memang kelewatan kali ini. Terlebih lagi saat melihat buliran air mata jatuh membasahi wajah yang selalu mengulas senyum itu. "Hei, tidak seperti itu. Kamu istriku, Liya. Jangan menangis, aku mohon." Ujar Danial sembari membawa Liya ke dalam dekapan hangatnya. Ada perasaan ngilu saat wanita ini menangis. Pasalnya, sejak mereka saling mengenal, Liya adalah sosok wanita yang kuat dan tegas. "Kamu yang membuatku menangis!" Ujar Liya dengan derai air mata yang mengajak sungai hingga membasahi kaos putih milik Danial. Mengusap punggung yang kini tampak ringkih itu, sembari ia berujar, "Maaf, aku sungguh tidak bisa berpikir jernih tadi pag
Binar mata yang pada awalnya begitu tajam dan sanggup membunuh siapa pun yang berusaha mengusiknya lantas berubah. Tatapan Danial seketika melembut, berbinar-berbinar saat mendapati sosok yang begitu ia rindukan setengah mati itu tengah berdiri tak jauh darinya saat ini. “S–sayang?” Danial mengerjap beberapa kali, memastikan ia tak salah melihat ataupun tengah berhalusinasi saat ini. Jantungnya berdegup semakin kencang manakala melihat sosok wanita yang jidicintainya itu berjalan mendekat. Dalam diam Danial meneguk ludahnya saat aroma parfum kesukaannya mendadak tercium olehnya. Rhea berdiri di samping bangsal Danial. Wanita itu hanya terdiam beberapa saat, sampai di detik berikutnya air matanya mengalir begitu saja melewati pipi. “Kenapa kau bodoh sekali, Iyal~”Suara itu mengalun di telinga Danial. Darahnya berdesir saat mendengarnya. Itu artinya ia memang tidak berhalusinasi seperti yang sudah-sudah.“Kenapa kau bodoh sekali sampai menyakiti dirimu sendiri!” Suara Rhea meni
Rhea berjalan cukup tergesa menyusuri lorong rumah sakit di mana kekasihnya tengah dirawat. Setiap langkahnya seperti menghunjam jantung saat mengetahui kabar jika pria itu harus dilarikan ke rumah sakit akibat hepatitis alkoholik yang di deritanya. Rhea tidak habis pikir, berapa banyak alkohol yang Danial teguk sampai seperti ini. Setelah mendengar ucapan Isabell bahwa Danial pingsan di kantor, ia langsung menghubungi sekretaris Danial yang memang tahu akan hubungan gelap keduanya. Hingga disinilah ia sekarang berada, di depan pintu kamar Danial yang sudah ada Samuel berdiri di depannya, menunggunya. “Tuan Danial baru saja sadar, Nyonya.” Ujar pria itu tanpa ekspresi sembari membukakan pintu kamar inap Danial untuk Rhea. Rhea lantas mengangguk. “Terima kasih, Sam.” Pria bernama Samuel itu hanya diam saja menanggapi. Tidak, bukan karena ia tak suka karena tahu akan segalanya. Akan tetapi karena memang orangnya seperti itu. Salah satu orang kepercayaan Danial dan bukan tipe orang
Pria itu pikir, dirinya sudah cukup meyakinkan wanitanya di malam itu. Akan tetapi, setelah keduanya kembali pulang, Rhea justru secara terang-terangan menegaskan untuk meminta jarak pada hubungan mereka saat ini. Wanitanya itu meminta waktu sendiri. Tentu saja pada awalnya Danial menolak, akan tetapi melihat bagaimana raut sendu yang tergambar pada wajah Rhea, Danial tak memiliki pilihan lain selain memberikannya waktu. Kendati demikian, pria itu justru semakin menyesalinya pada akhirnya. Dua minggu lamanya hubungan keduanya begitu renggang saat ini. Sejak Rhea meminta waktu, Danial tak pernah lagi mendatangi rumah wanita yang dicintainya sepenuh hati itu. Berkirim pesan itu pun hanya sesekali, atau lebih tepatnya Rhea yang enggan membalas pesannya. Danial Aktaraja berulang kali hanya mampu menghela nafas panjangnya di atas kursi ruang kerjanya. Beberapa hari ini kepalanya sering sekali terasa pening, berat badannya juga berkurang lantaran tak memiliki nafsu untuk makan. Terbiasa d
“Kau ingin kemana?” tanya Danial yang baru saja ingin melingkarkan tangannya pada pinggang wanitanya itu harus ia urungkan lantaran Rhea tiba-tiba saja menegakkan tubuhnya.“Mandi,” sahut Rhea sembari menyanggul rambut panjangnya membentuk sebuah cepolan di atas kepalanya.“Aku ikut, ya?” tanya Danial yang ikut menegakkan tubuhnya juga.“Tidak!” sahut Rhea dengan cepat. Menyadari ucapannya bisa membuat Danial merasa curiga lantas Rhea pun segera berujar, “maksudku jika kau ikut, pasti tidak hanya mandi, Iyal… aku lelah,” sambungnya dengan sorot mata yang memohon.Melihat itu tentu saja Danial tersenyum lembut, tangan kanannya naik mengusap pipi kanan Rhea. “Baiklah aku mengerti,” ujar Danial begitu halus. “Nikmati waktu berendammu, Sayang.”Rhea pun mengangguk, membalas senyuman Danial dengan senyuman tipisnya dan segera ia beranjak dari atas ranjang mereka menuju kamar mandi.Senyum manis Danial luruh bersamaan dengan pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Rahang pria itu tampak sedi
Hari ini cukup melelahkan bagi Rhea karena Danial mengajaknya untuk menghabiskan waktu ke DisneySea. Keputusan Danial memilih DisneySea, karena di tempat ini lebih ditujukan untuk orang dewasa daripada anak-anak, seperti menikmati cocktail di lounge bergaya tahun 1920-an di atas kapal pesiar mewah. Tak hanya itu, wahana di DisneySea juga menarik, memiliki tema kelautan dengan tujuh pelabuhan mengesankan yang terinspirasi oleh tempat nyata dan legenda lautan termasuk American Waterfront, Mediterranean Harbor dan Mysterious Island yang unik dengan gunung berapi yang meletus. Meskipun lelah karena banyak wahana yang ia kunjungi, akan tetapi Rhea sangat menikmati perjalanannya hari ini.Lalu saat ini juga berlanjut ke Tokyo Skytree, di mana di tempat ini selalu menjadi salah satu tempat romantis paling populer di Tokyo. Sebagai menara tertinggi di dunia, pengunjung pertama-tama melintasi menara dengan lift khusus, hingga mencapai ketinggian antara 300 dan 400 meter. Saat ini Danial dan Rh
Seorang wanita cantik tampak mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya mentari yang mengusik tidur nyenyaknya. Bersama sisa kantuk dan rasa lelah yang menjalar di seluruh tubuhnya Rhea Eleanor mulai membuka matanya secara perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah seorang pria yang masih nyaman menutup matanya. Tidurnya tampak lelap sekali. Sebenarnya ia tak harus terkejut dengan hal ini, karena selama hampir dua bulan ini ia selalu bangun dengan adanya pria itu di sampingnya.Danial Aktaraja, mantan prianya. Yang kini masih tertidur sembari memeluk pinggang rampingnya. Meskipun sudah berkali-kali mereka berbagi ranjang yang sama, namun rasanya masih gugup dan malu juga. Terlebih lagi dengan kebiasaan Danial Aktaraja yang tak pernah memakai atasan saat ia tertidur. Aneh, tapi entah kenapa ia menyukainya.Rhea Eleanor tidak menyangka sama sekali, jika ia bisa menikmati kebersamaan seperti ini lagi dengan pria ini. Sempat ia bertekad untuk tidak jatuh dalam pesona seor
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, pada akhirnya Danial dan Rhea pun sampai di salah satu hotel terbaik dan termewah di Tokyo. Tentu saja Danial tidak pernah setengah-setengah dalam mempersiapkan liburan natal dan akhir tahun bersama Rhea saat ini. Danial memesan satu large room dengan single bed berukuran king size lengkap dengan fasilitas kelas satu serta paket liburan untuk pasangan suami istri. Meskipun keduanya telah berpisah, mudah saja bagi Danial untuk melakukannya. Sesampainya di kamar mereka, Rhea segera menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang yang besar dan empuk itu. Ia terlihat kelelahan saat ini. Padahal sebelum-sebelumnya ia juga sering terbang ke Jepang untuk pekerjaannya sebagai seorang designer. Ya, Rhea Eleanor adalah salah satu designer terbaik di Indonesia. Banyak kliennya yang berasal dari luar negeri hanya untuk menjadi pelanggannya. Namun, Rhea memutuskan untuk beristirahat pasca kecelakaannya sampai pada akhirnya perpisahannya bersama Danial menumbuhka
“Aku melihat BMW bergoyang di basemen restoran Jepang tadi.”Mendengar kalimat itu lantas gerakan tangan Rhea berhenti. Tubuhnya membeku menatap lurus ke arah cermin. Kerongkongannya seakan kering dan tercekat begitu saja. “B–bergoyang?” tanya Rhea begitu kesusahan. Bahkan ia tak berani memutar tubuhnya. Isabell yang semula berbaring pun kini memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Rhea. “Sialan sekali sih mereka itu, seperti tak punya tempat lain saja. Membuat wanita lajang sepertiku hanya mampu menggigit jari,” sungut Isabell kesal. Diam–diam Rhea menghela nafasnya lega. Melihat kesalnya wanita itu dapat dipastikan bahwa Isabell tidak tahu jika yang berada di dalam mobil BMW itu adalah dirinya bersama Danial. Rhea mengulum bibirnya, lalu kembali menggunakan perawatan wajah miliknya, namun di saat ia hendak menuangkan toner bermerek SK II itu, botol itu jatuh lantaran mendengar ucapan Isabell lagi. “Aku melihat mantan suamimu bersama wanita lain. Aku yakin itu bukan istrinya, kare
Danial dan Rhea keluar dari mobil ketika mereka telah sampai di pelataran gereja. Rhea tertegun sejenak saat Danial mengajaknya ke tempat ini. Sudah lama sekali rasanya keduanya tak menginjakkan kaki di tempat suci ini bersama. Terakhir mereka berada di tempat ibadah ini adalah pada saat pemberkatan pernikahan Danial dan Liya. Merasa wanitanya itu tampak bingung, lantas Danial pun berjalan mendekat, lalu menggenggam tangan Rhea. “Ayo, masuk.” Ujar pria itu begitu lembut dan dibalas anggukan oleh Rhea. Keduanya berjalan beriringan memasuki gereja. Setelah sampai di patung Yesus Kristus, keduanya mulai bersimpuh, menautkan tangan, memejamkan mata dan mulai berdoa. Tuhan, aku kembali lagi. Bersama dengan seseorang yang selalu aku minta di setiap doaku. Terima kasih sudah membuatnya kembali padaku. Setidaknya, aku tidak sendirian. Setidaknya aku tidak bersimpuh di depanmu seorang diri lagi. Dan seperti sebelumnya, tentu saja aku mempunyai permintaan. Aku.. aku benar-benar tidak menyan